Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Kecelakaan Pesawat yang Mengubah Dunia Penerbangan, Ada Indonesia

ilustrasi tabrakan pesawat United Airlines Flight 718 dengan TWA Flight 2 (commons.wikimedia.org/Anynobody)
ilustrasi tabrakan pesawat United Airlines Flight 718 dengan TWA Flight 2 (commons.wikimedia.org/Anynobody)

Pesawat bukan hanya moda transportasi baru, tetapi juga yang paling aman. Sayangnya, teknologi ini tidak sempurna, ada banyak kesalahan yang mengorbankan nyawa manusia. Dari kesalahan inilah para insinyur, pakar keselamatan, dan pembuat kebijakan merombak dunia penerbangan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.

Benarkah semua kecelakaan pesawat murni kesalahan pilot? Jawabannya tidak selalu. Pasalnya, pilot biasanya hanya punya waktu beberapa menit, atau hanya beberapa detik, untuk menemukan masalah, menganalisis situasi, dan bertindak ketika situasi gawat terjadi. Kali ini kita akan membahas kecelakaan pesawat yang berdampak signifikan pada perjalanan udara, baik dari segi prosedur maupun bagaimana maskapai penerbangan harus mengoperasikan pesawat.

1. Kecelakaan pesawat Air France Flight 4590 mengakhiri pesawat jenis Concorde

puing-puing pesawat Air France 4590 (commons.wikimedia.org/Aeroprints.com)
puing-puing pesawat Air France 4590 (commons.wikimedia.org/Aeroprints.com)

Concorde adalah jenis pesawat supersonik pertama dan satu-satunya di dunia. Pesawat ini dapat terbang dua kali kecepatan suara dengan empat mesin Rolls Royce. Selama sekitar 30 tahun, Concorde tidak pernah mengalami insiden apapun, tetapi tragedi baru menimpanya pada 24 Juli 2000.

Pesawat Air France Flight 4590 berangkat dari Bandara Charles De Gaulle, Prancis, dengan membawa 109 penumpang beserta awak pesawat untuk menuju ke New York City. Namun, tidak lama setelah lepas landas, belakang pesawat itu mengeluarkan kobaran api dan jatuh. Dari kejadian ini, semua orang di dalamnya tewas, beserta empat orang yang berada di darat, sebagaimana yang dilaporkan History.

Investigasi yang dilakukan tidak menemui adanya kegagalan mekanis atau struktural pada pesawat selama kecelakaan terjadi. Namun, diketahui bahwa pesawat Continental Airlines yang lepas landas sebelum pesawat Air France Flight 4590, menjatuhkan semacam potongan logam tajam di landasan pacu, yang membuat ban pesawat Concorde Air France Flight 4590 robek dan akhirnya meletus sebelum menghantam sayap kiri pesawat. Kejadian ini membuat bahan bakar mengalami kebocoran hingga memicu kebakaran pada bagian belakang pesawat. Akibatnya, pesawat menabrak sebuah hotel kosong, menewaskan empat orang yang ada di sana.

Kecelakaan ini mengakhiri penerbangan pesawat Concorde. Pada 2003, British Airways dan Air France menghentikan produksi armada Concorde mereka. Sementara itu, pada 2010, mekanik John Taylor, yang bekerja untuk pesawat Continental Airlines didakwa dengan pembunuhan tidak disengaja. Continental Airlines didenda 265.000 dolar AS atau setara dengan Rp4,2 miliar dan harus membayar ganti rugi ke Air France lebih dari 1 juta euro atau setara dengan Rp16,7 miliar karena merusak reputasi maskapai Air France.

2. Tabrakan pesawat TWA Flight 2 and United Airlines Flight 718

ilustrasi tabrakan pesawat United Airlines Flight 718 dengan TWA Flight 2 (commons.wikimedia.org/Anynobody)
ilustrasi tabrakan pesawat United Airlines Flight 718 dengan TWA Flight 2 (commons.wikimedia.org/Anynobody)

Pada awal 1950-an, radar dan prosedur kontrol lalu lintas udara sangat terbatas dan sederhana. Itulah yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat pada Juni 1956. Saat itu, pesawat TWA Flight 2 lepas landas dari Los Angeles menuju Kansas City, sementara United Airlines Flight 718, yang juga berangkat dari Los Angeles, lepas landas beberapa menit kemudian menuju Chicago. Sembilan puluh menit setelah lepas landas, kedua pesawat itu bertabrakan di atas Grand Canyon.

