4 Fakta Unik Greater Ani, Betina Suka Menitipkan Telurnya di Sarang Kelompok Burung Lain!

- Greater ani hidup di dataran rendah Amerika Selatan
- Makanan utamanya adalah serangga, dan mereka mencari makan dalam kelompok kecil
- Perkawinan greater ani melibatkan beberapa pasang yang membangun sarang bersama, dengan betina suka 'menitipkan' telurnya di sarang kelompok lain
Penampilan burung satu ini cukup menyeramkan karena bulunya didominasi warna hitam. Mereka dikenal sebagai greater ani, salah satu burung yang sering dianggap sebagai black cuckoo. Spesies ini berada dalam famili Cuculidae dan memiliki nama ilmiah Crotophaga major. Ukuran tubuhnya sedang, panjang tubuhnya kisaran 48 sentimeter dengan berat kurang lebih 170 gram.
Greater ani dewasa tampak tak terkalahkan dengan bulu hitam berkilau kebiruan, ekornya panjang dan paruhnya besar beralur hitam. Warna matanya yang putih tampak kontras dan mencolok. Burung ini melakukan migrasi musiman di beberapa wilayah jelajahnya. Lalu, bagaimana cara betina menitipkan telurnya di sarang kelompok lain? Yuk, temukan jawabannya pada penjelasan di bawah.
1. Sering berada di tepi sungai dan danau

Penyebaran greater ani berada di dataran rendah Amerika Selatan. Kamu bisa menemukannya di Kolombia hingga Paraguay, sementara di Amerika Tengah hanya menghuni bagian timur Panama. Spesies burung ini suka hidup di hutan yang dekat dengan air, berbeda dengan kerabat dekatnya yang tinggal di sabana terbuka atau padang semak.
Birds of The World menginformasikan bahwa habitat yang disukai greater ani berupa tepian sungai dan danau. Mereka akan membangun sarang di antara tumbuhan air yang menjulang. Jika ada cabang pepohonan yang menjorok ke atas air, itu juga jadi tempat ideal bagi mereka untuk bersarang.
2. Menu makan kesukaannya adalah serangga

Menu makan utama dari greater ani adalah serangga darat, tapi bukan berarti mereka membatasi dietnya, ya. Kadang burung ini juga memburu hewan kecil yang ada di habitatnya. Makanan kesukaannya berupa belalang daun, capung, laba-laba, ulat kupu-kupu dan bahkan anole (jenis kadal kecil).
Saat mencari makan, greater ani biasanya bergabung dalam kelompok kecil. Mereka terbang di antara pepohonan yang berada di tepian air. Setelah mengunci keberadaan mangsa, mereka akan segera memungutinya dari dedaunan dan batang pohon.
3. Sistem perkawinan greater ani

Tidak hanya mencari makan bersama, greater ani juga membangun sarangnya dengan kompak. Biasanya ada sekitar 2 sampai 5 pasang yang membangun sarang bersama. Sarangnya mirip cangkir yang dilapisi dedaunan dan ditempatkan di pohon dengan ketinggian 2-5 meter. Beberapa betina berterlur di sarang itu, bahkan bergantian mengerami dan memberi makan anaknya.
Melansir Animalia, saking kompaknya, anggota lain yang tidak ikut berkembang biak membantu merawat anak-anak, lho. Dalam satu sarang biasanya ada 3-10 telur. Masa inkubasi berlangsung selama 11-12 hari, dan anaknya baru keluar sarang 5 hari setelah menetas.
4. Betina menitipkan telurnya di sarang kelompok lain

Salah satu fakta menarik tentang masa berkembang biaknya adalah kelicikan betina. Pada penelitian jangka panjang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sekitar 15 persen betina greater ani suka 'menitipkan' telurnya di sarang kelompok lain. Perilaku itu juga disebut sebagai parasitisme sarang, apalagi kalau telurnya sendiri dimangsa. Sayangnya, di sarang kelompok, tidak semua telur langsung diterima, ya.
Kasus itu sering terjadi kalau jumlah anggota kelompoknya sudah banyak. Telur betina yang pergi mencari makan kadang dibuang oleh anggota kelompok lain dari sarang. Mereka mencoba menjaga keseimbangan, lebih banyak anggota berarti sarang aman dari predator. Tapi resikonya persaingan dalam kelompok juga tinggi. Karenanya dalam satu sarang biasanya diisi dua sampai tiga pasang induk, dilansir iNaturalist.
Sangat menarik bukan? Greater ani hidup berkelompok, tapi persaingan juga cukup tinggi. Apalagi kalau memasuki musim kawin, betina saling bersaing agar telurnya diterima dengan baik oleh kelompok lain. Populasi burung ini cenderung stabil sehingga masih diklasifikasikan sebagai least concern oleh IUCN.