Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Negara yang Punya Pemukiman Permanen di Kutub, Hidup di Suhu Ekstrem

Ilustrasi rumah ditutupi salju lebat (unsplash.com/Pietro De Grandi)
Ilustrasi rumah ditutupi salju lebat (unsplash.com/Pietro De Grandi)
Intinya sih...
  • Rusia memiliki pemukiman permanen di wilayah Arktik dengan suhu ekstrem hingga -45°C, dihuni oleh beragam kelompok dan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi.
  • Kanada memiliki komunitas Inuit yang terbiasa hidup dalam kondisi ekstrem di wilayah Arktik, menjaga kearifan lokal dan memanfaatkan teknologi modern.
  • Denmark mengelola Greenland, pulau terbesar di dunia di Kutub Utara, dengan pemukiman permanen yang telah menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang keras selama ratusan tahun.

Tinggal di wilayah kutub bukan hal yang mudah. Suhu bisa turun drastis hingga di bawah nol derajat Celsius, ditambah angin kencang, malam panjang berbulan-bulan, serta kondisi alam yang minim tumbuhan. Meski begitu, beberapa negara justru memiliki pemukiman permanen di kawasan ekstrem ini, bukan hanya sekadar stasiun riset atau pos sementara.

Menariknya, pemukiman ini dihuni secara rutin oleh warga sipil, lengkap dengan fasilitas umum seperti rumah, sekolah, bahkan tempat ibadah. Mereka sudah terbiasa beradaptasi dengan lingkungan beku dan tantangan sehari-hari yang tak biasa. Penasaran negara mana saja yang memiliki pemukiman permanen di kutub? Yuk, simak daftarnya berikut ini!

1. Rusia

Ilustrasi ekspedisi di Pulau Kolguyev, Arktik Rusia tahun 1895 (commons.wikimedia.org)
Ilustrasi ekspedisi di Pulau Kolguyev, Arktik Rusia tahun 1895 (commons.wikimedia.org)

Rusia dikenal memiliki wilayah Arktik yang sangat luas dengan berbagai pemukiman permanen di tengah suhu ekstrem yang sulit dibayangkan oleh sebagian besar orang. Uniknya, kawasan ini dihuni oleh beragam kelompok, seperti penambang, ilmuwan, dan masyarakat adat, yang terus menjalani kehidupan meski harus menghadapi musim dingin panjang dan suhu ekstrem hingga mencapai -45°C.

Dilansir dari laman TIME, sejarah panjang wilayah ini bahkan pernah dicap sebagai “zone of absolute discomfort” oleh pemerintah Soviet, menunjukkan betapa beratnya kehidupan di utara Rusia bagi para penduduknya, baik di era dulu maupun sekarang.

Meski kondisi alamnya keras, justru wilayah Arktik Rusia menyimpan harta karun berupa cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar. Keberadaan sumber daya alam inilah yang menarik ribuan orang datang bekerja di sana, ditambah dengan upaya pemerintah Rusia yang kian gencar membangun infrastruktur untuk memperkuat kehadiran mereka di kutub utara.

Namun, di balik geliat pembangunan, sejumlah kota kecil justru perlahan sepi ditinggalkan penduduknya. Hanya segelintir orang yang memilih bertahan di wilayah yang keras.

2. Kanada

Ilustrasi masyarakat Inuit di Kanada yang tinggal di wilayah Kutub Utara dan membangun igloo sebagai tempat berlindung dari suhu ekstrem (commons.wikimedia.org)
Ilustrasi masyarakat Inuit di Kanada yang tinggal di wilayah Kutub Utara dan membangun igloo sebagai tempat berlindung dari suhu ekstrem (commons.wikimedia.org)

Kanada menjadi salah satu negara dengan wilayah Arktik yang luas, dihuni oleh komunitas yang telah terbiasa hidup dalam kondisi ekstrem. Dilansir dari laman The Independent, di wilayah paling utara Kanada seperti Alert, Nunavut, suhu musim panas bisa mencapai rekor 21°C—jauh di atas rata-rata normal wilayah kutub yang biasanya hanya sekitar 5°C.