Laporan investigasi dari Dewan Penerbangan Sipil menyatakan bahwa pilot pesawat TWA Flight 2 meminta penambahan ketinggian, dari 5.791 meter menjadi 6.400 meter untuk menghindari awan. Namun, United Airlines terbang pada ketinggian 6.400 meter di jalur penerbangan yang hampir sama. Akibatnya, kedua pesawat itu terbang sangat dekat.

Menurut laporan tersebut, pilot United Airlines Flight 718 sebenarnya melihat keberadaan pesawat TWA Flight 2 dimenit-menit terakhir, tetapi pilot gagal menghindarinya. Akibatnya, sayap kiri pesawat United Airlines Flight 718 menyerempet ekor pesawat TWA 2. Kedua pesawat pun kehilangan kendali dan kemudian jatuh, menewaskan 128 orang. Seperti yang dicatat Atlas Obscura, kecelakaan tersebut menjadi kecelakaan komersial paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat pada saat itu.

Tragedi ini akhirnya menciptakan Federal Aviation Administration sebagai otoritas yang mengatur dunia penerbangan. Selain itu, prosedur kontrol lalu lintas udara dikembangkan lagi menjadi lebih baik, seperti pemisahan ketinggian.

3. United Airlines Flight 173

ilustrasi sebelum kecelakaan pesawa United Airlines Flight 173 (youtube.com/Plane'n Boom)
ilustrasi sebelum kecelakaan pesawa United Airlines Flight 173 (youtube.com/Plane'n Boom)

Pada 28 Desember 1978, pilot United Airlines Flight 173 menyadari adanya masalah dengan roda pendaratan. Ia pun bersikeras untuk memperbaikinya sebelum mendarat. Di sisi lain, awak pesawat lain mengetahui kalau pesawat kehabisan bahan bakar, tetapi tidak memberitahu pilot. Namun, karena pilot mengulur terlalu banyak waktu, bahan bakar pun habis sebelum pesawat tiba di Bandara Internasional Portland. Akibatnya, pesawat jatuh sekitar 9,6 kilometer dari bandara tujuan.

National Transportation Safety Board (NTSB) melaporkan bahwa 2 anggota awak pesawat dan 8 penumpang tewas, serta 21 penumpang selamat dengan cedera serius, lalu 181 penumpang lainnya baik-baik saja. Seekor anjing gembala Jerman juga diselamatkan hidup-hidup dari kargo pesawat. Dari kejadian ini, para penyelidik menemukan bahwa pilot lalai terhadap peringatan bahan bakar yang mau habis, serta dua anggota awak pesawat gagal memahami pentingnya bahan bakar, karena tidak memberi tahu kapten.

Nah, karena kecelakaan itu, Federal Aviation Administration (FAA) mulai meningkatkan Cockpit Resource Management (CRM). Prosedur ini dilakukan oleh pilot untuk berkomunikasi secara efektif, menjaga situasi tetap kondusif, mendelegasikan tugas, dan membuat keputusan. United Airlines pun menjadi maskapai pertama yang menerbitkan prosedur dan menerapkan praktik tersebut. Sekarang semua calon pilot dilatih untuk mempelajari CRM di sekolah penerbangan.

4. Terbakarnya pesawat Air Canada Flight 797

Pesawat Air Canada Flight 797 terbakar dan mendarat darurat di Bandara Kentucky Utara. (commons.wikimedia.org/NTSB)
Pesawat Air Canada Flight 797 terbakar dan mendarat darurat di Bandara Kentucky Utara. (commons.wikimedia.org/NTSB)

Pada malam hari, tepatnya 3 Juni 1983, gumpalan asap kebakaran mengepul dari toilet belakang pesawat Air Canada Flight 797 saat pesawat tersebut terbang dari Dallas ke Toronto. Pilot pun terpaksa melakukan pendaratan darurat di Cincinnati. Satu menit setelah pintu keluar pesawat dibuka, api berkobar membakar kabin. Sayangnya, 23 penumpang terbakar dan meninggal, tetapi 18 penumpang lainnya berhasil dievakuasi bersama pilot dan pramugari.

