Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Danau Natron, Neraka Indah yang Jadi Surga Flamingo

potret Danau Natron dari satelit
potret Danau Natron dari satelit (commons.wikimedia.org/NASA)
Intinya sih...
  • Airnya punya pH super basa yang berbahaya
    • Tingkat kebasaan air di danau ini bisa mencapai 10.5 hingga 12, setara dengan larutan amonia
    • Kandungan mineral natron yang tinggi menyebabkan kondisi super basa
    • Fenomena hewan menjadi 'batu' bukanlah mitos
      • Proses kimia alami kalsifikasi mengubah bangkai hewan menjadi patung batu
      • Hewan mati terendam di air kaya mineral dan mengalami proses pengawetan
      • Warna merah darahnya berasal dari mikroorganisme
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu membayangkan sebuah danau dengan air berwarna merah darah yang sanggup mengubah bangkai hewan menjadi patung? Pemandangan sureal ini bukan berasal dari film fiksi ilmiah, melainkan nyata adanya di Danau Natron, sebuah danau garam yang terletak di wilayah Arusha, bagian utara Tanzania. Lokasinya yang terpencil, berdekatan dengan perbatasan Kenya dan di kaki gunung berapi aktif Ol Doinyo Lengai, menambah kesan misterius pada danau ini.

Danau Natron menyimpan pesona yang mematikan. Di balik keindahan warnanya yang unik, tersembunyi sebuah 'jebakan' alamiah yang sangat berbahaya bagi sebagian besar makhluk hidup. Fenomena hewan-hewan yang mati dan diawetkan secara alami oleh air danau ini sempat menggegerkan dunia melalui karya foto Nick Brandt. Bagaimana sebuah danau bisa memiliki kekuatan sedemikian rupa dan mengapa tempat ini begitu istimewa? Jawabannya terletak pada komposisi kimia airnya yang ekstrem, sebuah hasil dari proses geologis selama ribuan tahun di Lembah Celah Besar Afrika (Great Rift Valley)

1. Airnya punya pH super basa yang berbahaya

potret Danau Natron dari satelit
potret Danau Natron dari satelit (commons.wikimedia.org/NASA)

Keunikan utama Danau Natron terletak pada tingkat kebasaan atau alkalinitas airnya yang luar biasa tinggi. Dilansir dari Live Science, tingkat pH air di danau ini bisa mencapai 10.5, bahkan terkadang hingga 12, yang setara dengan larutan amonia. Sebagai perbandingan, air tawar biasa memiliki pH netral sekitar 7. Tingkat kebasaan yang ekstrem ini bersifat kaustik, artinya mampu membakar kulit dan mata sebagian besar hewan yang tidak beradaptasi untuk bertahan di lingkungan tersebut.

Penyebab utama dari kondisi super basa ini adalah kandungan mineral natron yang tinggi, yaitu campuran dari sodium karbonat dan sodium bikarbonat (soda kue). Mineral-mineral ini mengalir ke danau dari perbukitan di sekitarnya dan juga dari sumber air panas yang kaya mineral. Aktivitas vulkanik dari Gunung Ol Doinyo Lengai juga berperan besar, karena lava yang dihasilkannya kaya akan karbonat sodium dan potasium. Karena danau ini tidak memiliki aliran keluar, satu-satunya cara air berkurang adalah melalui penguapan yang tinggi akibat suhu panas yang seringkali melebihi 40 derajat Celcius, sehingga konsentrasi garam dan mineral menjadi semakin pekat.

2. Fenomena hewan menjadi 'batu' bukanlah mitos

ilustrasi batu
ilustrasi batu (pixabay.com/🌼Christel🌼)

Salah satu fakta paling menyeramkan dari Danau Natron adalah kemampuannya mengubah bangkai hewan menjadi seperti patung batu. Fenomena ini bukanlah sihir, melainkan proses kimia alami yang disebut kalsifikasi. Kandungan sodium karbonat yang sangat tinggi di dalam air danau berperan sebagai pengawet yang luar biasa. Menariknya, zat ini juga digunakan oleh bangsa Mesir kuno dalam proses mumifikasi untuk mengeringkan dan mengawetkan jenazah.

Perlu diluruskan, hewan-hewan tersebut tidak langsung berubah menjadi batu saat menyentuh air danau. Dilansir dari All That's Interesting, teori yang paling mungkin adalah hewan seperti burung dan kelelawar mati karena berbagai sebab, misalnya menabrak permukaan danau yang sangat reflektif seperti cermin. Setelah mati, tubuh mereka yang terendam di air kaya mineral mulai mengalami proses pengawetan. Garam dan mineral lainnya mengendap dan mengerak di seluruh tubuh, menjadikannya kaku dan keras seiring waktu. Ketika air danau surut, bangkai yang telah mengeras dan diawetkan ini akan terlihat di sepanjang garis pantai, menciptakan pemandangan yang menghantui.

