5 Fakta Geoduck, Kerang Besar yang Punya Sejarah dan Makna Budaya

Apakah kamu sudah tahu hewan laut satu ini? Geoduck adalah sejenis kerang besar yang berasal dari famili Bivalvia. Selain ukurannya yang besar, kerang ini dikenal karena bentuknya yang aneh, dengan cangkang yang relatif kecil dibandingkan dengan tubuhnya yang panjang dan menyerupai leher. Geoduck dapat ditemukan di perairan dingin di sepanjang pantai Pasifik, terutama di wilayah Washington dan British Columbia.
Mereka biasanya hidup di pasir atau lumpur dasar laut, dan usianya dapat mencapai lebih dari 100 tahun. Selain penampilannya yang unik, geoduck juga dapat dijadikan masakan lezat dengan teksturnya yang kenyal. Mari kita telusuri lebih jauh fakta-fakta mengenai geoduck berikut ini.
1. Di manakah geoduck dapat ditemukan?

Geoduck berasal dari kawasan Pasifik Barat Laut dan dapat ditemukan di substrat berpasir serta berlumpur di perairan pesisir. Negara Bagian Washington adalah salah satu lokasi melimpahnya populasi geoduck, terutama di wilayah Puget Sound yang kaya akan kerang unik ini. Selain itu, mereka juga dapat dijumpai di beberapa area British Columbia dan Alaska. Penyelam sering kali mencari kerang ini di sepanjang pantai.
Habitat geoduck mencakup berbagai zona, mulai dari daerah pasang surut hingga kedalaman mencapai sekitar 60 kaki. Kemampuan geoduck untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan membuatnya berkembang biak dengan baik di berbagai kondisi. Keberadaan mereka yang sulit dijangkau ini menjadikannya sebagai salah satu spesies menarik bagi para penyelam dan peneliti.
2. Penampilan dan karakteristik geoduck

Bentuk tubuhnya yang khas membuat geoduck sangat mudah dikenali. Geoduck memiliki sifon panjang yang bisa mencapai 3 kaki, dan ini memberikannya penampilan yang unik. Cangkangnya keras dan memiliki bentuk yang tidak teratur, biasanya berwarna cokelat muda atau kekuningan dengan garis-garis gelap. Cangkangnya yang kuat ini melindungi tubuh lunaknya yang ada di dalam. Menariknya, geoduck dapat hidup lebih dari 100 tahun! Mereka tumbuh dengan lambat, mencapai kematangan usia dalam waktu 5 hingga 7 tahun.
Rasa masakan geoduck juga sangat menggugah selera. Ketika masih segar, geoduck memiliki rasa manis dan sedikit asin yang sangat disukai oleh banyak koki dan pecinta makanan laut. Teksturnya menggabungkan kekencangan dan sedikit kekenyalan, yang menjadikannya sebagai hidangan istimewa dari laut. Keunikan dan rasa yang lezat ini membuat geoduck menjadi salah satu kerang yang paling dicari.
3. Bagaimana geoduck dipanen

Memanen geoduck adalah kegiatan yang menarik dan memerlukan kombinasi antara keterampilan serta teknologi. Penyelam biasanya menjadi orang yang pertama terjun ke dalam air dingin untuk mencari kerang unik yang tersembunyi di bawah pasir. Setelah menemukannya, mereka menggunakan alat khusus untuk mengeluarkannya dengan hati-hati agar tidak merusak bagian tubuh yang sensitif. Proses ini memerlukan ketepatan dan kecepatan, karena geoduck dapat bergerak cepat saat merasa terganggu. Setelah berhasil diambil, kerang-kerang ini ditempatkan dengan hati-hati ke dalam wadah untuk diangkut.
Seluruh proses panen ini sangat bergantung pada praktik berkelanjutan untuk menjaga populasi geoduck agar tetap sehat di masa depan. Beberapa daerah juga menerapkan metode hidrolik, di mana semburan air digunakan untuk melonggarkan tanah di sekitar geoduck, sehingga memudahkan pengambilan. Meskipun teknik ini mempercepat proses, ada kekhawatiran mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, sering kali ada peraturan yang mengatur cara pemanenan, untuk menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Kombinasi antara tradisi dan inovasi inilah yang menjadi ciri khas usaha penangkapan hewan bawah laut ini.
4. Pemanfaatan geoduck di bidang kuliner

Geoduck merupakan salah satu hidangan favorit bagi para penggemar makanan laut. Dengan rasa manis dan asin yang khas, geoduck sangat fleksibel dalam berbagai olahan. Banyak koki yang menyajikannya dalam keadaan mentah, diiris tipis sebagai sashimi atau dalam bentuk gulungan sushi. Teksturnya yang lembut sangat cocok dipadukan dengan kecap dan wasabi. Ketika dimasak, geoduck menjadi hidangan yang lezat dan lembut, bisa ditumis, dipanggang, atau digoreng. Kerang ini mampu menyerap rasa dengan baik, sehingga menambah keunikan pada hidangan pasta atau semur seafood. Di beberapa tempat, geoduck juga digunakan dalam sup kental berkat rasa dan konsistensinya yang unik.
Bagi orang-orang yang menyukai tantangan kuliner, geoduck ceviche bisa menjadi pilihan menarik—dagingnya direndam dalam jus jeruk untuk menciptakan hidangan pembuka yang menyegarkan. Kegunaan geoduck dalam dunia kuliner tidak terbatas pada cara-cara tradisional. Para koki kreatif juga menggabungkannya dalam hidangan fusion modern. Apakah disajikan dengan cara yang sederhana atau diolah dengan cara yang inovatif, kerang unik ini pasti akan memikat siapa saja yang ingin mencoba cita rasa baru.
5. Sejarah dan makna budaya geoduck

Geoduck memiliki hubungan yang mendalam dengan budaya masyarakat pribumi di wilayah Pasifik Barat Laut. Selama berabad-abad, kerang ini telah menjadi bagian integral dari pola makan lokal dan berbagai upacara tradisional. Istilah “geoduck” berasal dari bahasa Lushootseed, yaitu “gʷídɨk,” yang berarti “menggali dalam-dalam,” yang mencerminkan cara pengambilan dan habitatnya. Masyarakat adat sering kali memperdagangkan geoduck, menunjukkan bahwa nilai kerang ini lebih dari sekadar sumber makanan. Di era modern, geoduck menjadi simbol kebanggaan budaya bagi banyak suku pribumi, dengan penampilannya yang khas menjadikannya inspirasi seni dan cerita rakyat.
Praktik pemanenan geoduck terus beradaptasi sambil tetap menghormati tradisi yang telah ada sejak lama. Berbagai inisiasi dilakukan untuk mengintegrasikan teknik pertanian berkelanjutan dengan pelestarian pengetahuan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Geoduck tidak hanya dianggap sebagai makanan lezat, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat pesisir dengan warisan budaya mereka. Dengan demikian, keberadaan geoduck mencerminkan pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi dalam pengelolaan sumber daya alam.