7 Hewan Langka di Hutan Sundarbans, Banyak yang Terancam Punah!

- Harimau Benggala terancam punah akibat perburuan ilegal dan penyusutan habitat, masuk kategori Terancam menurut IUCN Red List.
- Buaya muara mengalami tekanan populasi akibat perburuan kulit dan hilangnya lahan basah, distribusinya semakin menyempit.
- Kepiting tapal kuda terus menurun populasi akibat penangkapan berlebihan dan kerusakan habitat pantai, tanpa perlindungan yang tepat bisa menghilang dari ekosistem.
Hutan Sundarbans yang membentang di wilayah India dan Bangladesh adalah rumah bagi ekosistem unik yang tak tertandingi di dunia. Kawasan ini terkenal dengan hutan bakau terluas di muka bumi, serta menjadi tempat tinggal berbagai satwa langka yang jarang dijumpai. Meski begitu, pesona satwa di Sundarbans kini tengah menghadapi ancaman serius. Perubahan iklim, perburuan liar, dan rusaknya habitat membuat banyak hewan di kawasan ini terjebak dalam status terancam punah. Yuk, kenali tujuh hewan langka penghuni Sundarbans yang menawan sekaligus memprihatinkan.
1. Harimau Benggala (Panthera tigris tigris)

Harimau Benggala adalah ikon terbesar dari Sundarbans dan mungkin juga simbol paling kuat dari Asia Selatan. Tubuhnya besar, lorengnya khas, dan kemampuannya berburu membuatnya jadi predator puncak ekosistem. Di Sundarbans, harimau ini dikenal lebih agresif karena terbiasa hidup di wilayah rawa yang penuh tantangan. Mereka sering berenang menyeberangi sungai, sesuatu yang jarang dilakukan harimau di tempat lain.
Sayangnya, populasi harimau Benggala terus menurun akibat perburuan ilegal dan penyusutan habitat. Konflik dengan manusia juga semakin sering karena wilayah hutan makin terdesak oleh pemukiman. Harimau Benggala kini masuk kategori Terancam menurut IUCN Red List. Jika tidak dijaga, bukan tidak mungkin suara aumannya hanya tinggal cerita di masa depan.
2. Buaya muara (Crocodylus porosus)

Buaya muara adalah reptil purba yang menghuni sungai dan muara di Sundarbans. Panjang tubuhnya bisa mencapai enam meter, membuatnya jadi salah satu predator terbesar di dunia. Hewan ini punya gigitan super kuat yang bisa menghancurkan mangsa dalam sekejap. Meski menakutkan, keberadaannya sangat penting dalam menjaga keseimbangan rantai makanan.
Populasi buaya muara di Sundarbans tertekan akibat perburuan kulit dan hilangnya lahan basah. Perubahan iklim yang memicu kenaikan permukaan laut juga mengancam sarang tempat mereka bertelur. Walau masih ada cukup banyak, distribusinya kini semakin menyempit.
3. Kepiting tapal kuda (Horseshoe crab)

Kepiting tapal kuda adalah hewan purba yang telah ada sejak ratusan juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus hidup di bumi. Bentuk tubuhnya unik dengan cangkang berbentuk tapal kuda yang melindungi tubuh bagian atas. Di Sundarbans, mereka hidup di daerah pesisir berlumpur dan perairan dangkal yang kaya nutrisi.
Keberadaan kepiting tapal kuda sangat penting karena darah birunya digunakan dalam dunia medis untuk mendeteksi bakteri berbahaya. Namun, populasi mereka terus menurun akibat penangkapan berlebihan dan kerusakan habitat pantai. Tanpa perlindungan yang tepat, makhluk purba ini bisa menghilang dari ekosistem yang sudah dijaganya sejak zaman kuno.
4. Kucing bakau atau fishing cat (Prionailurus viverrinus)