3. Warna merah darahnya berasal dari mikroorganisme

ilustrasi bakteri
ilustrasi bakteri (pixabay.com/Arek Socha)

Pemandangan Danau Natron yang paling mencolok adalah warnanya yang seringkali berubah menjadi merah pekat, merah muda, atau oranye. Warna dramatis ini bukan disebabkan oleh darah atau polusi, melainkan berasal dari miliaran mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Menurut NASA's Earth Observatory, organisme ini termasuk dalam kelompok halofil (pecinta garam) dan cyanobacteria, sejenis bakteri yang melakukan fotosintesis.

Mikroorganisme ini berkembang biak dengan subur di lingkungan yang asin dan basa, kondisi yang justru mematikan bagi makhluk hidup lain. Cyanobacteria ini memiliki pigmen fotosintesis berwarna merah yang menghasilkan warna kemerahan pada air danau.[ Intensitas warna merah ini dapat bervariasi tergantung pada tingkat salinitas dan kedalaman air. Saat musim kemarau dan penguapan meningkat, konsentrasi garam menjadi lebih tinggi, yang memicu pertumbuhan mikroorganisme ini, sehingga warna merah danau pun menjadi semakin pekat dan jelas terlihat.

4. Justru menjadi surga bagi spesies flamingo langka

ilustrasi flamingo
ilustrasi flamingo (pexels.com/Pixabay)

Di tengah kondisinya yang ekstrem, Danau Natron secara paradoks menjadi salah satu tempat paling penting di dunia bagi kelangsungan hidup flamingo kecil (lesser flamingo). Dilansir dari Brilliant Africa, danau ini merupakan satu-satunya lokasi berkembang biak reguler bagi sekitar 2,5 juta flamingo kecil di Afrika Timur, atau sekitar 75% dari total populasi global spesies ini. Para flamingo ini telah beradaptasi secara luar biasa untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras tersebut.

Air danau yang kaustik menjadi benteng pertahanan alami yang melindungi sarang dan anak-anak flamingo dari predator. Tidak ada predator yang berani menyeberangi perairan berbahaya ini untuk memangsa telur atau flamingo muda. Selain itu, cyanobacteria yang memberi warna merah pada danau juga menjadi sumber makanan utama bagi para flamingo. Pigmen dari bakteri inilah yang kemudian memberikan warna pink yang ikonik pada bulu mereka. Jadi, tempat yang mematikan bagi banyak hewan, justru menjadi surga yang aman dan penuh makanan bagi para flamingo.

5. Ancaman penambangan mengintai kelestarian danau

ilustrasi penambang
ilustrasi penambang (pixabay.com/Tuna Ölger)

Meskipun tampak terisolasi, ekosistem unik Danau Natron tidak luput dari ancaman aktivitas manusia. Menurut laporan dari BirdLife International, danau ini telah lama menghadapi ancaman serius dari rencana penambangan soda abu (sodium karbonat). Soda abu adalah bahan industri penting yang digunakan dalam pembuatan kaca, sabun, dan berbagai produk lainnya. Proyek penambangan ini berpotensi merusak keseimbangan hidrologi danau secara fundamental.

Operasi penambangan akan melibatkan pemompaan air dalam jumlah besar dari danau dan pengalihan aliran air tawar dari sungai-sungai di sekitarnya. Hal ini dapat mengubah tingkat salinitas dan pH air, yang akan mengancam keberadaan mikroorganisme yang menjadi dasar rantai makanan di sana. Menurut Nature Tanzania, kerusakan ini pada akhirnya akan menghancurkan habitat berkembang biak flamingo yang sangat bergantung pada kondisi unik danau. Berkat kampanye dari berbagai organisasi konservasi dan komunitas lokal, beberapa proposal penambangan berhasil dihentikan di masa lalu, namun ancaman serupa masih bisa muncul kembali di masa depan.

Sebagai penutup, Danau Natron adalah bukti nyata betapa alam mampu menciptakan keindahan yang ekstrem sekaligus rapuh. Tempat ini mengajarkan kita bahwa kehidupan dapat beradaptasi dengan cara yang paling luar biasa di lingkungan yang paling keras sekalipun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Celepuk Afrika, Burung Hantu dengan Kamuflase Sempurna

11 Nov 2025, 22:54 WIBScience