Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Dolomites, Pegunung Pucat yang Lahir dari Dasar Laut

Formasi geologis yang menakjubkan dari Dolomites, dengan tebing curam dan lereng yang terawat, diakui sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Formasi geologis yang menakjubkan dari Dolomites, dengan tebing curam dan lereng yang terawat, diakui sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. (pixabay.com/KatSch)
Intinya sih...
  • Pegunungan megah ini lahir dari lautan purba
  • Nama Dolomites terinspirasi dari ahli geologi Prancis
  • Puncaknya bisa berpendar merah muda saat matahari terbenam
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu membayangkan sebuah pegunungan megah yang puncaknya menjulang tinggi, namun ternyata terlahir dari dasar lautan? Pemandangan luar biasa ini bukan hanya ada dalam cerita dongeng, melainkan nyata di bagian utara Italia. Inilah Dolomites, rangkaian pegunungan kapur yang menjadi bagian dari Pegunungan Alpen dan menyajikan panorama yang tak akan terlupakan bagi siapa pun yang melihatnya.

Keindahan Dolomites tidak hanya terletak pada tebing-tebingnya yang curam atau lembahnya yang hijau. Pegunungan ini menyimpan sejarah bumi yang berusia ratusan juta tahun serta kisah-kisah manusia yang dramatis. Dari fenomena alam yang membuat puncaknya berpendar warna-warni hingga sisa-sisa pertempuran besar, setiap sudut Dolomites memiliki cerita unik yang menunggu untuk diungkap.

1. Pegunungan megah ini ternyata lahir dari lautan purba

Pemandangan puncak-puncak dolomit yang khas di Val di Funes, Italia, menampilkan batuan kapur pucat yang membuktikan asal-usulnya dari dasar laut purba.
Pemandangan puncak-puncak dolomit yang khas di Val di Funes, Italia, menampilkan batuan kapur pucat yang membuktikan asal-usulnya dari dasar laut purba. (pixabay.com/Harry Burgess)

Fakta paling menakjubkan tentang Dolomites adalah asal-usulnya yang berasal dari bawah laut. Sekitar 250 juta tahun yang lalu, kawasan ini merupakan bagian dari lautan tropis purba bernama Laut Tethys. Selama jutaan tahun, sedimen, terumbu karang, dan berbagai organisme laut menumpuk di dasar laut, yang kemudian memadat menjadi batuan. Inilah alasan mengapa para peneliti sering menemukan fosil-fosil makhluk laut di puncak-puncak gunungnya.

Proses terangkatnya pegunungan ini ke permukaan terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik. Dilansir dari Trekhunt, tabrakan antara lempeng benua Afrika dan Eropa mendorong dasar laut ini ke atas, membentuk jajaran pegunungan yang kita kenal sekarang. Bentuknya yang unik dengan puncak-puncak runcing dan tebing-tebing terjal kemudian dipahat lebih lanjut oleh gletser selama Zaman Es.

2. Namanya terinspirasi dari seorang ahli geologi Prancis

potret tumpukan batuan dolomit berwarna terang yang mendominasi kawasan pegunungan Dolomites
potret tumpukan batuan dolomit berwarna terang yang mendominasi kawasan pegunungan Dolomites (Bruno Rijsman, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Sebelum dikenal sebagai Dolomites, pegunungan ini dijuluki Monti Pallidi atau "Pegunungan Pucat". Nama tersebut merujuk pada warna batuan kapurnya yang memang terlihat pucat dan terang. Namun, nama resminya saat ini berasal dari jasa seorang ilmuwan yang mengungkap keunikan geologisnya.

Pada abad ke-18, seorang ahli geologi dan mineralogi Prancis bernama Déodat Gratet de Dolomieu meneliti batuan di wilayah tersebut. Menurut laporan Britannica, ia menemukan bahwa batuan di sana berbeda dari batu kapur biasa karena tidak bereaksi kuat dengan asam. Batuan tersebut ternyata adalah jenis mineral baru yang kaya akan kalsium magnesium karbonat, yang kemudian dinamai "dolomit" untuk menghormatinya. Sejak saat itu, pegunungan ini pun dikenal sebagai Dolomites.

