11 Tradisi Natal yang Populer di Abad ke-19, Unik dan Tak Biasa!

Natal, bagi Umat Kristiani adalah momen yang paling dinantikan setiap tahunnya. Tradisi natal pun diwariskan dari generasi ke generasi dalam satu keluarga. Pasti kamu sudah tidak asing, sih, dengan hiasan di pohon Natal, menyanyikan lagu dan menonton film yang sama dengan keluarga kamu setiap tahunnya. Belum lagi, kamu juga disajikan dengan makanan khas hari Natal, yang tentunya kamu nantikan banget, kan?
Meskipun pohon Natal dengan lampu warna-warninya sangat populer di masa ini, ternyata ada, lho, tradisi Natal di masa lalu yang sangat unik dan tidak mungkin kepikiran oleh kita. Tradisi Natal di masa lalu, khususnya abad ke-19 sampai awal abad ke-20 sangat berbeda dengan tradisi Natal era modern. Kira-kira tradisi Natal apa, ya?
1. Tradisi bermain Snapdragon pada malam Natal

Di zaman modern, ada permainan tukar kado yang disebut Secret Santa. Tak sekadar itu, mungkin beberapa keluarga juga main Monopoli untuk mengisi waktu Natal bersama keluarga. Namun, di era Victoria, ada permainan yang dinamakan Snapdragon.
Snapdragon adalah permainan yang dimainkan di atas meja. Di meja itu mereka akan meletakkan mangkuk yang diisi dengan kismis, almond, atau makanan kecil lainnya. Kemudian, mangkuk itu diisi dengan brendi (minuman beralkohol) hingga membuat kismis itu mengapung. Menariknya, brendi itu akan dibakar. Pemain diminta untuk mengambil kismis yang terbakar itu, dan memasukkannya ke dalam mulut untuk dimakan. Sayangnya, permainan ini cukup berbahaya dan biasa melukai mulut pemainnya. Waduh, ada-ada aja, ya!
2. Tradisi Wassailing dari pagan kuno Abad Pertengahan

Salah satu tradisi Natal yang masih populer hingga saat ini adalah menyanyikan lagu-lagu Natal. Nah, tahu tidak kamu kalau tradisi ini berasal dari tradisi Wassailing (tradisi pagan kuno Inggris) yang ada sejak Abad Pertengahan. Seperti yang dijelaskan oleh Historic UK, kata wassail berasal dari frasa Anglo-Saxon yang berarti "semoga sehat", dan menjadi istilah tradisional yang digunakan untuk bersulang sambil berdoa meminta kesehatan.
Istilah ini juga merujuk pada minuman yang biasa diminum pada musim tersebut, biasanya minuman tersebut terbuat dari sari buah apel atau bir yang dicampur dengan rempah-rempah dan terkadang putih telur atau madu. Tradisi Wassailing pada saat itu dilakukan oleh sekelompok orang yang pergi keluar selama 12 malam Natal. Mereka mengunjungi rumah ke rumah, menyanyikan lagu-lagu Natal bersama, serta bertukar makanan dan minuman. Nah, lirik lagu "bring us some figgy pudding" dari lagu "We Wish You a Merry Christmas" rupanya peninggalan dari tradisi ini, lho.
Beberapa daerah, terutama di Kepulauan Inggris, masih melestarikan tradisi Wassailing ini hingga sekarang. Selain itu, beberapa orang Inggris masih melakukan Wassailing di kebun buah. Mereka pun mempersembahkan roti panggang dan sari buah apel kepada pohon apel, dan menyanyikan lagu, sebagai bentuk harapan mereka agar hasil panen melimpah.
3. Tradisi bercerita tentang hantu sempat berjaya di hari Natal pada masa lampau

Pada abad ke-19, cerita tentang hantu sering kali diceritakan pada malam Natal. Hah, kok bisa? Pasalnya, pada masa sebelum lampu listrik dan pemanas tercipta, hari Natal menjadi musim terdingin dan tergelap yang terjadi setiap setahun sekali. Konon, kisah Krampus pun berasal dari masa ini. Selain itu, sebelum ada TV, banyak orang yang menghabiskan malam Natal mereka untuk saling bercerita, terutama cerita hantu.
Pada era Victoria, cerita hantu pada hari Natal sangat lazim. Lantaran, penulis sekelas Charles Dickens, M R James, Algernon Blackwood, dan E F Benson menulis novel menyeramkan yang diminati selama musim liburan. Karya mereka pun akhirnya diadaptasi untuk cerita TV, terutama di Inggris saat ini.
4. Tradisi Natal dari kelompok musik Callithumpian, geng jalanan yang muncul di hari Natal

