5 Fakta Terunik Alka Paruh-Silet, Burung Laut yang Mirip Penguin

- Alka paruh-silet merupakan burung laut dengan ciri fisik mirip penguin, tetapi memiliki habitat di kawasan sub-Arktika.
- Mereka hidup berkoloni di pesisir pantai dan memakan ikan serta krustasea sebagai makanan utama.
- Alka paruh-silet tergolong hewan monogami atau setia dengan satu pasangan seumur hidup.
Kalau melihat spesies burung dengan paruh berwarna jingga dengan bulu berwarna hitam di bagian punggung dan putih di bagian dada, pikiran pertamamu mungkin akan langsung tertuju pada penguin (famili Spheniscidae). Padahal, ada satu lagi keluarga burung laut yang punya ciri cukup mirip dengan burung yang tak bisa terbang itu, lho. Nama keluarga burung laut itu adalah alka (famili Alcidae). Pernah dengar nama burung pingai-laut atau beo-laut? Nah, keduanya masuk dalam famili burung yang satu ini.
Namun, kali ini, kita tak akan membahas kedua jenis burung itu. Kita akan membahas spesies alka yang lain bernama alka paruh-silet (Alca torda). Bulu mereka didominasi warna hitam dari kepala, leher, punggung, hingga ekor. Pada bagian perut, terdapat bulu berwarna putih. Selain itu, terdapat garis putih dari mata hingga paruh yang menjadi ciri khas alka paruh-silet. Ekor mereka cenderung panjang dengan kaki mirip seperti bebek.
Untuk ukuran rata-rata, panjang tubuh alka paruh-silet sekitar 37—39 cm, bobot antara 505—730 gram, dan rentang sayap 60—67 cm. Selain ciri fisik mereka yang cukup unik, burung laut yang satu ini juga menyimpan banyak fakta menarik lain. Untuk itu, kalau ingin berkenalan dengan alka paruh-silet, langsung gulir layarmu ke bawah, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Alka paruh-silet merupakan spesies burung penghuni belahan Bumi utara. Tepatnya, mereka ditemukan di kawasan sub-Arktika dengan suhu rata-rata di bawah 15 derajat celsius yang meliputi wilayah Atlantik dan sedikit di Mediterania. Negara-negara yang jadi rumah mereka adalah Islandia, Britania Raya, Norwegia, Swedia, Finlandia, Prancis, Portugal, Amerika Serikat, Kanada, hingga Rusia. Selain itu, alka paruh-silet juga ditemukan di Greenland.
Dilansir Bird Life, pilihan habitat burung laut ini berada di pesisir pantai. Secara khusus, alka paruh-silet lebih banyak memilih kawasan pesisir yang penuh dengan tebing berbatu. Kadang, mereka juga akan bergerak ke muara ataupun tempat dengan kadar garam rendah untuk mencari makanan.
Nah, untuk urusan makanan sendiri, alka paruh-silet merupakan karnivor. Secara khusus, mereka menargetkan berbagai jenis ikan yang hidup berkelompok, semisal ikan kod, kapelin, dan haring. Selain itu, kadang mereka juga akan mengonsumsi beberapa jenis krustasea dan cacing laut (Polychaeta).
2. Hidup secara berkelompok

Seperti mayoritas spesies burung laut lain, alka paruh-silet hidup secara berkoloni dengan jumlah yang bisa mencapai ratusan individu. Bersama dengan koloni ini, alka paruh-silet akan membangun sarang di satu lokasi yang sama dan mencari spot makan bersama-sama. Menariknya, Animalia melansir bahwa kadang mereka tetap menerima spesies alka lain di kelompok untuk mencari makan maupun berlindung bersama-sama.
Selain itu, koloni alka paruh-silet juga akan bermigrasi ketika musim dingin tiba. Adapun, alasan utama mereka melakukan ini tak lain demi mencari tempat kawanan ikan yang menjadi makanan mereka sedang bergerombol. Selain untuk memenuhi kebutuhan makan, tujuan gaya hidup berkelompok burung ini dilakukan demi menjaga diri dari ancaman predator, semisal burung pemangsa dan rubah. Sementara, untuk urusan interaksi, alka paruh-silet sebenarnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan pasangan mereka saja.
3. Ahlinya terbang dan berenang!