Penyelidik tidak bisa memastikan apa yang membuat toilet kebakaran. Namun, para penyelidik menyalahkan awak pesawat yang tidak sigap memberi tahu kapten tentang kebakaran yang terjadi. Setelah kejadian ini, pesawat mulai dilengkapi dengan detektor asap. Detektor asap wajib dipasang di toilet dan area kabin.

5. Kecelakaan pesawat Delta Air Flight 191

Puing-puing bagian ekor pesawat Delta Air Lines 191, yang jatuh di Dallas, Texas, pada 1985 (commons.wikimedia.org/National Transportation Safety Board)
Puing-puing bagian ekor pesawat Delta Air Lines 191, yang jatuh di Dallas, Texas, pada 1985 (commons.wikimedia.org/National Transportation Safety Board)

Pesawat Delta Air Flight 191 ingin mendarat di bandara Dallas/Fort Worth pada 2 Agustus 1985. Namun, pesawat ini terjebak dalam badai petir dan diterjang angin yang kuat. Fenomena ini disebut microburst, dan menurut National Weather Service, microburst terjadi ketika kecepatan angin lebih dari 150 mph.

Akibatnya, pesawat Delta Air Flight 191 terdorong ke bawah oleh tekanan angin dan jatuh 1,6 kilometer sebelum memasuki landasan pacu. Pesawat yang terseret di tanah ini membuat pesawat terbakar dan hancur karena benturan. Diketahui, 134 dari 163 orang di dalamnya tewas.

Fenomena microburst memang belum dipahami betul pada saat itu. Kecelakaan ini pun menjadi 1 dari 3 kecelakaan yang terjadi pada 1975—1985. Akibatnya, maskapai penerbangan melengkapi pesawat dengan peralatan pengukuran kecepatan angin.

6. Terbukanya badan pesawat Aloha Airlines Flight 243

kecelakaan pesawat Aloha Airlines Flight 243 (commons.wikimedia.org/NTSB)
kecelakaan pesawat Aloha Airlines Flight 243 (commons.wikimedia.org/NTSB)

Pada 28 April 1988, sebagian besar badan pesawat atau kabin utama Aloha Airlines Flight 243 terkelupas saat terbang karena mengalami dekompresi eksplosif. Jadinya, penumpang terbang dengan pesawat terbuka. Nah, dari kejadian ini, hanya satu orang yang tewas, yakni seorang pramugari bernama Clarabelle Lansing alias CB, yang terlempar keluar dari pesawat. Pilot bernama Robert Schornstheimer alias Bob, melakukan pendaratan darurat dari ketinggian 7.300 meter ke bandara di Maui dan mendarat dengan selamat. Hanya 7 penumpang dan 1 awak yang terluka parah, sebagaimana yang dilaporkan Maui News.

Menurut penyelidikan, ada human error terkait masalah prosedur perawatan dan inspeksi pesawat. Selain itu, Ada bukti bahwa struktur pesawat rusak karena komponen yang sudah usang. Akibatnya, dari kecelakaan tersebut, pesawat harus melakukan pemeriksaan yang lebih ketat dan menyeluruh sebelum dan sesudah penerbangan.

7. Kecelakaan pesawat United Airlines Flight 232

pesawat 232 United Airlines saat mengalami masalah (commons.wikimedia.org/NTSB)
pesawat 232 United Airlines saat mengalami masalah (commons.wikimedia.org/NTSB)

Sekitar satu jam setelah lepas landas pada 19 Juli 1989, awak pesawat United Airlines Flight 232 mendengar ledakan keras, dan penerbangan yang tadinya tenang dari Denver ke Chicago tiba-tiba menjadi tegang dan penuh teriakan. Dikutip Popular Mechanics, saat ingin mendarat di bandara, pesawat itu mengalami guncangan hebat. Diketahui bahwa mesin pesawat kedua dari tiga rusak. Alhasil, pilot kehilangan kendali pesawat. 

