5 Fakta Unik Salamander Tutul, Jarang Terlihat di Permukaan Tanah!

Selain reptil, amfibi juga menjadi hewan berukuran kecil yang sering ditemukan di area lembab. Spesies amfibi di Indonesia memang hanya terbatas pada kodok, katak, dan caecilia, namun daerah lain punya keberagaman amfibi yang melebihi Indonesia, lho. Salah satunya adalah Amerika, di daerah tersebut kamu bisa menemukan salamander. Diantara banyaknya salamander di sana, Ambystoma maculatum atau salamander tutul jadi salah satu yang mudah dikenali.
Salamander tutul mudah dikenali dari bentuk tubuhnya, warnanya, kebiasaannya, penyebarannya, habitatnya, dan corak di tubuhnya. Ia termasuk salah satu salamander yang cukup besar dan kerap ditemukan di daerah lembab seperti danau dan sungai. Tapi tak hanya soal habitat dan ciri fisik, ternyata hewan berkulit lunak ini punya banyak fakta unik yang jarang diketahui orang, lho.
1. Termasuk hewan fossorial yang jarang menampakan diri di permukaan tanah

Dilansir Animalia, salamander tutul merupakan hewan fosorial yang artinya ia hidup di dalam tanah dan sangat jarang naik ke permukaan. Misalpun tidak di dalam tanah, hewan kecil ini biasanya akan bersembunyi di tempat gelap seperti di bawah kayu atau di daerah lembab seperti di sungai. Hal tersebut juga tidak sering dilakukan dan biasanya hanya dilakukan setelah hujan besar atau saat musim kawin.
Salamander tutul sendiri mendiami wilayah dingin di Amerika Utara, penyebarannya mencakup dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Kanada. Daerah lembab seperti kolam, sungai, hutan, danau, dan area pertanian jadi habitat utama hewan ini. Saat musim dingin hewan ini juga akan melakukan brumasi di dalam tanah dan baru akan keluar saat musim kawin pada bulan Maret sampai Mei.
2. Sangat suka memakan hewan kecil seperti cacing dan moluska

Laman National Wildlife Federation menjelaskan kalau salamander tutul merupakan karnivor yang sangat suka memakan hewan kecil. Larva dan individu dewasa juga mempunyai pilihan makanan yang berbeda. Larva salamander ini secara penuh hidup di air dan sangat suka memakan serangga, krustasea, dan invertebrata air. Di lain sisi, individu dewasa punya pilihan makanan yang bervariasi, seperti serangga, cacing tanah, keong, laba-laba, lipan, dan invertebrata lain. Ia juga punya lidah lengket yang sangat berguna untuk menangkap mangsa.
3. Memiliki tubuh hitam yang ditemani corak tutul kuning

Seperti namanya, amfibi dengan panjang maksimal 25 cm ini mudah dikenali dari corak tutul berwarna kuning di sekujur tubuhnya. Warna dasarnya sendiri terbilang gelap karena tubuhnya diselimuti warna hitam, cokelat, atau kemerahan. Kepalanya membulat, matanya hitam dan besar, kakinya berselaput, tubuhnya memanjang, dan ekornya juga panjang. Seperti amfibi lain salamander tutul punya kulit halus, bergelambir, dan basah. Bahkan hewan ini harus selalu basah dan dekat dengan daerah lembab supaya tidak mati.
Salamander tutul juga menunjukan dimorfisme seksual di mana individu betina punya ukuran yang lebih besar dari individu jantan. Namun walau corak dan warnanya sangat khas nyatanya hewan ini cukup sulit diidentifikasi, lho. Tubuhnya yang memanjang, kemampuan kamuflasenya yang baik, dan kebiasaannya untuk bersembunyi membuat salamander tutul sangat sulit dideteksi oleh manusia atau predator.
4. Punya hubungan simbiosis dengan alga hijau

Telur salamander tutul serupa dengan telur katak atau kodok, yaitu punya tekstur kenyal, halus, dan menempel satu sama lain. Telur-telur tersebut akan ditaruh di dalam air dan biasanya menetas dalam kurun waktu satu sampai dua bulan. Lamanya penetasan sangat bergantung dengan suhu air. Karenanya salamander tutul harus memilih perairan dengan suhu yang cocok, jika tidak maka ada kemungkinan telurnya gagal menetas.
Namun tak hanya itu, artikel di jurnal Biological Bulletin juga menjelaskan kalau telur salamander ini punya hubungan simbiosis mutualisme dengan Oophila amblystomatis atau alga hijau. Dalam hal ini, alga hijau menyediakan oksigen dan nutrisi bagi telur salamander melalui proses fotosintesis. Di lain sisi, telur-telur tersebut juga menghasilkan karbondioksida yang sangat penting bagi proses fotosintesis alga hijau. Dengan hubungan simbiosis ini keduanya memiliki kesempatan bertahan yang lebih tinggi.
5. Punya banyak strategi pertahanan yang unik

Dilansir iNaturalist, salamander tutul punya beberapa strategi pertahanan yang digunakan untuk mengusir predator dan penganggu. Pertama, tentunya ia akan bersembunyi dari predator. Biasanya, tempat persembunyian favorit hewan ini adalah di bawah tanah, di rerumputan kering, atau di kayu yang mati. Kedua, jika memungkinkan salamander tutul juga bisa kabur entah kabur ke air atau masuk ke lubang.
Bahkan tak hanya itu, amfibi ini juga memiliki kemampuan autotomi, yaitu kemampuan untuk memutuskan ekornya saat merasa terancam. Serupa dengan cecak, tokek, atau kadal. Terakhir, strategi pertahanan yang paling efektif adalah racun. Dalam hal ini salamander tutul akan mengeluarkan cairan racun yang dikeluarkan dari kantung racun di sekitar leher dan kepalanya. Dengan semua strategi tersebut hewan ini tak perlu takut akan ancaman predator.
Amfibi tidak terbatas pada katak dan kodok, justru di daerah lain ada amfibi yang sangat unik, yaitu salamander. Salah satu spesies salamander adalah salamander tutul dan hewan ini punya berbagai keunikan. Pertama, ia punya tubuh yang diselimuti tutul kuning. Kedua, ia bisa melakukan autotomi dan mengeluarkan racun dari tubuhnya. Bahkan hewan fosorial ini juga punya hubungan simbiosis mutualisme dengan alga, lho.