6 Senjata yang Dianggap Paling Eksentrik dalam Sejarah Perang Dunia

Insinyur militer secara terus-menerus memperluas batasan imajinasi dan menciptakan mesin perang yang melawan norma-norma yang ada. Dari struktur raksasa yang menjulang hingga perangkat-perangkat aneh yang seolah muncul dari dunia fiksi ilmiah, sejarah dipenuhi dengan narasi mengenai mesin perang yang tidak konvensional yang melampaui harapan logika.
Sementara beberapa mesin ini telah menjadi simbol legendaris, yang lainnya terjebak dalam ketidakjelasan, keunikan mereka menjadikan mereka hampir tidak nyata. Dalam penelusuran sejarah ini, kita menemukan beragam mesin perang eksentrik yang pernah beroperasi di medan perang.
Baik karena kebutuhan maupun karena kecerdasan penciptanya, keajaiban mekanis ini mencerminkan usaha manusia yang tak henti-hentinya untuk mencapai dominasi di tengah kekacauan peperangan. Berikut beberapa senjata perang paling eksentrik yang dimaksud.
1. Vespa 150 TAP, skuter yang bisa menembak
Pada pertengahan tahun 1950-an, pasukan terjun payung Prancis memperkenalkan sebuah inovasi yang menarik: mereka mengonversi skuter Vespa menjadi platform untuk senjata antitank. Diproduksi oleh Ateliers de Construction de Motocycles et Automobiles dengan lisensi dari Vespa, setiap unit dilengkapi dengan senapan recoilless M20 75 mm buatan Amerika Serikat.
Senjata ini, meskipun kompak, memiliki daya tembak yang cukup kuat untuk menembus lapisan baja setebal 3 dan 15/16 inci (100mm). Adaptasi ini menggabungkan mobilitas yang tinggi dengan kemampuan tembak yang efektif, memberikan pasukan terjun payung alat yang cepat dan efisien untuk melawan tank musuh.
Fungsi utama dari skuter ini adalah untuk memberikan dukungan yang berarti bagi pasukan terjun payung, meskipun terdapat keraguan mengenai pemasangan senjata di atasnya. Namun, senjata tersebut dapat dengan mudah dilepas dan dipasang pada tripod senapan mesin Browning untuk keperluan penembakan. Diberitakan bahwa dalam situasi darurat, senjata yang terpasang pada Vespa tersebut masih dapat digunakan, berkat desain yang mengalihkan gas propelan untuk mengurangi efek hentakan.
2. Schwerer Gustav, meriam raksasa yang dipasang di rel kereta api

Selama Perang Dunia I, Jerman memanfaatkan meriam besar yang dipasang pada rel kereta api untuk menyerang Paris. Pada tahun 1936, Adolf Hitler menghidupkan kembali konsep senjata raksasa ini dengan berkonsultasi kepada kepala persenjataan Krupp mengenai senjata yang dapat menembus pertahanan Garis Maginot. Dari sini, senjata yang diberi nama Schwerer Gustav pun diciptakan. Meriam yang memiliki panjang 80 cm dan berat 1.350 ton ini mampu melontarkan peluru seberat 7 ton hingga jarak 29 kilometer.
Akan tetapi, meriam ini baru selesai dibuat setelah serangan Angkatan Darat Jerman ke Prancis pada Mei 1940. Pada Januari 1942, meriam ini dijuluki “Dora” oleh unit artilerinya dan berhasil melepaskan 47 peluru ke kota Sevastopol di Uni Soviet. Namun mengakibatkan kerusakan pada larasnya sendiri. Sementara itu, senjata Schwerer Gustav 2 tidak pernah digunakan dan ditempatkan di lapangan tembak artileri Rügenwalde pada Maret 1943, seiring dengan meredupnya era senjata besar akibat munculnya pemboman udara dalam Perang Dunia II.
3. Surcouf, kapal selam tempur Prancis

