Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Unik Peri Natal, Disebut Sering Membantu Santa Claus 

Santa with Elves karya Norman Rockwell muncul di sampul The Saturday Evening Post yang diterbitkan pada 2 Desember 1922 (commons.wikimedia.org/Norman Rockwell)
Santa with Elves karya Norman Rockwell muncul di sampul The Saturday Evening Post yang diterbitkan pada 2 Desember 1922 (commons.wikimedia.org/Norman Rockwell)

Jika kamu pernah menonton film Harry Potter, pasti kamu tahu Dobby. Yap, Dobby adalah seorang peri yang diperbudak oleh ayahnya Draco Malfoy dan dibebaskan oleh Harry Potter. Namun, para peri juga digambarkan sebagai tradisi Natal, terutama peri sering kali membantu Santa Claus mempersiapkan hadiah. Bisa dibilang, para peri Santa ini terjerat dalam perbudakan.

Nah, bagaimana, sih, peri Natal atay yang sering pula disebut sebagai kurcaci Natal ini dikatikan dengan Santa? Kenapa mereka membantu Santa mengemasi hadiah yang akan dibagi-bagikan ke anak-anak sebelum hari Natal tiba? Meski hanya dongeng, tapi tidak ada salahnya, kan, jika kita mencari tahu sejarah peri Natal berikut ini.

1. Asal usul peri Natal tercipta berkat mitologi Nordik

ilustrasi peri (álfar) di padang rumput (commons.wikimedia.org/Nils Blommér)
ilustrasi peri (álfar) di padang rumput (commons.wikimedia.org/Nils Blommér)

Ada beberapa inkarnasi elf yang terjadi selama berabad-abad lamanya, yang akhirnya menciptakan peri Natal saat ini. Memang, akar aslinya berasal dari dongeng Jermanik Utara, khususnya di Skandinavia. Budaya ini menciptakan satu kesatuan tentang apa yang kita kenal sebagai mitologi Nordik, dari sekitar 790–1100 Masehi, seperti yang dikutip Ancient History Encyclopedia.

Elf asli disebut sebagai "álfar", atau "huldufólk" (rakyat tersembunyi), dan tidak dikaitkan dengan dewa atau teologi formal apa pun. Namun, berbagai kisah tentang mereka berasal dari cerita rakyat yang berbeda, dan termasuk makhluk ajaib seperti peri, roh, dan sejenisnya. Faktanya, kepercayaan tentang elf bertahan hingga hari ini. Orang Islandia bahkan percaya kalau álfar mungkin masih ada.

2. Elf dalam mitologi Nordik bisa menjadi pelindung bagi pemilik rumah yang baik hati, dan suka memberikan hadiah

ilustrasi seorang anak dan para peri (commons.wikimedia.org/Kate Greenaway
ilustrasi seorang anak dan para peri (commons.wikimedia.org/Kate Greenaway

Dalam cerita mitologi Nordik, para elf digambarkan dengan dua tipe, yakni baik dan jahat. Namun, kebanyakan elf digambarkan nakal. Satu lagi, nih. Elf dalam mitologi Nordik mirip seperti Dobby dalam Harry Potter. Elf diyakini sebagai makhluk kecil mungil yang suka tinggal di rumah orang.

Jika orang yang punya rumah berperilaku baik, tidak suka bergosip atau berbohong, maka orang itu adalah orang baik. Jika demikian, para elf pun akan melindungi ternak dan perapian dari rumah orang baik tersebut. Para elf ini bahkan suka memberikan hadiah. Kedengarannya mirip dengan pemberian hadiah dalam tradisi Natal, kan?

3. Peri dikaitkan dengan iblis Alkitab

ilustrasi Beowulf memenggal kepala Grendel (commons.wikimedia.org/John Henry Frederick Bacon)
ilustrasi Beowulf memenggal kepala Grendel (commons.wikimedia.org/John Henry Frederick Bacon)

Nah, dengan menyebarnya agama Kristen di Eropa, muncullah demonisasi peri dan entitas pagan lainnya. Orang-orang abad pertengahan mulai menyamakan peri, gnome, kurcaci, atau apa pun yang berkaitan dengan hal itu, dengan iblis di Alkitab.

Bahkan, karya sastra Inggris tertua yang pernah diketahui, yakni Beowulf (diperkirakan ada sejak 700—1000 Masehi) menyebutkan bahwa peri dan roh-roh jahat adalah musuh Tuhan. Pada pertengahan 1590-an, ketika Shakespeare menulis A Midsummer Night's Dream, ia menciptakan karakter bernama Puck, yang merupakan peri nakal yang punya kekuatan magis.

4. Puisi The Night Before Christmas menginspirasi penulis dan seniman dalam menggambarkan peri natal yang baik dan Santa yang kita kenal sekarang

Santa with Elves karya Norman Rockwell muncul di sampul The Saturday Evening Post yang diterbitkan pada 2 Desember 1922 (commons.wikimedia.org/Norman Rockwell)
Santa with Elves karya Norman Rockwell muncul di sampul The Saturday Evening Post yang diterbitkan pada 2 Desember 1922 (commons.wikimedia.org/Norman Rockwell)

Tidak sampai disitu, ada puisi berjudul The Night Before Christmas atau awalnya disebut A Visit from St. Nicholas (1823). Puisi ini menceritakan tentang Santa dan peri tua yang periang, serta suka memberikan hadiah kepada anak-anak, lengkap dengan kereta luncur, dan delapan rusa kutub. Berkat puisi epik ini, para penulis dan seniman dari lintas generasi terinspirasi dengan puisi tersebut. Salah satunya Norman Rockwell, pelukis Amerika, yang melukis Santa Claus yang dikelilingi oleh para peri kecil. Lukisan ini berjudul Santa with Elves yang diterbitkan The Saturday Evening Post pada 1922.

Dalam sebuah film pendek berjudul Santa's Workshop (1932), Disney menggambarkan para peri sedang mengurus rusa kutub dan membantu Santa Claus, yang dimaksudkan sebagai peri yang nakal tetapi baik. Pada saat itu, kisah peri Natal pun mulai dikenal banyak orang. Karakter peri natal pun semakin populer ketika film komedi Elf (2003) ditayangkan.

Natal memang identik dengan Santa Claus dan peri-perinya. Siapa sangka, ya, ternyata peri ini terinspirasi dari mitologi Nordik. Kisahnya berkembang seiring waktu dan dikaitkan dengan berbagai kisah, termasuk kisah dari Alkitab. Nah, kamu sudah tidak penasaran, kan, tentang sejarah peri natal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us