Di balik kerasnya alam Arktik, kehidupan di sana terus berjalan, mayoritas penduduknya adalah orang Inuit yang telah beradaptasi selama ribuan tahun. Aktivitas masyarakat lokal, mulai dari tradisi berburu hingga riset iklim, terus berlanjut dari generasi ke generasi. Para penduduk memanfaatkan teknologi modern, sekaligus menjaga kearifan lokal agar tetap mampu bertahan bahkan ketika perubahan cuaca ekstrem melanda.

3. Denmark

Ilustrasi perburuan paus oleh masyarakat Inuit di Greenland karya Hans Egede pada abad ke-18 (commons.wikimedia.org)
Ilustrasi perburuan paus oleh masyarakat Inuit di Greenland karya Hans Egede pada abad ke-18 (commons.wikimedia.org)

Denmark mengelola wilayah Greenland, pulau terbesar di dunia yang berada di Kutub Utara dengan pemukiman permanen yang tersebar di sepanjang pantainya. Dilansir dari laman Britannica, sejarah kolonisasi Denmark di Greenland berawal pada tahun 1721 ketika misionaris Hans Egede mendirikan misi dan perusahaan perdagangan, menandai dimulainya era kolonial yang turut mendorong perkembangan pemukiman di wilayah yang sangat keras ini.

Greenland tidak hanya kaya akan keanekaragaman budaya Inuit, tapi juga memiliki posisi strategis penting bagi kerajaan Denmark. Penduduk Greenland, yang sebagian besar merupakan suku Inuit, telah menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang keras selama ratusan tahun dengan tetap mempertahankan tradisi leluhur.

Secara politik, Greenland memiliki pemerintahan sendiri sejak 1979, meskipun Denmark masih mengurus sejumlah urusan seperti kebijakan luar negeri dan pertahanan. Semua ini menjadikan Greenland bukan sekadar wilayah dingin di utara, tapi juga bagian penting dalam peta sejarah dan identitas kutub.

4. Norwegia

Ilustrasi permukiman permanen di Longyearbyen, Svalbard, Norwegia, salah satu wilayah berpenghuni di Kutub Utara (commons.wikimedia.org/Bjoertvedt)
Ilustrasi permukiman permanen di Longyearbyen, Svalbard, Norwegia, salah satu wilayah berpenghuni di Kutub Utara (commons.wikimedia.org/Bjoertvedt)

Norwegia memegang kedaulatan atas Kepulauan Svalbard, sebuah wilayah di Kutub Utara yang menjadi rumah bagi pemukiman permanen di tengah suhu ekstrem. Dilansir dari laman Britannica, keberadaan Svalbard sebagai pemukiman permanen berawal dari eksplorasi dan aktivitas penangkapan ikan paus pada abad ke-17, kemudian berkembang menjadi pusat penelitian dan tambang batubara sejak awal abad ke-20, dengan Longyearbyen sebagai ibu kotanya dan pusat kehidupan masyarakat di sana.

Perjanjian Svalbard pada tahun 1920 memberikan status khusus pada wilayah ini, memastikan kedaulatan Norwegia sekaligus membuka akses bagi negara lain untuk mengeksplorasi sumber daya alamnya secara damai dan tanpa militerisasi.

Di tengah kondisi alam yang ekstrem, pemukiman di kawasan Kutub Utara Norwegia mampu menggabungkan tradisi setempat dengan inovasi modern demi bertahan hidup. Selain Longyearbyen, sejumlah kota seperti Barentsburg dan Pyramiden yang sebagian kini telah ditinggalkan, menjadi saksi bisu dari sejarah panjang penambangan dan kegiatan ilmiah di wilayah ini.

Tinggal di wilayah kutub memang tidak mudah, namun sejumlah komunitas berhasil beradaptasi dan bertahan hidup. Keberadaan pemukiman permanen ini membuktikan bahwa manusia mampu hidup bahkan di tempat paling ekstrem sekalipun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us