Sebelum ditetapkannya hari Natal sebagai hari libur Nasional, Desember dulunya sangat tidak bermoral, terutama di negara-negara Barat. Banyak orang yang mabuk di tempat umum, berjudi, dan mengemis meminta makanan atau minuman. Masa ini dikenal dengan istilah "Lord of Misrule". Nah, tradisi Natal yang riuh dari era ini adalah dengan hadirnya kelompok musik Callithumpian.
Kelompok musik Callithumpian bisa dibilang sebagai geng jalanan yang membentuk kelompok musik dengan membawa alat musik tradisional, seperti terompet, peluit, dan drum. Sayangnya, kelompok musik ini sebenarnya tidak punya bakat musik sama sekali. Layaknya pengamen, mereka bermain musik untuk meminta uang, makanan, atau minuman. Jika dikasih, mereka baru berhenti bermain musik. Mirisnya, kelompok musik ini terkadang membuat kerusuhan.
5. Tradisi Natal dan Tahun Baru first footing dari bangsa Viking di Skotlandia

Musim Natal menandai akhir tahun, dan banyak tradisi lama yang ingin menangkal nasib buruk di tahun berikutnya dan meminta agar selalu diberikan rezeki yang berlimpah. Nah, simbol rezeki dan kebahagiaan ini pun masih kebawa hingga hari ini. Soalnya, Natal dan Tahun Baru sering kali dikaitkan dengan daun semanggi berdaun empat, tapal kuda, koin, dan babi gemuk, menjadi simbol yang membawa keberuntungan dan kebahagiaan.
Beberapa budaya percaya kalau tamu pertama yang masuk ke rumah seseorang dikaitkan dengan nasib si pemilik rumah di tahun selanjutnya. Nah, di Skotlandia, kepercayaan ini masih dipegang teguh, dan dikenal sebagai "first footing." First footing sendiri merupakan tradisi yang dibawa bangsa Viking kuno.
Mereka percaya kalau orang yang kehidupannya beruntung menjadi tamu di rumah seseorang setelah tengah malam pada Tahun Baru, si pemilik rumah juga akan punya nasib yang sama dengan tamunya. Tamu yang diidam-idamkan biasanya laki-laki berambut hitam yang membawa hadiah, seperti roti, koin, garam, batu bara, dan wiski, yang dianggap melambangkan makanan, rezeki, kehangatan, dan suka cita. Namun, seorang dokter dianggap membawa sial karena menandakan membawa penyakit kepada pemilik rumah. Seorang pendeta juga dianggap membawa sial karena dikaitkan dengan kematian. Namun, tamu yang paling dianggap membawa sial adalah tamu berambut merah atau perempuan.
6. Tradisi menghias pohon Natal awalnya dihias dengan berbagai makanan

Legenda yang beredar di masyarakat mengatakan kalau Martin Luther adalah orang pertama yang memasang lampu di pohon Natal. Ia terinspirasi dari bintang yang berkelap-kelip di antara pepohonan hijau saat berjalan pulang melewati hutan di musim dingin. Faktanya, kaum Lutheran memang berperan dalam penyebaran pohon Natal. Namun, cerita Martin Luther yang pertana kali memasang lampu di pohon Natal masih diperdebatkan.
Encyclopedia Britannica melansir kabar bahwa sejarah pohon Natal terjadi sebelum Reformasi Protestan, dan lebih jauh lagi, sebelum Kristenisasi menyebar ke Eropa. Dekorasi pohon Natal sendiri sebenarnya terkait dengan hari libur bernama Hari Raya Adam dan Hawa, yang jatuh pada 24 Desember. Itu berarti, dekorasi pohon ini awalnya tidak ada hubungannya dengan Natal.
Pada Abad Pertengahan, kisah Kejatuhan Manusia di Taman Eden menggambarkan "Pohon Surga," yang merupakan pohon cemara yang digantung dengan apel dan makanan lainnya. Nah, dari sinilah muncul tradisi menggantung berbagai makanan di pohon cemara pada 24 Desember. Awalnya, banyak orang yang menggantung wafer (melambangkan Ekaristi), tetapi ada juga yang menggantung buah-buahan dan kue. Seiring berjalannya waktu, Pohon Surga menjadi pohon Natal, dan hiasan baru yang digantung di pohon meliputi popcorn, permen, dan kue-kue cantik.
7. Tradisi Natal memanggang chestnut sudah ada sejak lama

Lagu "The Christmas Song" merupakan lagu Natal yang lirik lagunya berbunyi, "Chestnuts roasting on an open fire." Ada juga lirik lagu "Sleigh Ride", yang bercerita tentang letusan suara chestnut (kacang kastanya) yang sedang dimasak. Tradisi memanggang chestnut bukanlah tradisi baru, lho.
Pohon chestnut Amerika pernah menjadi pohon yang paling umum di sana, lantaran empat miliar pohon chestnut tumbuh dari Maine hingga Alabama. Berlimpahnya kacang chestnut ini menjadikannya salah satu makanan paling populer dalam masakan hari Natal pada abad ke-18 dan ke-19 di Amerika. Namun, berbagai jenis pohon chestnut Asia yang diimpor ke Long Island pada awal abad ke-20 menyebarkan penyakit yang menyebabkan pohon chestnut asli Amerika punah dalam waktu 40 tahun. Sementara itu, beberapa negara masih mempertahankan tradisi Natal ini, meskipun di Amerika sendiri sudah hampir hilang karena sulitnya mencari chestnut.
8. Tradisi kartu Natal dengan gambar yang cukup gelap

