Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan yang Dapat Bertahan Hidup di Suhu Panas Ekstrem

cacing pompeii
cacing pompeii (commons.wikimedia.org/Olivier Dugornay)
Intinya sih...
  • Semut perak sahara memiliki bulu perak yang memantulkan sinar matahari dan melepaskan panas, menjaga suhu tubuh tetap stabil di tengah teriknya gurun.
  • Rubah fennec aktif di malam hari untuk menghindari panas siang hari, dengan telinga besar yang berfungsi untuk mengeluarkan panas tubuh.
  • Beruang air atau tardigrade memiliki kemampuan bertahan hidup luar biasa dalam kondisi ekstrem, seperti suhu tinggi dan radiasi ultraviolet.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika kita membayangkan suhu yang sangat panas, umumnya kita membayangkan sengatan sinar matahari, pakaian yang basah karena keringat, dan usaha yang putus asa untuk menemukan tempat teduh atau sejuk. Namun, di dunia hewan, ada beberapa spesies yang telah menemukan cara untuk bertahan hidup dalam kondisi tersebut. Mereka tinggal di laut dalam yang ekstrem dan pasir gurun yang sangat panas, dan proses evolusi mereka telah menghasilkan makhluk-makhluk dengan kemampuan luar biasa untuk melawan, beradaptasi, dan bahkan menikmati panas yang ekstrem.

Beberapa dari mereka memiliki perlindungan terhadap panas secara alami. Yang lainnya memperlambat metabolisme mereka atau menghindar dari sinar matahari. Bahkan, ada yang memiliki bakteri di tubuh mereka yang berfungsi untuk melawan suhu yang sangat tinggi. Berikut 5 hewan yang dapat bertahan hidup di suhu panas ekstrem

1. Semut perak sahara

semut perak sahara
semut perak sahara (commons.wikimedia.org/Bjørn Christian Tørrissen)

Semut perak sahara beradaptasi dengan cerdik untuk mencari makan di salah satu lingkungan terpanas di planet ini. Dengan bulu-bulu perak kecil yang menutupi tubuhnya, semut ini terlihat seperti bola merkuri yang meluncur di atas pasir gurun yang membara. Baru-baru ini, tim peneliti internasional, termasuk seorang insinyur listrik dari Universitas Washington, mengidentifikasi dua strategi utama yang memungkinkan semut perak sahara (Cataglyphis bombycina) bertahan dalam suhu ekstrem yang mencapai 158 derajat Fahrenheit.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan secara daring pada 18 Juni di jurnal Science, para ilmuwan menjelaskan bagaimana rambut perak yang unik pada semut ini berfungsi dalam rentang spektrum elektromagnetik yang luas, memantulkan sinar matahari dan melepaskan panas. Temuan ini berpotensi menginspirasi pengembangan material untuk pendinginan radiatif pasif yang dapat diterapkan pada berbagai objek, seperti bangunan, kendaraan, atau bahkan pakaian.

Tim yang dipimpin oleh Nanfang Yu dari Columbia Engineering menemukan bahwa antena perak semut tidak hanya memantulkan cahaya tampak dan inframerah dekat, tetapi juga membantu memancarkan panas tubuh dalam pita spektral inframerah-tengah, sehingga menjaga suhu tubuh semut tetap stabil meskipun di tengah teriknya gurun.

2. Rubah fennec

rubah fennec
rubah fennec (commons.wikimedia.org/Merzougaloisirs)

Rubah fennec, yang dikenal dengan telinga besar dan bentuk tubuhnya yang unik, dapat ditemukan di padang pasir Sahara serta berbagai lokasi di Afrika Utara. Sebagai hewan nokturnal, mereka aktif di malam hari, yang merupakan strategi cerdas untuk menghindari panas yang menyengat di siang hari. Adaptasi fisik mereka sangat menarik; telinga besar mereka tidak hanya memberikan pendengaran yang tajam, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan panas tubuh, sehingga membantu mereka tetap sejuk.

Selain itu, bulu mereka yang panjang dan tebal berfungsi ganda: melindungi dari sinar matahari yang terik saat siang dan memberikan kehangatan saat malam tiba. Kaki mereka yang berbulu juga dirancang dengan baik, berfungsi seperti sepatu salju yang memungkinkan mereka bergerak dengan mudah di atas pasir panas, sekaligus melindungi kaki mereka dari suhu ekstrem.