3. Puncaknya bisa berpendar merah muda saat matahari terbenam

Puncak-puncak Dolomites menampilkan fenomena Enrosadira, berpendar merah muda keemasan saat matahari terbenam.
Puncak-puncak Dolomites menampilkan fenomena Enrosadira, berpendar merah muda keemasan saat matahari terbenam. (Kufoleto, CC BY 3.0, via Wikimedia Commons)

Salah satu pesona magis Dolomites yang paling diburu para fotografer dan pelancong adalah fenomena Enrosadira. Istilah yang dalam bahasa lokal berarti "menjadi merah muda" ini adalah momen ketika puncak-puncak gunung memancarkan cahaya berwarna merah muda, oranye, hingga kemerahan saat matahari terbit dan terbenam. Pemandangan sureal ini membuat suasana terasa seperti di negeri dongeng.

Fenomena alam yang menakjubkan ini terjadi karena komposisi batuan dolomit yang unik. Dilansir dari Trekhunt, warna pucat dari mineral dolomit sangat efektif dalam memantulkan spektrum cahaya matahari. Ketika matahari berada di posisi rendah di cakrawala, sinarnya akan mengenai permukaan tebing-tebing batu secara langsung, menciptakan pendaran warna hangat yang spektakuler. Fenomena ini juga dikenal dengan istilah Alpenglühen dalam bahasa Jerman.

4. Dolomites pernah menjadi saksi bisu pertempuran sengit Perang Dunia I

potret sisa-sisa artefak militer Perang Dunia I yang ditemukan di Dolomites, termasuk kawat berduri dan peralatan berkarat
potret sisa-sisa artefak militer Perang Dunia I yang ditemukan di Dolomites, termasuk kawat berduri dan peralatan berkarat (Schi11, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Di balik keindahannya yang damai, Dolomites menyimpan sejarah kelam sebagai salah satu medan pertempuran paling brutal selama Perang Dunia I. Pegunungan ini menjadi garis depan antara pasukan Italia dan Austria-Hongaria. Para tentara tidak hanya bertempur melawan musuh, tetapi juga harus bertahan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrem, seperti suhu beku dan medan yang sangat curam.

Hingga hari ini, sisa-sisa perang masih bisa ditemukan di sepanjang jalur pendakian. Terdapat banyak terowongan perang yang digali menembus gunung, parit-parit pertahanan, serta jalur besi atau Via Ferrata. Menurut Alps Hiking, Via Ferrata atau "Jalur Besi" awalnya dibangun untuk membantu pergerakan pasukan militer di medan yang sulit. Kini, jalur tersebut menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pendaki dan petualang.

5. Keindahannya diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

Formasi geologis yang menakjubkan dari Dolomites, dengan tebing curam dan lereng yang terawat, diakui sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Formasi geologis yang menakjubkan dari Dolomites, dengan tebing curam dan lereng yang terawat, diakui sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. (pixabay.com/KatSch)

Pada tahun 2009, Dolomites secara resmi masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Pengakuan ini diberikan bukan hanya karena keindahan panoramanya yang luar biasa, tetapi juga karena nilai geologisnya yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Rangkaian pegunungan ini dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari sistem platform karbonat Era Mesozoikum yang terawetkan dengan baik.

Penetapan status oleh UNESCO ini bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati serta formasi geologis unik yang ada di Dolomites. Menurut Encyclopaedia Britannica, kawasan ini terdiri dari 18 puncak yang menjulang lebih dari 3.000 meter. Dengan status ini, pesona alam dan sejarah Dolomites diharapkan dapat terus terjaga untuk dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

Dolomites lebih dari sekadar jajaran gunung yang indah, ia adalah sebuah museum alam dan sejarah raksasa. Keberadaannya mengajarkan kita tentang kekuatan alam yang membentuk bumi dan mengingatkan kita pada jejak-jejak masa lalu yang tak terlupakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Menarik Lembah Boszhira, Bekas Dasar Samudra Purba!

24 Nov 2025, 21:49 WIBScience