4 Fakta Unik Otak Gurita, Punya Otak Lebih dari Satu

Bukan cuma satu, gurita ternyata memiliki sembilan otak. Satu otak utama terletak di antara kedua matanya, berfungsi sebagai pusat komando. Sementara delapan otak lainnya tersebar di masing-masing lengannya. Jadi, setiap lengan bisa berpikir dan bergerak secara mandiri.

Hal ini memungkinkan gurita melakukan banyak tugas sekaligus. Misalnya, satu lengan bisa membuka tutup botol, sementara yang lain mencari makanan atau menjelajah celah batu. Otak desentralisasi ini membuat gurita jadi makhluk multitasking alami yang sangat efisien.

Gurita ternyata mampu membedakan wajah manusia hanya lewat interaksi visual. Mereka bisa mengenali siapa yang lembut dan siapa yang kasar, lalu bersikap sesuai pengalaman sebelumnya. Ada gurita yang bahkan memilih menyendiri saat penjaga yang ia anggap “nyebelin” mendekat.

Kemampuan ini bukan sekadar refleks, melainkan bentuk kecerdasan sosial yang rumit. Gurita menyimpan memori spesifik dan bisa menyesuaikan perilaku berdasarkan pengalaman masa lalu. Mereka bukan cuma ingat siapa, tapi juga bagaimana seseorang memperlakukan mereka.

Dalam beberapa studi, gurita juga memperlihatkan kemampuan belajar dengan meniru gurita lain. Mereka mengamati, menganalisis, lalu menerapkan strategi berbeda untuk menyelesaikan masalah. Setiap individu punya gaya sendiri, seolah punya kepribadian unik yang bikin takjub.

Gurita punya semacam panel warna alami bernama kromatofora di permukaan kulitnya. Sel-sel ini bisa melebar dan mengecil dalam hitungan detik, menciptakan pola visual yang bisa mengecoh mata. Tanpa ragu, mereka bisa berubah jadi karang, pasir, atau bahkan bayangan batu.

Kemampuan ini tidak hanya soal warna, tapi juga tekstur. Kulit gurita bisa menonjol seperti karang atau rata seperti kerang lewat tonjolan mikroskopis bernama papila. Hasilnya, penyamaran mereka jadi tiga dimensi dan lebih meyakinkan.

Yang bikin merinding, semua itu dikendalikan oleh sistem saraf yang sangat responsif. Otak gurita berperan besar dalam membaca cahaya, bayangan, hingga struktur lingkungan lalu menyinkronkan semuanya dengan gerakan kulit. Mereka tidak sekadar menyembunyikan diri, tapi menciptakan ilusi yang sempurna.

Saat tidur, gurita mengalami dua fase: diam sunyi dan aktif bergejolak. Di fase aktif, matanya bergerak cepat, otot berkedut, dan warna kulitnya berubah-ubah. Seolah-olah mereka sedang main ulang adegan hidupnya di panggung mimpi laut dalam.

Perubahan warna saat tidur bukan sekadar efek fisik, tapi diduga hasil pemrosesan memori. Gurita mungkin sedang mengenang momen berburu atau kabur dari ancaman. Pola kulit yang muncul saat tidur sering menyerupai pola saat mereka terjaga dan bereaksi.

Fenomena ini bikin peneliti terpukau karena menyerupai fase REM pada manusia. Padahal, secara evolusi gurita dan manusia sangat jauh berbeda. Artinya, kemampuan mimpi bisa jadi bukan hak eksklusif makhluk berkaki dua.

Gurita bukan cuma makhluk laut biasa. Dengan sembilan otak, kemampuan belajar tinggi, dan daya ingat yang kuat, mereka adalah contoh nyata kecerdasan alami yang ada di alam. Semakin kita mengenal gurita, semakin kita sadar bahwa dunia laut menyimpan misteri yang luar biasa menakjubkan. Siap untuk jatuh cinta pada gurita?