Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Wattled Crane, Spesies Bangau Terbesar dan Langka dari Afrika!

Wattled Crane
Bangau bergelambir (www.pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)
Intinya sih...
  • Wattled crane adalah spesies bangau terbesar dan langka dari Afrika bagian selatan.
  • Mereka hidup di ekosistem lahan basah dan terancam oleh kerusakan habitat akibat aktivitas manusia.
  • Dikenal dengan gelambir putih di bawah dagunya yang berperan penting dalam komunikasi dan reproduksi yang rendah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau biasanya kamu mengenal bangau sebagai burung dengan tubuh ramping dan leher panjang yang sering terlihat di sawah, ternyata ada juga lho spesies bangau raksasa dari Afrika yang tampil berbeda. Namanya wattled crane (Grus carunculatus) atau dikenal juga dengan sebutan bangau berjengger. Bangau ini bukan cuma terbesar di Afrika, tapi juga jadi salah satu yang paling langka di dunia. Dengan ciri khas gelambir putih di bawah dagunya, burung ini punya daya tarik tersendiri yang bikin banyak orang penasaran. Nah, biar kamu makin kenal, yuk simak 5 fakta menarik seputar wattled crane selengkapnya di artikel berikut ini!

1. Berasal dari wilayah Afrika

Wattled Crane
Bangau bergelambir (commons.wikimedia.org/Joachim Huber)

Wattled crane merupakan burung khas Afrika bagian selatan. Dilansir Animal Diversity Web, spesies ini terbagi ke dalam tiga kelompok populasi besar. Populasi paling kecil ada di dataran tinggi Ethiopia yang letaknya terpisah jauh dari kelompok lainnya. Populasi terbesar tersebar di Afrika selatan-tengah, tepatnya Zambia selatan, Mozambik, dan Botswana. Sementara itu, populasi lainnya ditemukan di wilayah selatan Afrika, mulai dari Swaziland hingga Lesotho.

Dilansir Data Zone by BirdLife, wattle crane sangat bergantung pada ekosistem lahan basah. Mereka umumnya hidup di rawa, danau dangkal, hingga padang rumput berair. Burung ini sering terlihat berjalan perlahan di tanah berlumpur untuk mencari serangga, ikan kecil, atau tanaman air sebagai makanannya.

Sayangnya, kerusakan habitat akibat pengeringan lahan basah untuk pertanian dan pemukiman manusia membuat keberadaan mereka semakin terancam. Perubahan bentang alam ini membuat ruang hidup wattled crane semakin sempit dari tahun ke tahun.

2. Spesies bangau terbesar di Afrika

Wattled Crane
Bangau bergelambir (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Kalau soal ukuran, wattled crane memang tidak main-main. Dilansir KZN Crane Foundation, tinggi tubuhnya bisa mencapai 1,2 hingga 1,75 meter dengan berat sekitar 7,5–8,4 kg. Rentang sayapnya pun lebar, yakni 613–717 mm, menjadikannya spesies bangau terbesar di Afrika. Tubuh besar ini membuat wattled crane terlihat sangat gagah saat membentangkan sayapnya.

Dilansir Animal Diversity Web, bulu tubuh bangau ini didominasi warna abu-abu keperakan dengan kombinasi hitam dan putih. Bagian kepalanya berwarna putih dengan bulu abu-abu gelap di atas mata dan mahkota, sementara bulu sayap bagian dalamnya panjang hingga hampir menyentuh tanah.

3. Dikenal dengan gelambir di bawah dagunya yang ikonik

Wattled Crane
Bangau bergelambir (commons.wikimedia.org/kusanagi_seed)

Wattled crane punya ciri khas unik yang langsung bikin mereka mudah dikenali, yaitu gelambir putih yang menggantung di bawah dagu. Dari sinilah asal-usul nama mereka, wattled crane. Menariknya, gelambir ini bukan sekadar hiasan. Para ahli meyakini gelambir berperan penting dalam komunikasi, terutama saat musim kawin.

Ketika mengeluarkan suara, resonansi dari gelambir membantu menghasilkan panggilan yang lebih nyaring, bergema, dan bernada tinggi. Selain itu, gelambir yang jelas terlihat juga bisa menjadi sinyal visual untuk menarik pasangan atau memperkuat ikatan antar individu. Jadi, bukan hanya menambah keunikan penampilan, tapi juga menjadi alat komunikasi vital yang membuat wattled crane berbeda dari spesies bangau lain di dunia.

4. Memiliki tingkat reproduksi yang rendah sehingga populasinya sulit bertambah

Wattled Crane
Bangau bergelambir (commons.wikimedia.org/Fiver Löcker from Wellington)

Meski tubuhnya besar dan suaranya lantang, ternyata wattled crane memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Dilansir KZN Crane Foundation, burung ini baru bisa berkembang biak setelah berusia 8–9 tahun, jauh lebih lama dibanding banyak burung lain.

Dalam satu musim kawin, mereka biasanya hanya menghasilkan 1–2 butir telur, dan tidak semuanya bisa menetas. Bahkan, dari yang berhasil menetas pun, anak bangau sering kali kesulitan bertahan hidup karena predator atau perubahan lingkungan. Kondisi ini membuat populasi wattled crane sulit bertambah. Alih-alih meningkat, jumlah mereka justru cenderung menurun dari tahun ke tahun. Inilah salah satu alasan kenapa spesies ini masuk daftar burung yang terancam.

5. Menjadi spesies langka di Afrika

Wattled Crane
Bangau bergelambir (www.pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Wattled crane merupakan spesies bangau paling langka dari total enam spesies bangau yang hidup di Afrika. Populasinya di alam liar diperkirakan hanya tersisa kurang dari delapan ribu ekor. Kelangkaan ini dipengaruhi banyak faktor, mulai dari tingkat reproduksi yang rendah, kerusakan habitat lahan basah, hingga gangguan aktivitas manusia. Tingkat reproduksinya bahkan tercatat hanya sekitar 4,2% pada populasi 784 bangau dewasa, dengan keberhasilan membentuk pasangan cuma 13%. Oleh karena itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan burung ini dalam status vulnerable (rentan) terhadap kepunahan.

Berbagai upaya konservasi terus dilakukan, mulai dari perlindungan habitat, program penangkaran, hingga penyadaran masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga ekosistem lahan basah. Namun, perjalanan masih panjang untuk benar-benar menyelamatkan wattled crane dari ancaman kepunahan.

Wattled crane bukan hanya sekadar burung besar dengan gelambir unik, tetapi juga simbol penting dari keanekaragaman hayati Afrika. Keberadaannya menunjukkan betapa kayanya ekosistem lahan basah di benua tersebut. Sayangnya, mereka kini berada di ambang keterancaman akibat ulah manusia dan faktor alami. Dengan mengenal lebih jauh tentang spesies ini, semoga kita semakin sadar betapa pentingnya menjaga habitat dan melestarikan satwa liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Rusa Jambul, Taringnya seperti Gigi Vampir

22 Sep 2025, 12:49 WIBScience