Sebagaimana yang dijelaskan History, kartu Natal pertama dicetak pada 1843 oleh guru Inggris bernama Sir Henry Cole. Pada kuartal terakhir abad ke-19, reformasi pos dan kemajuan dalam percetakan membuat kartu Natal menjadi tradisi bagi semua lapisan masyarakat. Jadi, pada 1870, kartu Natal menjadi bisnis yang berkembang pesat, lantaran ratusan ribu kartu Natal dikirim setiap tahunnya.
Namun, kartu Natal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sering kali gelap, penuh kekerasan, dan bahkan menyeramkan. Kartu dari era ini menggambarkan lukisan burung mati, peri memanggang tikus mati, bayi telanjang yang terbang di atas kelelawar, katak menari dengan kumbang, dan sebagainya, yang diberi ucapan seperti "pujian untuk musim ini." Salah satu kartu Natal terunik kartu Natal Krampus Austria-Jerman, yang di dalamnya terlihat Krampus sedang menghukum anak-anak nakal atau menggoda ibu mereka. Homogenisasi (perubahan budaya) Natal sejak 1920-an, justru mengakhiri gambar-gambar ini.
9. Tradisi Natal bertema sains

Saat ini, hari Natal sering kali digaungkan dengan keajaiban. Sinterklas dengan rusa kutub yang bisa terbang dan manusia salju hidup. Namun, pada abad ke-19, Natal erat kaitannya dengan sains. Nah, tradisi ini dipopulerkan oleh tokoh-tokoh seperti Charles Dickens dan Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, yang sangat tertarik dengan sains dan Natal. Akibatnya, tokoh-tokoh ini mencampuradukkan sains dan Natal hingga akhirnya menjadi tradisi.
Surat kabar pada masa itu menerbitkan edisi khusus Natal yang menampilkan eksperimen sains dan puisi yang memuji kemajuan ilmiah. Hadiah Natal bertema sains pun menjadi tren di kalangan anak-anak era Victoria. Pada hari Natal ada juga pesta teknologi bertema liburan yang diadakan di pameran umum, galeri, dan museum, dengan pohon Natal yang dihiasi dengan teknologi terkini. Namun, menjelang datangnya abad ke-20, hubungan sains dengan Natal memudar.
10. Tradisi pohon Natal yang terbuat dari bulu angsa

Kamu pasti sudah tidak asing dengan pohon Natal yang terbuat dari plastik. Faktanya, pohon Natal palsu pertama dibuat pada 1840-an dari bulu angsa. Nah, pohon Natal sendiri sangat populer di Jerman, kemudian populer di Inggris dan Amerika Serikat pada abad ke-19.
Akibatnya, penggundulan hutan yang berlebih membuat pohon Natal langka untuk hari Natal. Nah, untuk memenuhi permintaan pasar, pohon palsu pun dibuat dari bulu angsa, yang jumlahnya banyak, dan dibuat semirip mungkin seperti pohon cemara. Bulu-bulunya dicat hijau agar menyerupai jarum pinus, tetapi sering kali dibiarkan berwarna putih.
Pohon bulu angsa populer di Amerika Serikat pada 1920-an berkat imigran Jerman yang membawa pohon bulu angsa mereka ke AS. Namun, pada 1930-an, perkebunan pohon Natal semakin banyak. Setelah Perang Dunia II, pohon Natal plastik pun lebih disukai ketimbang bulu angsa.
11. Tradisi Yule Log dengan membakar kayu di hari Natal

Tradisi Yule Log bermula dari perayaan musim dingin Yule di Eropa utara sebelum masuknya Kristen. Tradisi tersebut dilakukan oleh keluarga yang akan pergi ke hutan untuk mencari sepotong kayu yang kuat untuk dibawa pulang sebagai Yule Log mereka. Mereka mencari potongan kayu terbesar dan paling tebal, karena dianggap sebagai keberuntungan. Jadi, jika kayu ini dibakar dan tidak cepat habis, maka keluarga tersebut akan mendapat keberuntungan.
Sebagai pertanda keberuntungan dan niat baik, dan seiring dengan perubahan zaman serta masuknya Kristen, Yule Log pun menjadi tradisi Natal. Kayu Yule Log ini harus bisa terbakar selama 12 hari Natal. Namun, saat ini, tradisi tersebut hanya menjadi tontonan di TV.
Tradisi Natal memang identik dengan hari Natal. Tradisi ini dibawa dari generasi ke generasi, dan mengalami perubahan karena mengikuti tren dan budaya pada masanya. Meski tidak selalu abadi, tapi beberapa tradisi Natal yang telah kita sebutkan di poin atas masih dipraktikkan hari ini, lho, tapi dengan cara berbeda. Kira-kira, tradisi Natal apa, nih, kalau di daerah kamu?