5 Fakta Al-Ahsa, Oasis Terbesar Dunia dengan Puluhan Mata Air

- Al-Ahsa adalah oasis terbesar di dunia dengan luas 8.544 hektar, rumah bagi jutaan pohon kurma, dan memiliki sumber air alami serta lahan hijau yang unik.
- Pada tahun 2018, Al-Ahsa diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO karena nilai budaya dan sejarahnya yang luar biasa, menunjukkan adaptasi manusia terhadap lingkungan ekstrem.
- Al-Ahsa telah menjadi pusat kehidupan manusia di Jazirah Arab selama ribuan tahun, memiliki puluhan mata air alami, dan kaya akan situs bersejarah seperti masjid tua dan pasar tradisional.
Di balik panasnya gurun pasir Arab Saudi, ada sebuah kawasan hijau yang seakan menjadi anugerah bagi siapa pun yang melihatnya. Kawasan itu adalah Oasis Al-Ahsa, yang dikenal sebagai oasis terbesar di dunia. Dengan luas yang mengagumkan, Al-Ahsa menjadi rumah bagi jutaan pohon kurma dan ratusan ribu penduduk yang menggantungkan hidup pada sumber daya alamnya.
Keindahan Al-Ahsa bukan hanya soal bentang alamnya yang subur di tengah gurun. Ia juga menyimpan nilai sejarah, budaya, dan jejak peradaban yang membuatnya diakui secara global. Dari mata air alami hingga situs-situs bersejarah, setiap sudut Al-Ahsa punya kisah untuk diceritakan. Yuk, simak lima fakta menarik tentang oasis luar biasa ini!
1. Oasis terbesar di dunia

Al-Ahsa dikenal sebagai oasis terbesar di dunia dengan bentang alam yang sangat luas. Kawasan ini mencakup area sekitar 8.544 hektar dengan zona penyangga lebih dari 21 ribu hektar. Luas tersebut meliputi lahan pertanian yang subur, jaringan mata air, kanal, danau, serta pemukiman. Skala yang begitu besar membuat Al-Ahsa tampak berbeda dibandingkan oasis lain yang umumnya jauh lebih kecil.
Ukuran yang masif ini juga menjadikannya rumah bagi jutaan pohon kurma yang tersebar di seluruh kawasan. Lebih dari 2,5 juta pohon tumbuh subur di oasis ini, menghasilkan pemandangan hijau yang kontras dengan gurun pasir di sekelilingnya. Keberadaan vegetasi dalam jumlah besar tersebut semakin menegaskan bahwa Al-Ahsa bukan sekadar oasis biasa, melainkan sebuah kawasan hijau raksasa yang unik di tengah iklim kering Jazirah Arab.
2. Warisan UNESCO

Pada tahun 2018, Oasis Al-Ahsa diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO karena nilai budaya dan sejarahnya yang luar biasa. Kawasan ini dipandang sebagai lanskap budaya yang mencerminkan jejak pemukiman manusia sejak zaman Neolitik hingga sekarang. Keberadaan benteng, masjid, serta situs arkeologi di dalamnya menjadi saksi bagaimana kehidupan dan peradaban berkembang terus-menerus di wilayah gurun yang menantang.
Status sebagai Warisan Dunia menegaskan peran penting Al-Ahsa sebagai contoh adaptasi manusia terhadap lingkungan ekstrem. Tradisi pertanian oasis yang masih digunakan hingga kini menunjukkan kesinambungan praktik lama yang tetap relevan. Pengakuan ini menegaskan Al-Ahsa sebagai kebanggaan Arab Saudi dan warisan dunia.
3. Sumber kehidupan sejak ribuan tahun

Sejak ribuan tahun lalu, Al-Ahsa telah menjadi pusat kehidupan manusia di Jazirah Arab. Sumber air alami dan tanah suburnya memungkinkan masyarakat kuno bercocok tanam sekaligus membangun permukiman permanen. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa kawasan ini sudah dihuni sejak periode Neolitik, menjadikannya salah satu contoh tertua adaptasi manusia terhadap lingkungan gurun.
Keberadaan mata air dan lahan hijau juga menjadikan Al-Ahsa berkembang sebagai pusat pertanian, perdagangan, hingga pertukaran budaya. Desa, pasar, serta bangunan tradisional yang masih bertahan hingga kini mencerminkan kesinambungan panjang hubungan manusia dengan alam. Hingga sekarang, oasis ini tetap berdiri sebagai simbol ketahanan dan sumber kehidupan yang telah menopang masyarakat selama beribu tahun.
4. Puluhan mata air alami

Keberadaan puluhan mata air alami menjadikan Al-Ahsa berbeda dari oasis lain di Jazirah Arab. Kawasan ini memiliki sekitar 60 hingga 70 mata air tawar yang tersebar di berbagai titik oasis. Air yang keluar dari sumber ini sejak lama menjadi penopang utama bagi pertanian kurma, lahan hijau, serta kehidupan masyarakat sekitar. Tanpa aliran air dari mata air ini, Al-Ahsa tidak akan mampu berkembang sebesar sekarang.
Setiap mata air memiliki karakter unik, mulai dari suhu dingin, hangat, hingga panas dengan kandungan mineral. Salah satu yang terkenal adalah Ain Najm, sumber air hangat yang mengandung sulfur dan dipercaya memiliki manfaat kesehatan. Selain itu, ada pula mata air seperti Ain Umm Sab’ah dan Ain al-Harrah yang digunakan untuk irigasi sekaligus menjadi tempat berkumpul masyarakat.
5. Kaya akan situs bersejarah

Al-Ahsa tidak hanya terkenal karena alamnya, tetapi juga karena situs bersejarah yang tersebar di berbagai kawasan. Di antaranya terdapat masjid Jawatha, masjid tua dari abad ke-7 yang memiliki makna penting dalam sejarah Islam, serta Ibrahim Palace di Hofuf yang memadukan gaya arsitektur Ottoman dengan unsur keislaman. Kedua tempat ini menjadi simbol panjangnya perjalanan budaya dan keagamaan di wilayah timur Arab Saudi.
Selain itu, terdapat pula Souq Al-Qaisariyah, pasar tradisional berusia ratusan tahun yang masih aktif hingga kini. Pasar ini bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga ruang sosial yang menjaga kesinambungan tradisi lokal. Ditambah dengan benteng, rumah kuno, dan bangunan bersejarah lainnya, Al-Ahsa benar-benar menjadi oasis yang kaya akan peninggalan sejarah dan budaya.
Dari luasnya hamparan hijau di tengah gurun pasir hingga jejak sejarah yang masih terjaga, Al-Ahsa membuktikan bahwa sebuah oasis bukan sekadar tempat persinggahan, melainkan ruang hidup yang menyatukan alam, budaya, dan manusia. Mungkin di situlah letak pesonanya, keajaiban yang sederhana, tapi meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya.