Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Gunung Erebus, Gunung Berapi Teraktif dengan Danau Lava Abadi

Kawah Gunung Erebus, Pulau Ross, Antartika
Kawah Gunung Erebus, Pulau Ross, Antartika (commons.wikimedia.org/jeaneeem)
Intinya sih...
  • Gunung Erebus ditemukan pada tahun 1841 oleh penjelajah kutub asal Inggris, Sir James Clark Ross, dan dinamai berdasarkan mitologi Yunani kuno.
  • Pendakian pertama Gunung Erebus dilakukan pada tahun 1908 oleh tim ekspedisi Nimrod yang dipimpin oleh Sir Ernest Shackleton.
  • Observatorium Gunung Erebus telah memantau aktivitas vulkaniknya sejak tahun 1972 dan melakukan penelitian ilmiah menggunakan berbagai instrumen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunung Erebus adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Ross, Antartika dan merupakan gunung berapi aktif paling selatan di Bumi. Letaknya dekat dengan Stasiun McMurdo milik Amerika Serikat dan Pangkalan Scott milik Selandia Baru. Gunung yang menjulang setinggi 3.794 meter di atas permukaan laut ini juga merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Antartika, setelah Gunung Sidley.

Pada tahun 1979, Gunung Erebus menjadi lokasi kecelakaan Air New Zealand dengan nomor penerbangan TE901. Pesawat menabrak lereng gunung hingga menewaskan seluruh penumpangnya, yang terdiri dari 237 penumpang dan 20 awak. Untuk mengenangnya, sebuah tugu peringatan pun didirikan di Pemakaman Waikumete, Auckland, Selandia Baru.

Lokasinya yang ekstrem membuat Gunung Erebus memiliki sejumlah misteri dan fakta menarik yang tidak ditemukan di tempat lain. Apa saja itu? Ayo jelajahi!

1. Ditemukan pada tahun 1841

Panorama Pulau Ross terlihat dari Castle Rock, dekat Stasiun McMurdo di Semenanjung Hut Point dengan Gunung Erebus (tengah), Gunung Terror (kanan) dan Lidah Es Erebus di Selat McMurdo yang membeku (kiri), Antartika
Panorama Pulau Ross terlihat dari Castle Rock, dekat Stasiun McMurdo di Semenanjung Hut Point dengan Gunung Erebus (tengah), Gunung Terror (kanan) dan Lidah Es Erebus di Selat McMurdo yang membeku (kiri), Antartika (commons.wikimedia.org/Hannes Grobe, Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Germany)

Gunung Erebus memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan penjelajahan dan penelitian di benua Antartika. Gunung ini pertama kali ditemukan pada tahun 1841 oleh seorang penjelajah kutub asal Inggris bernama Sir James Clark Ross. Saat itu, ia memimpin ekspedisi ke Antartika dengan dua kapal, yaitu HMS Erebus dan HMS Terror.

Ketika berlayar, ia menemukan dua gunung berapi besar yang sedang erupsi. Atas dasar itulah, satu gunung dinamai Erebus, sementara gunung lainnya, yang kini sudah punah, dinamai Terror. Nama "Erebus" sendiri berasal dari mitologi Yunani kuno, yaitu dewa primordial yang melambangkan kegelapan purba.

2. Pendakian pertama pada tahun 1908

Pengambilan sampel untuk mikrobiologi dari tanah yang dipanaskan secara geotermal di Tramway Ridge, Gunung Erebus, Antartika
Pengambilan sampel untuk mikrobiologi dari tanah yang dipanaskan secara geotermal di Tramway Ridge, Gunung Erebus, Antartika (commons.wikimedia.org/Stenoell)

Meskipun sudah ditemukan pada tahun 1841, tetapi butuh waktu lama sebelum ada yang berhasil mencapai puncak Gunung Erebus. Pada tahun 1908, pendakian pertama Gunung Erebus dilakukan oleh tim ekspedisi Nimrod yang dipimpin oleh Sir Ernest Shackleton. Ekspedisi ini bertujuan menjadi tim penjelajah pertama yang mencapai Kutub Selatan.

Pendakian ini dipimpin oleh Edgeworth David, yang merupakan salah seorang anggota tim. Selama lima setengah hari, pendakian diwarnai oleh berbagai tantangan, termasuk badai salju dan medan es yang berbahaya. Namun, pada akhirnya mereka berhasil mencapai puncak Gunung Erebus dan membawa pulang sampel berharga, meskipun salah satu dari mereka terpaksa kembali karena mengalami frostbite, alias radang dingin yang parah.

3. Aktivitas vulkaniknya dipantau dan dipelajari sejak tahun 1972

Gubuk Shackleton didirikan di Tanjung Royds, 19 mil dari McMurdo, pada awal tahun 1908
Gubuk Shackleton didirikan di Tanjung Royds, 19 mil dari McMurdo, pada awal tahun 1908 (commons.wikimedia.org/Sandwichgirl)

Observatorium Gunung Erebus adalah sebuah pusat penelitian ilmiah yang didirikan untuk memantau dan mempelajari aktivitas vulkanik Gunung Erebus sejak tahun 1972. Observatorium ini dioperasikan oleh New Mexico Institute of Mining and Technology. Tempat ini juga memiliki beberapa pondok permanen untuk mendukung penelitian, seperti Lower Erebus Hut.

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen ilmiah, seperti pemasangan seismograf untuk mendeteksi aktivitas seismik, GPS untuk memantau pergerakan gunung, inframerah untuk memantau panas bumi, dan infrasonik untuk memprediksi dan memitigasi bencana alam. Penelitian juga mencakup berbagai bidang, seperti studi menganalisis gas yang dipancarkan dari kawah, menganalisis data meteorologi, serta mempelajari formasi gua es dan aktivitas aliran lava.