Kecelakaan yang terjadi di bandara Sioux City ini menewaskan 111 dari 296 penumpang. Penyebab kerusakannya adalah rotor kipas mesin, yang membuat saluran hidrolik putus hingga menyebabkan pesawat sulit dikendalikan. Nah, dari kecelakaan tersebut, inspeksi mesin pesawat pun dibuat lebih baik, komponen mesin juga dibuat lebih berkualitas, dan sistem pesawat jadi memiliki lebih banyak redundansi.

8. Kecelakaan pesawat US Air Flight 427

puing-puing pesawat US Air Flight 427 (commons.wikimedia.org/Federal Aviation Administration)
puing-puing pesawat US Air Flight 427 (commons.wikimedia.org/Federal Aviation Administration)

Pada 8 September 1994, US Air Flight 427 terbang dari Chicago ke Pittsburgh. Namun, pesawat ini mengalami masalah mekanis. Penyelidik National Transportation Safety Board (NTSB) atau Badan Keselamatan Transportasi Nasional melaporkan kalau pesawat Boeing 737 itu turun secara tajam tak terkendali sebelum menghantam tanah, kira-kira 9,6 kilometer dari tujuan akhirnya. Semua penumpang dan awak tewas, atau 132 orang tewas. Pesawat pun hancur sebagian karena benturan dan kebakaran.

NTSB menyimpulkan bahwa katup mengalami kerusakan hingga kemudi berbelok dan macet di posisi yang berlawanan dengan yang diinginkan pilot. Nah, dari kecelakaan tersebut, Boeing memperbaiki semua pesawatnya dengan komponen kemudi yang lebih aman. 

9. Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines Flight MH370

pesawat Malaysia Airlines Flight MH370 saat lepas landas (commons.wikimedia.org/byeangel)
pesawat Malaysia Airlines Flight MH370 saat lepas landas (commons.wikimedia.org/byeangel)

Pada 8 Maret 2014, Malaysia Airlines Flight MH370 menghilang saat dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Pesawat itu menghilang dari radar karena transpondernya dimatikan. Dikuti The Atlantic, transmisi terakhir yang diketahui dengan kontrol lalu lintas udara adalah ketika pesawat itu hendak memasuki wilayah Vietnam.

Militer Malaysia kemudian melacak keberadaan Malaysia Airlines Flight 370 melalui radar. Diketahui bahwa pesawat itu keluar dari jalur penerbangannya dan menuju barat daya, yakni Semenanjung Malaya. Setelah itu, mereka kehilangan kontak radar dan mulai menggunakan satelit geostasioner Inmarsat untuk melacak keberadaan pesawat, akan tetapi, pesawat tersebut benar-benar tidak terdeteksi. 

Dua minggu kemudian, penyelidikan menyimpulkan bahwa Malaysia Airlines Flight MH370 jatuh ke Samudra Hindia sekitar 2.414 kilometer dari Australia. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Inmarsat dan United Kingdom Air Accidents Investigation Branch (AAIB), kecil kemungkinan ada yang selamat. Penyebab pasti kecelakaan pesawat ini masih tidak diketahui, karena kotak hitam tidak pernah ditemukan. Nah, karena tragedi tersebut, muncul seruan untuk memasang pelacakan penerbangan secara real time di dalam pesawat dan membuat kotak hitam mengapung saat pesawat tenggelam.

10. Lion Air Flight 610 dan Ethiopian Airlines Flight 302

pesawat Lion Air Flight 610 sebelum lepas landas (commons.wikimedia.org/PK-REN)
pesawat Lion Air Flight 610 sebelum lepas landas (commons.wikimedia.org/PK-REN)

Dalam upaya untuk bersaing dengan armada pesawat AirBus yang hemat bahan bakar, Boeing membuat pesawat Boeing Max Flight 8 dengan seperangkat mesin yang baru. Boeing pun mengambil jalan pintas karena tidak melatih pilotnya untuk mengoperasikan sistem penerbangan baru ini. Akibatnya, hal ini menimbulkan malapetaka.