Surcouf merupakan kapal selam penjelajah milik Prancis yang mulai beroperasi pada tahun 1934 dan diakui sebagai salah satu kapal selam terbesar di era tersebut. Kapal selam ini memiliki desain yang inovatif, mengintegrasikan elemen dari kapal selam dan kapal permukaan. Selain itu, Surcouf dilengkapi dengan lapisan baja yang kuat serta kapasitas awak yang cukup besar.
Kapal ini juga dipersenjatai dengan dua meriam berkaliber 203 mm (8 inci) yang terpasang di menara. Ini memberikan kemampuan untuk menyerang target di permukaan dengan kekuatan tembakan yang besar. Selain itu, Surcouf juga dilengkapi dengan torpedo dan senjata untuk pertahanan udara.
Meskipun memiliki reputasi yang mengesankan, Surcouf menghadapi berbagai tantangan selama masa operasionalnya, termasuk masalah mekanis dan insiden kecelakaan. Sayangnya, Surcouf berhenti digunakan selama Perang Dunia II ketika kapal ini menghilang secara misterius di perairan Karibia pada tahun 1942. Diperkirakan bahwa kapal ini hilang akibat tabrakan dengan kapal barang Amerika atau kapal selam Jerman.
4. Boirault, mesin anti kawat berduri

Pada masa Perang Dunia I, Louis Boirault merancang sebuah kendaraan lapis baja yang dikenal dengan nama Boirault, yang ditujukan untuk menembus garis pertahanan dan parit musuh. Kendaraan ini memiliki kapasitas untuk menampung dua belas awak dan digerakkan oleh dua mesin. Desainnya yang khas memungkinkan kendaraan ini untuk melewati berbagai rintangan dengan pelindung yang cukup tebal.
Namun, Boirault tidak berhasil dalam pertempuran karena kecepatan yang rendah, jangkauan yang terbatas, serta desain yang kompleks. Hanya satu prototipe yang pernah diproduksi, dan kendaraan ini tidak pernah terlibat dalam pertempuran. Meskipun demikian, Boirault dianggap sebagai langkah awal yang signifikan dalam pengembangan kendaraan lapis baja di masa depan dan memberikan kontribusi terhadap evolusi peperangan tank.
5. Goliath Light Charge Carrier

Goliath, atau Leichter Ladungsträger Goliath, adalah sebuah kendaraan beroda rantai yang dikendalikan dari jarak jauh, yang dirancang oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Dengan berat sekitar satu ton, kendaraan ini dirancang untuk mengangkut bahan peledak ke lokasi musuh.
Goliath dioperasikan menggunakan joystick dan kabel panjang, memungkinkan kendaraan ini untuk melewati medan yang sulit dan mendaki bukit. Tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan benteng musuh, tank, dan target lain yang dianggap tahan terhadap senjata konvensional.
Meskipun memiliki efektivitas, Goliath juga menghadapi beberapa kendala, seperti kerentanannya terhadap tembakan musuh dan jangkauan yang terbatas akibat sistem kendali kabel. Namun, Goliath tetap menjadi contoh awal kendaraan darat tanpa awak dan memberikan pengaruh pada perkembangan teknologi pertempuran yang dikendalikan dari jarak jauh di masa depan
6. Cultivator No. 6, mesin penggali parit militer milik Winston Churchill

Cultivator No. 6 merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Inggris selama Perang Dunia. Senjata ini dirancang khusus untuk menggali terowongan dan membangun bunker bawah tanah demi kepentingan militer. Alat ini, yang lebih dikenal dengan sebutan Mole, adalah salah satu dari sekian banyak inovasi yang diciptakan oleh Inggris untuk memperoleh keunggulan atas lawan. Nama Mole diambil dari kemampuannya dalam menggali tanah, dan alat ini terutama digunakan untuk menciptakan bunker tersembunyi serta markas bawah tanah bagi para pejabat militer dan pemerintah Inggris.
Mole memiliki peranan yang sangat signifikan dalam strategi perang, karena memungkinkan Inggris untuk menjaga lokasi yang aman dan rahasia guna mengatur operasi serta mengoordinasikan pertahanan mereka. Winston Churchill sendiri memberikan julukan “Mole” dan mengakui efektivitasnya dalam menjaga keamanan Inggris selama masa perang.
Mesin besar ini memiliki berat 130 ton dan panjang 77 kaki, 6 inci (23,62 meter). Meskipun rencana awalnya adalah untuk memproduksi banyak unit, proyek ini mengalami pengurangan skala secara drastis, sehingga hanya beberapa unit yang berhasil diproduksi.
Inovasi dalam senjata perang menunjukkan upaya manusia untuk mengatasi tantangan di medan perang, dengan berbagai desain yang eksentrik dan tidak konvensional, meskipun beberapa di antaranya tidak berhasil dalam praktiknya. Sejarah mencatat bahwa meskipun banyak dari mesin ini menghadapi kendala, mereka tetap mencerminkan kreativitas dan ambisi dalam pencarian dominasi di tengah kekacauan peperangan.