4. Memiliki danau lava abadi

Potret Danau Lava Gunung Erebus, Antartika, dilihat dari citra satelit pada 4 Desember 2022
Potret Danau Lava Gunung Erebus, Antartika, dilihat dari citra satelit pada 4 Desember 2022 (commons.wikimedia.org/Pierre Markuse from Hamm, Germany)

Gunung Erebus di Antartika adalah salah satu dari sedikit gunung berapi di dunia yang memiliki danau lava abadi di kawahnya. Danau lava ini dianggap "abadi" karena telah aktif dan berisi kolam lava kental di kawah puncaknya sejak tahun 1972. Danau lava ini berada di dalam kawah gunung, sekitar 3.700 meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar antara 900--1.130°C, dan terus bergerak serta berubah ukuran.

Magma Gunung Erebus merupakan jenis langka yang didominasi oleh batuan fonolit. Strombolian atau aktivitas erupsinya juga teratur, stabil, dan tidak meledak-ledak, sehingga lava tidak berhenti mengisi kawah. Panas dari perut gunung berapi dan aliran magma yang terus-menerus inilah yang menjaga danau lava tetap cair, meskipun berada di Antartika yang sangat dingin.

5. Mampu menyemburkan emas

Bom vulkanik yang terbuat dari lava fonolit dari gunung berapi Gunung Erebus di Antartika
Bom vulkanik yang terbuat dari lava fonolit dari gunung berapi Gunung Erebus di Antartika (commons.wikimedia.org/Alan R. Light https://www.flickr.com/people/alan_light/)

Dilansir CNBC Indonesia, salah satu fakta paling mencengangkan tentang Gunung Erebus adalah kemampuannya menyemburkan emas. Namun, ini bukan emas dalam bentuk bongkahan yang bisa dikumpulkan secara ekonomis karena ukurannya yang sangat kecil, yaitu kurang dari 20 mikrometer, dan penyebarannya pun luas di udara.

Setiap hari Gunung Erebus menyemburkan debu emas dalam jumlah sekitar 80 gram. Fenomena alam ini terjadi karena danau lava di Gunung Erebus terus-menerus bergejolak dan mengeluarkan gas panas. Gas panas ini mengandung partikel emas yang mengkristal saat bercampur dengan udara dingin dan kemudian menyebar luas, bahkan hingga 1.000 kilometer dari Gunung Erebus.

6. Terdapat gua dan menara es

Stalaktit es dan sisi-sisi yang tampak seperti kolom di dalam gua di lidah Gletser Erebus
Stalaktit es dan sisi-sisi yang tampak seperti kolom di dalam gua di lidah Gletser Erebus (commons.wikimedia.org/Commander John Bortniak, NOAA Corps.)

Fenomena alam yang tidak kalah menarik dari Gunung Erebus yaitu gua dan menara es. Beberapa penelitian, seperti dilansir National Geographic Indonesia, gua yang terletak di bawah gletser ini dikenal sebagai Gua Warren. Gua ini terbentuk dari uap panas gunung berapi yang menembus dasar es, sehingga menciptakan rongga. Kondisi lantainya lembap dan berbatu, dindingnya juga dilapisi es, semakin jauh ke dalam semakin gelap dan banyak kristal es halus yang memukau.

Selain gua es, di Gunung Erebus juga terdapat menara es yang tingginya bisa mencapai 35 kaki. Menara es ini terbentuk ketika fumarol atau lubang di permukaan gunung berapi mengeluarkan uap panas ke permukaan dan membeku dengan cepat di suhu lingkungan yang sangat dingin. Menara es ini kemudian membentuk beragam struktur unik, misalnya seperti astronot.

7. Rumah bagi mikroorganisme ekstrem

Pemandangan udara kawah Gunung Erebus, Pulau Ross, Antartika
Pemandangan udara kawah Gunung Erebus, Pulau Ross, Antartika (commons.wikimedia.org/jeaneeem)

Gunung Erebus juga merupakan rumah bagi berbagai mikroorganisme ekstrem yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang sangat keras. Seperti mikroorganisme ekstremofil yang ditemukan di sekitar fumarol. Mikroba ini termasuk bakteri dan archaea yang mampu bertahan di suhu tinggi dan kondisi asam.

Kehidupan mikroba tidak bergantung pada sinar matahari. Mereka bertahan hidup dengan memanfaatkan elemen kimia seperti besi dan hidrogen dari aktivitas vulkanik sebagai sumber energi. Penelitian DNA di gua-gua es Gunung Erebus telah menemukan jejak genetik dari organisme yang belum sepenuhnya teridentifikasi. Jadi, kemungkinan masih ada spesies baru yang lebih unik dan hanya bisa ditemukan di lingkungan terisolasi tersebut. Selain mikroba, beberapa spesies lumut juga dapat ditemukan di daerah terpencil dan lebih hangat di sekitar Gunung Erebus.

Dengan segala keunikan yang dimilikinya, Gunung Erebus sungguh menjadi salah satu gunung berapi paling menarik dan misterius di Bumi. Keberadaannya tidak hanya menjadi fenomena alam yang memukau, tetapi juga laboratorium alami bagi para ilmuwan untuk mengungkap rahasia terdalam planet kita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Patan Durbar Square, Pusat Agama Hindu dan Budha di Nepal

22 Sep 2025, 05:26 WIBScience