Pada 29 Oktober 2018, Lion Air Flight 610 Indonesia, yakni Boeing 737 MAX Flight 8, jatuh ke Laut Jawa 13 menit setelah lepas landas, menewaskan 189 penumpang. Lalu, Ethiopian Airlines Flight 302, yang juga merupakan MAX Flight 8, jatuh 5 bulan kemudian hanya 6 menit setelah lepas landas. Adapun, 157 penumpang tewas, sebagaimana dikutip The Washington Post.

Keduanya mengalami masalah pada komputer penerbangan, yang membuat hidung pesawat menukik secara tajam. Hal ini dikarenakan adanya kendala pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Jadi, pilot harus berjuang mati-matian dengan kontrol otomatis untuk menaikkan hidung pesawat.

Akibat kecelakaan ini, semua pesawat MAX 8 dilarang terbang. Boeing pun langsung menangani masalah pada perangkat lunak pesawat sekaligus mengajari pilot dengan sistem baru pesawat tersebut. FAA juga dikritik karena tidak mengawasi produsen pesawat yang membuat sistem baru sendiri.

11. Kecelakaan Air France Flight 447

ditemukannya puing badan pesawat Air France Flight 447 (commons.wikimedia.org/National Transportation Safety Board)
ditemukannya puing badan pesawat Air France Flight 447 (commons.wikimedia.org/National Transportation Safety Board)

Menurut Peraturan Federal Bagian, setiap pilot yang bertugas, sebelum memulai penerbangan, harus memahami semua informasi yang tersedia mengenai penerbangan tersebut, termasuk laporan dan prakiraan cuaca. Saat ini, pesawat umum atau komersial biasanya dilengkapi dengan sensor dan komputer yang menerima data secara real time terkait cuaca buruk seperti badai.

Pada 1 Juni 2009, Air France Flight 447, sebuah Airbus A330-200, terjebak dalam badai petir dalam penerbangannya dari Rio de Janeiro, Brasil, ke Paris. Maskapai penerbangan lain yang ingin melewati wilayah tersebut berhasil mengalihkan pesawat mereka. Sekitar dua jam setelah penerbangan, pilot menyadari adanya fenomena aerodynamic stall.

Para ahli menunjukan adanya tiga peristiwa kritis yang menyebabkan kecelakaan pesawat tersebut, yakni kegagalan pilot dalam menginterpretasikan kesalahan pada indikator kecepatan udara, kurangnya CRM, dan sensor pitot pesawat gagal berfungsi karena membeku akibat badai yang hebat. Bisa disimpulkan, pilot secara tidak sengaja salah mengartikan kecepatan udara yang dianggapnya terlalu cepat dan mengarahkan hidung pesawat ke atas, yang membuat aerodinamis macet. Akibatnya, pesawat jatuh ke Samudra Atlantik dan menewaskan 228 penumpang di dalamnya.

Dikutip Popular Mechanics, para ahli akhirnya tidak menganjurkan pilot untuk terlalu bergantung pada sistem otomatis. Selain itu, pilot diminta melakukan pelatihan penerbangan secara manual.

Jika kita simpulkan, pesawat bisa menjadi moda transportasi yang aman karena para teknisi dan lembaga terkait sebenarnya belajar dari kesalahan. Mereka memperbaiki dan meningkatkan teknologi pada mesin pesawat itu sendiri dari kecelakaan sebelumnya. Namun, meski terbilang aman, pesawat juga bisa mengalami kecelakaan fatal karena penyebab dari luar.

Contohnya saja seperti yang menimpa Jeju Air pada Minggu (29/12/2024). Pesawat ini diduga bertabrakan dengan burung, yang merusak mesin turbofan pesawat. Akibatnya, pesawat mendarat tanpa roda pendaratan, yang membuat badan pesawat terseret di landasan pacu hingga menabrak pagar pembatas bandara dan membuat pesawat kebakaran. Diketahui 179 orang tewas, dan 2 orang selamat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us