3. Beruang air

beruang air
beruang air (commons.wikimedia.org/Thomas Shahan)

Beruang air, yang sering disebut sebagai tardigrade adalah hewanmikroskopis yang hidup di lingkungan air. Ketika dilihat di bawah mikroskop, tubuh mereka terlihat gemuk dan bersegmen, dengan kepala datar yang memberikan kesan unik. Mereka memiliki delapan kaki, masing-masing dilengkapi dengan empat hingga delapan cakar.

Meskipun terlihat menggemaskan, tardigrada memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa. Pertama kali ditemukan pada tahun 1773 oleh zoolog Jerman, Johann August Ephraim Goeze, yang memberi nama beruang air kecil, makhluk ini kemudian dinamai Tardigrada oleh ahli biologi Italia, Lazzaro Spallanzani, tiga tahun setelahnya, yang berarti pelangkah lambat karena cara mereka bergerak yang lambat dan anggun.

Hingga saat ini, para ilmuwan telah mengidentifikasi sekitar 1.300 spesies tardigrada yang berbeda. Keunikan mereka terletak pada kemampuan untuk bertahan dalam kondisi ekstrem, seperti suhu yang sangat tinggi dan radiasi ultraviolet.

4. Termofil

termofil
termofil (commons.wikimedia.org/Mark Amend West Coast and Polar Regions Undersea Research Center, UAF)

Termofil merupakan hewan yang memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak bersahabat. Kebanyakan termofil dapat hidup pada suhu antara 60 hingga 80 °C (140 hingga 176 °F), dan mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh, melakukan metabolisme, dan bereproduksi dengan baik. Salah satu contoh termofil yang menakjubkan adalah Pyrolobus fumarii, yang dapat ditemukan pada suhu ekstrem mencapai 113 °C (235 °F), yang bahkan lebih tinggi dari titik didih air.

Keberadaan termofil ini menunjukkan adaptasi luar biasa yang telah mereka kembangkan, termasuk enzim dan molekul protein yang mampu menjalankan fungsi vital seperti fotosintesis dan pencernaan di dalam sel pada suhu yang sangat tinggi. Sementara enzim pada organisme lain biasanya akan terurai pada suhu di atas 47 °C (116 °F), enzim dalam termofil memiliki struktur yang lebih stabil karena diikat dengan kuat oleh ikatan yang kokoh. Selain itu, DNA mereka juga telah beradaptasi untuk bertahan dalam kondisi panas yang ekstrem.

5. Cacing pompei

cacing pompeii
cacing pompeii (commons.wikimedia.org/Olivier Dugornay)

Cacing Pompei hidup di lingkungan hidrotermal aktif yang terletak di ventilasi laut dalam East Pacific Rise. Mikrohabitat mereka ditentukan melalui pengukuran suhu, analisis kimia, dan pengambilan sampel yang dilakukan di atas kapal dan di darat. Suhu di sekitar tabung berkisar antara 20° hingga 45°C, meskipun bisa lebih tinggi di dalam tabung. Variabilitas suhu dan kondisi lingkungan menunjukkan bahwa antarmuka biologis, seperti tabung dan kutikula, mungkin memberikan perlindungan penting bagi cacing ini. Ketidakstabilan temporal juga berkontribusi pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan habitat ekstrem.

Peran bakteri epibiotik dalam simbiosis dengan cacing tabung sangat penting, di mana karbon dimetabolisme dan didaur ulang. Detoksifikasi sulfida terjadi melalui oksidasi di insang dan hemoglobin intraseluler. Cacing ini memiliki adaptasi anatomi dan fisiologis yang memungkinkan mereka bertahan di lingkungan hipoksia.

Hidup di tempat dengan suhu yang ekstrem itu memang penuh tantangan, tapi keberadaan hewan-hewan luar biasa ini menunjukkan bahwa alam selalu bisa beradaptasi. Dari padang pasir sampai tanah yang kering, kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah bukti keajaiban evolusi dan kekuatan alam dalam menjaga keseimbangan kehidupan di bumi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta di Balik Warna Biru Bendera Kazakhstan yang Unik

06 Okt 2025, 17:49 WIBScience