4 Fakta Antipodes Parakeet, Burung Endemik Selandia Baru yang Tidak Suka Terbang!

- Burung endemik Selandia Baru, hanya ditemukan di Kepulauan Antipodes
- Makanannya beragam, termasuk bangkai burung laut, dan bisa terbang dalam jarak pendek
- Perkawinan antipodes parakeet terjadi pada Oktober hingga Maret, betina bertelur dan merawat anak sendirian
Burung Endemik asal Selandia Baru satu ini cenderung berumur panjang jika berhasil bertahan hidup di alam liar. Mereka dikenal sebagai antipodes parakeet atau antipodes islands parakeet, nama yang diambil dari tempat asalnya, Kepulauan Antipodes. Burung ini berada dalam famili Psittacidae dan memiliki nama ilmiah Cyanoramphus unicolor.
Antipodes parakeet adalah spesies terbesar dalam genusnya, panjang tubuhnya mencapai 30 sentimeter. Penampilannya tidak begitu menarik, warnanya hijau polos. Tapi paruhnya sangat besar dan sayapnya lebar. Perlu kamu ingat, ukuran jantan lebih besar daripada betina. Setalah tahu ciri-cirinya, mari kenalan dengan mereka melalui fakta di bawah ini.
1. Hewan endemik Kepulauan Antipodes, Selandia Baru

Sebagai hewan endemik, antipodes parakeet hanya bisa kamu temui di Kepulauan Antipodes, Selandia Baru. Mereka lebih suka berada di pulau utama, memang tersebar juga di pulau-pulau kecil seperti Bollons Island, hanya saja populasinya sedikit. Animalia menginformasikan bahwa di Leeward Island dan Archway Island, burung ini hanya menempati area sekitar 0,1 km².
2. Menu makannya sangat beragam

Hidup di wilayah yang terbatas bukan berarti menu makannya juga terbatas, ya. Diet dari antipodes parakeet sangat beragam, mulai dari dedaunan, tunas, rerumputan, biji-bijian dan bunga. Belum lagi, burung ini ternyata tidak begitu pemilih soal makannya. Mereka tidak ragu memakan bangkai untuk memenuhi rasa laparnya. Bangkai yang sering dikonsumsinya berupa burung laut yang sudah mati.
Melansir iNaturalist, antipodes parakeet adalah satu-satunya parakeet yang berburu, lho. Mereka tidak ragu menyerang burung laut kecil seperti grey-backed storm petrel. Si hijau ini akan masuk ke liang mangsanya dan bahkan memperlebar sarangnya jika terlalu sempit.
3. Mereka sebenarnya bisa terbang

Spesies parakeet ini banyak menghabiskan waktunya di tanah dan lebih suka berjalan atau memanjat tumbuhan untuk mencari makan. Tapi, bukan berarti antipodes parakeet tidak bisa terbang, ya. Mereka termasuk penerbang yang andal, kok. Tapi hanya bisa terbang dalam jarak pendek. Ketika merasa terancam, burung ini memilih menghilang ke balik tanaman atau lorong yang dibangun hewan laut sebagai jalan pintas untuk melarikan diri.
Berdasarkan informasi dari New Zealand Birds Online, antipodes parakeet juga suka mandi dan menghabiskan banyak waktu untuk berjemur. Mereka akan membersihkan bulunya di tempat yang sejuk. Dengan gaya hidupnya itu, kehidupan mereka belum tentu damai, ya. Mereka terkadang terlibat dalam perselisihan untuk merebutkan wilayah.
4. Sistem perkawinan antipodes parakeet

Saat memasuki bulan Oktober yang berlangsung hingga Maret, antipodes parakeet mulai berkembang biak. Di saat yang sama, mereka akan menggali liang sedalam satu meter di tanah gambut berserat sebagai sarangnya. Jika tidak membuat sarang, parakeet ini memanfaatkan terowongan alami sepanjang 60 sentimeter yang biasanya berada di pangkal rumpun tussock atau pakis. Sebagai alas, mereka melapisinya dengan potongan pakis dan akar halus.
Betina bisa bertelur sebanyak 5-6 butir yang dieraminya sendirian. Pada periode tersebut, betina cenderung bersikap sangat agresif. Oh iya, tugas membangun sarang dan merawat anak-anaknya hanya dilakukan oleh betina. Lalu, apa tugas jantan? Mereka akan bertanggung jawab menyiapkan dan memberikan makan pada anak-anaknya sebelum dan setelah keluar dari sarang.
Sekarang kamu tahu gaya hidup hewan endemik asal Selandia Baru ini. Mereka hidup cukup harmonis sebagai keluarga, tapi akan agresif jika menghadapi pengganggu. Sebagai informasi tambahan, antipodes parakeet punya suara khas yang dalam dan keras, terdengar seperti 'kok-kok-kok-kok-kok'. Ada juga suara berupa celotehan lembut, tapi tidak ada informasi detail soal itu.
Populasinya cenderung stabil, hanya saja berdasarkan laporan dari IUCN yang dirangkum oleh Datazone Birdlife, antipodes parakeet masih diklasifikasikan sebagai vulnerable sejak tahun 1994-2022. Diperkirakan hanya ada sekitar 2.000-3.000 burung dewasa pada tahun 2021.