7 Fakta Golden Pheasant, Burung Pegar Emas yang Paling Memukau

- Burung kuau pelangi dengan penampilan mencolok
- Perbedaan penampilan antara pejantan dan betina
- Golden pheasant merupakan burung endemik Tiongkok
Golden pheasant (Chrysolophus pictus) adalah spesies burung yang berasal dari ordo Galliformes (unggas darat) dalam keluarga Phasianidae (keluarga burung yang hidup di tanah). Nama ilmiah yang juga mencerminkan penampilannya ini berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “khrusos,” dan “lophos,” yang berarti "berjambul emas," serta bahasa Latin "pictus,” yang berarti "dilukis”. Mereka juga dikenal sebagai burung pegar emas, burung kuau Cina, atau burung kuau pelangi.
Golden pheasant memang memiliki pesona yang luar biasa, tidak hanya dari penampilannya saja. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang burung memukau ini!
1. Dijuluki burung kuau pelangi

Golden pheasant, dijuluki sebagai “burung kuau pelangi” karena penampilan pejantan yang sangat mencolok dengan beragam warna seperti pelangi. Ciri fisik paling dominan pada golden pheasant jantan adalah jambul dan bokongnya yang berwarna keemasan. Terdapat juga “jubah” oranye dengan garis-garis hitam di bagian lehernya yang dapat dibentangkan menyerupai kipas.
Bulu pada tubuhnya berwarna merah tua, dengan kombinasi warna hijau mengkilap dan kuning di bagian punggungnya, serta warna biru dan merah di bagian sayapnya. Wajah dan tenggorokannya berwarna cokelat kemerahan, matanya berwarna kuning dengan pupil yang tajam, dan pialnya (gelambir yang menggantung di bawah paruh) berwarna kuning. Ekornya berbintik hitam dengan warna krem di bagian ujungnya, serta paruh dan kakinya berwarna kuning.
Jantan memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 90-105 cm, dengan ekor mencapai dua pertiga dari total panjang tubuhnya. Ia juga cukup besar dengan berat sekitar 500–700 gram.
2. Penampilan betina lebih sederhana

Jika pejantan memiliki penampilan yang mencolok, golden pheasant betina penampilannya justru jauh lebih sederhana. Tubuhnya didominasi oleh bulu berwarna kekuningan dengan corak kehitaman. Paruh dan kakinya berwarna kuning. Ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan golden pheasant jantan. Panjangnya sekitar 60–80 cm, dengan berat sekitar 350 gram. Ekornya pun pendek dan tidak memiliki corak yang mencolok.
3. Burung endemik Tiongkok

Golden pheasant merupakan burung endemik Tiongkok bagian barat. Namun, populasinya telah menyebar ke berbagai negara, seperti Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, Kolombia, Peru, Bolivia, Chili, Argentina, Uruguay, Kepulauan Falkland, Jerman, Belgia, Belanda, Prancis, Irlandia, Australia, dan Selandia Baru.
Habitat alaminya berada di hutan-hutan pegunungan, terutama hutan konifer dan hutan campuran dengan semak belukar yang lebat. Mereka sangat pemalu, sehingga suka bersembunyi di balik semak-semak dan bertengger di pohon tinggi pada malam hari untuk beristirahat. Selama musim dingin, mereka sering terlihat di dekat pemukiman manusia di tepi hutan untuk mencari makan, seperti biji-bijian, buah beri, daun, larva, dan berbagai jenis invertebrata.
4. Bukan penerbang yang andal

Golden pheasant bukanlah penerbang yang andal dan kemampuan terbangnya pun terbatas. Ekor jantan yang sangat panjang membuat tubuhnya tidak seimbang saat berada di udara. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya lapisan otot pektoralis bagian dada dan tendon pada golden pheasant, yang berfungsi untuk menghasilkan daya terbang yang kuat.
Jadi, mereka lebih suka menggunakan kaki untuk memanjat dahan pohon dan melarikan diri dari predator. Namun, saat terancam, mereka bisa terbang secara tiba-tiba dan cepat dalam jarak pendek, disertai suara kepakan sayap yang khas.
5. Burung jantan cenderung poligami

Secara umum, perilaku sosial dan reproduksi golden pheasant dipengaruhi oleh siklus musim kawin. Perilaku golden pheasant jantan yang pemalu dan suka menyendiri akan sangat berbeda selama periode ini. Meskipun bersifat monogami, tetapi burung jantan cenderung poligami, alias dapat kawin dengan delapan betina selama satu musim kawin.
Golden pheasant jantan akan mendekati betina dengan langkah-langkah yang rumit, kemudian mengembangkan “jubah” oranye yang menutupi lehernya hingga menciptakan tampilan seperti "kipas". Ia juga mengeluarkan suara khas semacam panggilan metalik yang berbunyi “chack chack,” dan melakukan gerakan tubuh yang bergetar. Semakin spektakuler pameran jantan, semakin besar peluangnya untuk menarik betina.
6. Burung betina bertugas mengurus sarang dan anak-anaknya

Setelah kawin, betina akan mengambil alih semua tugas yang berkaitan dengan sarang dan anak. Ia akan membuat sarang sederhana di tanah, yang tersembunyi dengan baik di semak-semak atau rerumputan lebat. Betina biasanya bertelur sekitar 8-12 butir dengan masa inkubasi yang berlangsung sekitar 22-23 hari.
Selama mengerami telur, warna bulu betina yang kusam sangat efektif sebagai kamuflase untuk menghindari predator, seperti anjing, rubah, kucing liar, dan burung pemangsa. Setelah telur menetas, betina akan merawat dan melindungi anak-anaknya hingga mereka cukup besar dan mandiri. Sementara jantan tidak ikut campur dalam merawat anak.
7. Tidak terancam punah

Golden Pheasant saat ini tidak dianggap sebagai spesies yang terancam punah. Tercatat ada sekitar 1.000-2.000 individu golden pheasant yang hidup di Inggris. Oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), golden pheasant diklasifikasikan sebagai spesies “Berisiko Rendah”.
Namun, seperti banyak spesies lainnya, golden pheasant juga rentan terhadap hilangnya habitat alami di masa depan. Ancaman utama yang sering dihadapi adalah kehilangan habitat akibat deforestasi, alih fungsi lahan, serta perburuan untuk diambil dagingnya dan dijadikan burung hias. Di alam liar, burung endemik Tiongkok ini dapat hidup sekitar 5-20 tahun jika habitatnya tidak terganggu.
Dengan segala keunikan yang dimilikinya, golden pheasant bukan hanya sekadar burung hias yang cantik, melainkan bukti nyata bagaimana alam menciptakan keindahan yang memukau. Upaya konservasi pun harus terus dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup mereka. Tujuannya agar generasi mendatang bisa ikut mengagumi keanekaragaman hayati ini.