3 Fakta Unik Pobiti Kamani, Hutan Batu Purba di Bulgaria!

- Formasi batuan alami mirip reruntuhan kuno
- Habitat penting bagi spesies langka dan dilindungi
- Menarik bagi ilmuwan, wisatawan, dan pecinta fotografi
Di dataran tandus bagian timur Bulgaria, berdiri tegak formasi batuan aneh yang tampak seperti tiang-tiang kuno peninggalan zaman raksasa. Tempat ini bernama Pobiti Kamani, salah satu kawasan yang masuk dalam daftar Tentatif Situs Warisan Dunia UNESCO. Meski terlihat seperti reruntuhan buatan manusia, semua struktur di sini terbentuk secara alami oleh waktu dan proses geologis.
Pobiti Kamani dikenal sebagai “hutan batu” karena batu-batunya berdiri menyerupai pepohonan kaku yang membatu. Dengan formasi yang berjajar melingkar dan tinggi hingga enam meter, tempat ini menawarkan pemandangan eksotis yang tak biasa. Nah, kalau kamu penasaran dengan Pobiti Kamani, yuk, simak tiga fakta menariknya di bawah ini!
1. Formasi alaminya terlihat seperti reruntuhan kuno

Sekilas, Pobiti Kamani terlihat seperti bekas kuil kuno yang ditinggalkan ribuan tahun lalu. Batu-batu berbentuk kolom ini menjulang dengan tekstur kasar dan lubang-lubang alami di beberapa bagiannya. Ada yang berdiri sendiri, ada juga yang membentuk kelompok seperti altar atau gerbang tua. Suasana di sekitarnya yang sunyi dan gersang membuat pengalaman berjalan di antara batu-batu ini terasa seperti melintasi lorong waktu.
Menariknya, tak ada satu pun bukti bahwa batu-batu ini pernah dipahat atau dibentuk oleh manusia. Diperkirakan telah berusia sekitar 50 juta tahun, formasi ini terbentuk melalui proses geologis alami yang masih menjadi misteri. Beberapa teori menyebutkan bahwa formasi ini terbentuk akibat proses erosi alami, aktivitas gas bawah tanah, dan sistem rembesan paleo-hidrokarbon. Meskipun belum ada satu pun teori yang sepenuhnya disepakati, keunikan lanskap ini menjadikan Pobiti Kamani tempat yang memikat untuk dijelajahi dan dipelajari lebih dalam.
2. Habitat penting bagi spesies langka dan dilindungi

Walau terlihat kering dan gersang, lingkungan sekitar Pobiti Kamani menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa. Mengutip UNESCO World Heritage Centre, kawasan ini menjadi rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang memiliki nilai konservasi tinggi. Di antara vegetasinya, tercatat ada 4 spesies tumbuhan yang terancam punah, dan delapan jenis lainnya yang masuk kategori dilindungi.
Tak hanya flora, faunanya pun mencerminkan pentingnya kawasan ini sebagai habitat konservasi. Tercatat setidaknya ada 52 spesies vertebrata dan invertebrata yang hidup di sekitar batu-batu tersebut. Bahkan, wilayah ini mencakup dua jenis habitat prioritas yang dilindungi berdasarkan Arahan Habitat 92/43/EEC—menunjukkan betapa pentingnya menjaga kelestarian kawasan purba ini.
3. Diincar ilmuwan dan wisatawan sekaligus

Pobiti Kamani menjadi tujuan yang menarik bagi dua jenis pengunjung: para ilmuwan dan para pelancong. Para geolog tertarik dengan struktur batu dan kandungan mineralnya, sementara wisatawan tergoda oleh bentuknya yang unik dan atmosfer purba. Kombinasi ini membuat kawasan ini menjadi objek penelitian sekaligus spot wisata alternatif yang kian populer. Bahkan beberapa operator wisata menawarkan tur khusus dengan tema "geowisata".
Di sisi lain, tempat ini juga sangat disukai oleh pecinta fotografi dan sejarah. Tidak sedikit pengunjung yang datang ke sini dengan kamera dan rasa ingin tahu tinggi, mencoba menangkap keindahan bentuk alam yang unik. Pobiti Kamani tidak terlalu ramai, sehingga suasananya tetap tenang dan cocok untuk refleksi.
Pobiti Kamani bukan sekadar gugusan batu, tapi juga jendela menuju masa lalu geologis bumi yang masih diselimuti tanda tanya. Di balik keheningan dan bentuknya yang unik, tempat ini menyimpan nilai ilmiah, ekologis, sekaligus estetika yang sangat tinggi. Tak heran jika kawasan ini terus dilirik oleh kalangan peneliti maupun pencinta alam.
Jika kamu pencinta keajaiban geologi, petualangan sunyi, dan tempat penuh aura magis, Pobiti Kamani jelas harus masuk dalam daftar destinasi impianmu. Perjalanan ke sana bukan hanya soal melihat batu, tapi juga menyelami kisah purba yang terpatri dalam diamnya lanskap.