Katak identik dengan kulit tubuh yang mulus dan licin. Namun, tahukah kamu kalau ada satu spesies katak yang memiliki 'rambut'? Katak tersebut dikenal dengan nama katak berambut, katak horor, atau katak Wolverine. Mereka tersebar di beberapa negara di kawasan Afrika Tengah.
Rambut yang ada di kulit amfibi bernama latin Trichobatrachus robustus ini punya manfaat penting, lho. Ingin tahu kegunaannya? Simak sederet fakta unik soal katak berambut berikut ini!
Katak berambut dapat ditemukan di beberapa negara Afrika Tengah yang beriklim tropis dan subtropis. Dilansir Amphibia Web, mereka tersebar di Angola, Kamerun, Kongo, Republik Demokratik Kongo, Nigeria, Gabon, dan juga Guinea Khatulistiwa.
Trichobatrachus robustus merupakan hewan terestrial (darat) yang berhabitat di hutan dataran rendah, perkebunan, sungai, atau tanah pertanian yang subur. Ketika musim kawin, mereka akan pindah ke perairan dangkal untuk bertelur.
Katak berambut memiliki kulit berwarna kecokelatan dengan bintik-bintik hitam yang tidak beraturan di tubuhnya. Kepalanya lebar dengan moncong yang pendek dan membulat.
Dilansir Animalia, katak jantan dan betina bisa dibedakan dari segi ukuran dan keberadaan rambut di tubuhnya. Betina berukuran antara 8 hingga 11 centimeter bila dihitung dari ujung moncong sampai anus. Jantan berukuran sedikit lebih besar, yakni antara 10--13 centimeter. Kemudian, hanya katak jantan yang hairy, katak Trichobatrachus robustus betina memiliki penampilan normal seperti katak pada umumnya.
Kenapa katak Trichobatrachus robustus jantan memiliki rambut di tubuhnya? Dilansir Discover Wildlife, sebenarnya helaian tersebut bukanlah rambut asli selayaknya dimiliki manusia. Serabut tersebut ialah kulit-kulit tipis yang berisi pembuluh darah.
Rambut tersebut biasanya ada di bagian paha dan samping tubuh katak jantan, namun hanya tumbuh saat musim kawin. Keberadaan 'rambut' tersebut membantu katak jantan dalam menjalankan perannya sebagai ayah. Setelah kawin dengan betina, katak berambut jantan punya tugas menjaga telur-telur miliknya di bawah permukaan air.
Animalia menyatakan organ temporer tersebut bisa menyerap lebih banyak oksigen. Fungsinya mirip dengan insang luar saat katak masih berupa kecebong di fase akuatik. Dengan adanya 'rambut' tersebut, katak jantan mampu bertahan di dalam air hingga berhari-hari hingga telur-telurnya menetas.
Katak berambut punya mekanisme pertahanan diri yang tak biasa. Ketika merasa terancam oleh predator, mereka akan mematahkan tulang jari kakinya. Potongan tulang tersebut akan menembus kulit mereka sehingga terlihat sebagai cakar. Cakar palsu tersebut akan digunakan untuk melukai lawannya.
Uniknya lagi, cakar tersebut bisa ditarik masuk kembali ke tubuhnya. Discover Wildlife melansir jika tulang 'cakar' tersebut akan kembali ke tempatnya setelah tidak digunakan. Kulitnya yang tertembus cakar pun akan sembuh dengan sendirinya.
Bagi masyarakat Kamerun, katak berambut merupakan salah satu satwa yang biasa ditangkap dan dikonsumsi. Encyclopedia of Life melansir jika masyarakat Bakossi di Kamerun memiliki kepercayaan bahwa katak ialah anugrah yang turun dari langit dan bisa menyuburkan pasangan yang kesulitan memiliki momongan. Untuk menghindari cakarnya yang tajam, masyarakat lokal akan memburunya dengan tombak panjang dan golok.
Saat ini belum ada data angka populasi katak berambut yang ada di alam. Namun, para peneliti memperkirakan jumlah amfibi yang bisa hidup hingga usia 15 tahun ini terus berkurang. Kerusakan hutan yang menjadi habitatnya berpengaruh terhadap tren penurunan populasi katak berambut.
Memiliki tubuh yang berambut dan cakar yang tajam, katak berambut memang terlihat menyeramkan. Tidak mengherankan kalau ia juga disebut sebagai katak horor. Setelah mengetahui beberapa hal mengenai katak berambut, fakta apakah yang paling menarik bagimu?