Fishing cat atau kucing bakau adalah karnivora mungil yang punya keahlian luar biasa dalam menangkap ikan. Tubuhnya tidak sebesar kucing besar, tapi tubuh ramping dan cakarnya yang bisa menyambar ikan membuatnya predator yang efektif. Hidupnya dekat dengan air, dan sering kali ia menunggu di tepi sungai untuk menyambar mangsa. Penampilannya lucu, tapi insting berburunya tak kalah ganas.
Di Sundarbans, fishing cat menjadi salah satu spesies yang paling terancam punah. Habitatnya semakin menyempit akibat perusakan lingkungan dan aktivitas manusia. IUCN menempatkan fishing cat pada status Rentan, yang berarti populasinya berada dalam risiko nyata. Jika tidak ada upaya konservasi segera, risiko kepunahan mereka di alam liar akan semakin besar.
5. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)

Penyu belimbing adalah spesies penyu terbesar di dunia, dengan berat bisa mencapai 600 kilogram. Mereka memiliki cangkang yang lembut seperti kulit, bukan keras seperti penyu pada umumnya. Penyu ini bermigrasi jauh, dan Sundarbans menjadi salah satu lokasi penting untuk bertelur. Keberadaannya menambah keragaman satwa laut di kawasan ini.
Secara global, populasi penyu belimbing terus merosot karena perburuan telur, kerusakan habitat pantai, dan kerap terjerat jaring nelayan. Perubahan iklim juga memengaruhi suhu pasir tempat telur dierami, yang bisa mengganggu keseimbangan jenis kelamin tukik. Penyu belimbing sudah masuk kategori Rentan hingga Kritis di beberapa wilayah. Ancaman terhadap penyu belimbing ini menuntut perlindungan habitat yang lebih serius dan pengawasan ketat terhadap perburuan.
6. King cobra (Ophiophagus hannah)

King cobra adalah ular berbisa terpanjang di dunia, dengan panjang tubuh bisa mencapai lebih dari lima meter. Reptil ini memiliki bisa yang sangat kuat, mampu melumpuhkan mangsanya dalam waktu singkat. Di hutan Sundarbans, king cobra berperan penting sebagai pengendali populasi ular lain.
Meski menakutkan, king cobra sebenarnya lebih memilih menghindari manusia daripada menyerang. Sayangnya, hilangnya habitat dan perburuan membuat populasinya semakin terancam. Status konservasinya kini masuk kategori Rentan oleh IUCN, sehingga perlindungan habitat sangat penting agar raja ular ini tetap bertahan.
7. Tuntong sungai-utara (Batagur baska)

Tuntong sungai-utara atau Batagur baska adalah salah satu kura-kura paling langka di dunia. Mereka memiliki cangkang besar dan keras, serta hidup di muara sungai dengan ekosistem bakau yang khas. Populasinya kini sangat kecil, bahkan dianggap sebagai spesies kura-kura paling terancam punah di Asia. Kehadirannya di Sundarbans menjadi bukti pentingnya wilayah ini sebagai benteng terakhir satwa langka.
Perburuan telur, hilangnya habitat, dan perubahan iklim menjadi penyebab utama keterpurukan spesies ini. Saat ini, program penangkaran dan konservasi sedang digalakkan untuk menyelamatkan tuntong sungai-utara. Tanpa usaha serius, spesies ini bisa hilang selamanya dari alam liar.
Hutan Sundarbans bukan hanya sekadar kawasan bakau, melainkan panggung kehidupan bagi berbagai satwa luar biasa. Tanggung jawab ada di tangan manusia untuk melindungi harta karun Sundarbans dari kehancuran. Upaya konservasi, edukasi, dan kolaborasi lintas negara sangat dibutuhkan agar generasi mendatang masih bisa melihat keajaiban ini. Dengan menjaga mereka, kita sejatinya sedang menjaga diri kita sendiri. Karena pada akhirnya, nasib hewan-hewan langka di Sundarbans adalah cermin nasib planet kita.