5 Kodok Unik dan Tak Biasa dari Genus Bufo, Salah Satunya Punya Duri

- Kodok eropa Bufo bufo merupakan spesies Bufo dengan penyebaran terluas, habitatnya tak jauh dari padang rumput, area berkayu, kebun, dan kolam. Ia juga memiliki racun berbahaya bernama bufotoxin.
- Bufo spinosus atau kodok berduri memiliki duri-duri di sekujur tubuhnya yang digunakan sebagai pertahanan terhadap predator. Ia hanya bisa ditemukan di benua Eropa dan Afrika.
- Bufo gargarizans atau kodok asia bisa ditemukan wilayah Rusia, Cina, Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang. Warna dan corak yang beragam tersebut digunakan kodok asia untuk berkamuflase.
Genus Bufo merupakan genus yang berisikan kodok berukuran sedang hingga besar. Penyebaran genus Bufo cukup luas, mulai dari wilayah Eropa hingga Asia Timur. Sekilas, semua spesies di genus Bufo memang terlihat mirip. Namun, jika diperhatikan dengan seksama akan terlihat kalau ada beberapa spesies yang unik, menarik, dan tidak biasa. Contohnya, ada spesies yang memiliki duri di tubuhnya.
Tak cuma itu, ada juga spesies Bufo yang ukurannya cukup besar. Kemudian, ada spesies yang sangat suka hidup di air dan tubuhnya lembek. Terakhir, ada beberapa spesies Bufo yang memiliki warna mencolok dan pandai berkamuflase. Jadi, apa kamu sudah mengenal spesies kodok dari genus Bufo? Jika belum, maka kamu harus menyimak pembahasan berikut.
1. Kodok eropa

Bufo bufo atau kodok eropa merupakan spesies Bufo dengan penyebaran terluas. Bayangkan saja, ia bisa ditemukan di Eropa, Asia Tengah, Afrika, hingga Asia Timur. Lebih lanjut, laman Woodland Trust menerangkan kalau habitat hewan ini tak jauh dari padang rumput, area berkayu, kebun, dan kolam. Ia juga menjadi salah satu spesies terbesar dengan tubuh cokelat sepanjang 15 centimeter.
Kodok eropa merupakan mangsa utama bagi kucing, ular, kadal, dan burung. Saat merasa terancam, ia akan berdiri tegak dengan keempat kakinya. Tak hanya itu, kodok ini juga memiliki racun berbahaya bernama bufotoxin. Tak hanya bisa melumpuhkan predator, racunnya juga bisa membunuh manusia. Namun, para ahli terus meneliti racunnya dan kemungkinan racun tersebut bisa digunakan sebagai obat.
2. Kodok berduri

Seperti namanya, Bufo spinosus atau kodok berduri memiliki duri-duri di sekujur tubuhnya. Dilansir BioDB, duri-duri tersebut berlokasi di kulit dan digunakan sebagai pertahanan terhadap predator. Jadi, saat predator menangkap atau menggigitnya, duri-duri tersebut akan menusuk dan akhirnya kodok ini bisa selamat. Tubuhnya sendiri berwarna cokelat, kulitnya bertekstur, dan panjangnya sekitar 11 - 18 centimeter.
Kodok berduri hanya bisa ditemukan di benua Eropa dan Afrika. Seperti kodok lain, ia sering beraktivitas di semak-semak, area berkayu, area lembap, dan padang rumput. Untungnya, ia tidak berbahaya, tidak agresif, dan sangat jarang berkonflik dengan manusia. Lagipula, kodok berduri bukan hewan yang terlalu aktif dan lebih sering bersembunyi dan berkamuflase.
3. Kodok asia

Dilansir Animalia, Bufo gargarizans atau kodok asia bisa ditemukan wilayah Rusia, Cina, Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang. Jika dibandingkan spesies Bufo lain, ia termasuk salah satu spesies yang cukup mencolok. Pertama, ada individu yang tubuhnya berwarna krem dan memiliki corak garis hitam. Kemudian, ada juga individu berwarna cokelat atau cokelat kemerahan yang terlihat sangar.
Nah, warna dan corak yang beragam tersebut digunakan kodok asia untuk berkamuflase, entah itu semak-semak, dedaunan kering, atau bebatuan. Ia memang kecil, namun kodok ini sering ditangkap dan dijadikan obat tradisional di Cina. Karena hal tersebut, para peneliti dari barat juga mulai tertarik untuk meneliti kodok ini. Setelah diteliti, terungkap fakta bahwa kodok ini memiliki zat antimikroba.
4. Kodok tanpa telinga

Bufo cryptotympanicus atau kodok tanpa telinga merupakan spesies yang jarang diteliti. Pertama, laman AmphibiaWeb menjelaskan kalau spesies ini bisa ditemukan di Cina dan Vietnam. Kemudian, ia sering ditemukan di dataran rendah, hutan, rawa, sungai, kolam, dan area lembap lain. Lebih lanjut, panjangnya hanya 6 centimeter dan tubuh kodok ini berwarna cokelat gelap. Sayangnya, populasi kodok tanpa telinga terus merosok akibat kerusakan habitat. Maka dari itu, upaya konservasi, observasi, dan penelitian mendalam terhadap hewan ini harus segera dilakukan.
5. Kodok air

Berbeda dari spesie Bufo lain yang sering terlihat di semak-semak atau daerah berumput, kodok air justru sangat suka hidup di area lembap. Saking sukanya, bahkan hewan dengan nama ilmiah Bufo stejnegeri ini merupakan perenang dan penyelam yang andal. Di alam liar, habitatnya mencakup sungai, danau, dan kolam. Dari kecil hingga dewasa, ia akan tinggal di air dan mampu menyelam ke dasar perairan.
Dilansir iNaturalist, kodok ini bisa ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian 200 - 700 mdpl. Karena selalu berada di air, kulitnya cenderung halus, lembek, dan tidak terlalu menonjol. Tentunya, hal tersebut sangat berbeda dari spesies lain yang kulitnya kasar, tebal, dan memiliki banyak tonjolan. Terakhir, ia sering dikira sebagai katak dan kerap dimakan oleh masyarakat lokal.
Setelah diulik, kamu jadi tahu kalau genus Bufo merupakan genus kodok yang cukup aneh. Pasalnya, tiap spesies pasti memiliki sisi tak biasa yang membuatnya berbeda dari kodok lain. Nah, hal tersebut juga membuktikan kalau kodok bukanlah hewan sembarangan. Justru, amfibi tersebut merupakan hewan eksotis yang eksistensi dan kehidupannya harus dijaga dan dilindungi.