Berbeda dengan penguin, alka paruh-silet masih bisa terbang berkat kedua sayap mereka yang cukup lebar. Selain itu, sebagai burung laut, tentu mereka juga bisa menyelam dan berenang. Hebatnya, mereka bisa dibilang menjadi spesies alka yang punya catatan terbang dan berenang paling impresif, lho.
Kecepatan terbang maksimal yang pernah dicatat sekitar 38,6 km per jam. Bukan angka yang impresif di dunia burung memang, tetapi itu masih lebih baik ketimbang saudara mereka yang lain. Dilansir Animal Diversity, untuk urusan menyelam, alka paruh-silet akan menerjang air dari udara dengan tubuh menukik membentuk huruf V. Hebatnya, proses menyelam burung ini tak akan langsung berhenti setelah menyentuh air, tetapi tetap lanjut hingga kedalaman 25—43 meter di bawah permukaan laut.
Kalau diukur, kecepatan menyelam mereka mencapai 1,5 meter per detik. Setelah itu, alka paruh-silet akan berenang dengan lincah sambil mencari ikan sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Sebab, mereka tak bisa bertahan di dalam air terlalu lama. Rata-rata waktu penyelaman yang dilakukan burung ini hanya berkisar 35 detik.
4. Salah satu contoh hewan yang setia dan kompak

Dilansir Maine Coast Islands, alka paruh-silet tergolong hewan monogami. Artinya, mereka hanya akan kawin dengan satu pasangan dan hidup bersama seumur hidup. Musim kawin mereka berlangsung sekitar April—Mei. Sebelum kawin, biasanya pasangan alka paruh-silet akan memperkuat ikatan mereka lewat sentuhan ke tubuh pasangan dengan paruh masing-masing. Hebatnya, selama periode kawin atau sekitar 30 hari, pasangan alka dapat kawin hingga 80 kali, lho.
Setelah proses perkawinan itu selesai, barulah betina mulai bertelur. Alka paruh-silet bukan jenis burung yang membangun sarang sendiri. Biasanya, mereka hanya akan menggunakan celah di antara tebing berbatu. Pada kasus yang jarang, mereka akan menyusun batu-batu hingga melingkar di sekitar area mereka meletakkan telur. Oh, ya, dalam satu musim kawin, alka paruh-silet betina hanya akan menghasilkan sebutir telur.
Pasangan alka paruh-silet pun terbilang sangat kompak untuk urusan menjaga anak. Saat masih berbentuk telur, jantan akan membantu untuk menjaga telur mereka dari potensi serangan predator ataupun pasangan alka lain. Mereka tak segan menyerang siapa pun yang mencoba mendekati sarang. Setelah anak alka paruh-silet lahir—biasanya butuh waktu 35 hari—pasangan burung ini akan bergantian mencari makan untuk memenuhi kebutuhan anak mereka. Dalam sehari, anak alka paruh-silet butuh 6 ekor ikan.
5. Status konservasi

Sebenarnya, IUCN Red List masih melabeli alka paruh-silet dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Populasi mereka pun terbilang masih sangat besar, yakni sekitar 1,2—2,5 juta individu di seluruh dunia. Namun, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi alka paruh-silet. Mayoritas tantangan itu dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Dilansir Animalia, habitat alka paruh-silet mulai terpapar polusi dari minyak yang tumpah ke laut. Akibatnya, tempat reproduksi mereka berpotensi terancam. Ditambah lagi, karena pencemaran itu terjadi di laut, ikan-ikan yang jadi makanan mereka pun terkena imbasnya. Karena itu, semakin sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Kalau melihat gambar alka paruh-silet dari jauh, kesan mirip dengan penguin memang sangat kental terasa. Namun, dari tempat hidup, ciri fisik yang spesifik, sampai kemampuan mereka untuk terbang jadi pembeda yang jelas antara kedua spesies burung laut ini. Menurutmu, lebih menarik penampilan dari alka paruh-silet atau penguin, nih?