Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Ngeri Vesuvius, Gunung Penghancur Pompeii yang Masih Mengancam

Kawah Vesuvius yang besar, memperlihatkan betapa dekatnya permukiman padat di Teluk Napoli di latar belakang.
Kawah Vesuvius yang besar, memperlihatkan betapa dekatnya permukiman padat di Teluk Napoli di latar belakang. (The Dronaut, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Letusan Vesuvius menciptakan istilah "gunung berapi" setelah menghancurkan Pompeii
  • Warga kuno tidak menyadari tinggal di kaki gunung berapi yang tertidur selama 1.800 tahun
  • Letusan Avellino 3.780 tahun lalu lebih dahsyat daripada letusan Pompeii, ancaman awan panas masih mengintai
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunung Vesuvius menjulang gagah di atas Teluk Napoli, Italia, menjadi pemandangan ikonik yang memukau siapa saja. Namun di balik keindahannya, Vesuvius menyimpan sejarah kelam yang mengubah peradaban dan menjadi pengingat abadi akan kekuatan alam yang luar biasa. Namanya terpatri dalam sejarah sebagai penghancur kota Romawi kuno, Pompeii, dalam satu hari yang mengerikan.

Kisah letusan dahsyat pada tahun 79 Masehi itu seolah menjadi legenda. Debu vulkanik yang membekukan waktu mengubur Pompeii dan kota-kota di sekitarnya, meninggalkan jejak kehidupan yang tragis sekaligus mempesona bagi dunia modern. Namun, banyak yang tak menyadari bahwa Vesuvius bukanlah sekadar peninggalan sejarah. Ia adalah raksasa yang sedang tertidur, dengan potensi ancaman yang jauh lebih besar dan nyata bagi jutaan manusia yang kini hidup di bawah bayang-bayangnya.

1. Letusan dahsyatnya melahirkan istilah "gunung berapi"

Gunung Vesuvius
Gunung Vesuvius (Pastorius, CC BY 2.5, via Wikimedia Commons)

Percaya atau tidak, sebelum Vesuvius mengamuk pada tahun 79 Masehi, dunia belum mengenal kata "gunung berapi" atau "volcano". Dilansir dari City Wonders, istilah tersebut lahir justru setelah bencana mengerikan yang menimpa Pompeii dan Herculaneum. Orang-orang Romawi kuno menamai kekuatan api dan kehancuran itu berdasarkan nama dewa api mereka, Vulcan.

Dari sanalah kata "volcano" berasal, menjadi sebutan universal untuk gunung yang mampu memuntahkan api dan material panas dari perut bumi. Jadi, setiap kali kita menggunakan istilah itu, kita sebenarnya sedang merujuk pada peristiwa dahsyat yang dipicu oleh Vesuvius. Ini menjadi bukti betapa fenomenalnya dampak letusan Vesuvius, tidak hanya pada lanskap geografi tetapi juga pada perbendaharaan kata manusia di seluruh dunia.

2. Warga Pompeii kuno tak sadar mereka tinggal di kaki gunung berapi

Reruntuhan Pompeii dengan Gunung Vesuvius yang tampak damai di latar belakang.
Reruntuhan Pompeii dengan Gunung Vesuvius yang tampak damai di latar belakang. (pixabay.com/Michael Swanson)

Salah satu fakta paling tragis dari bencana Pompeii adalah ketidaktahuan warganya. Gunung Vesuvius telah tertidur lelap selama berabad-abad sebelum letusan tahun 79 Masehi. Menurut catatan City Wonders, gunung ini tidak menunjukkan aktivitas vulkanik selama 1.800 tahun, sehingga generasi yang tinggal di Pompeii kala itu sama sekali tidak tahu bahwa gundukan tanah raksasa yang mereka tinggali adalah sebuah gunung berapi aktif.

Mereka menganggap Vesuvius hanyalah sebuah gunung biasa, sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Apennine. Mereka membangun kota yang makmur, lengkap dengan vila-vila mewah, arena gladiator, dan rumah-rumah penduduk, tanpa sedikit pun rasa curiga. Ketenangan palsu inilah yang membuat mereka tidak siap, hingga akhirnya bencana datang tiba-tiba dan mengubur sekitar 2.000 dari 15.000 total penduduknya dalam sekejap.

3. Ternyata letusan tahun 79 Masehi bukanlah yang terparah

ilustrasi lukisan Vesuvius yang masih berasap
ilustrasi lukisan Vesuvius yang masih berasap (Isaac Weld - Yale Center for British Art, CC0, via Wikimedia Commons)

Meskipun letusan yang menghancurkan Pompeii sangat terkenal, riset modern menunjukkan bahwa itu bukanlah yang terkuat dalam sejarah Vesuvius. Investigasi para ahli vulkanologi yang dipublikasikan di National Geographic mengungkap adanya letusan yang jauh lebih dahsyat sekitar 3.780 tahun yang lalu, yang dikenal sebagai letusan Avellino. Letusan prasejarah ini diperkirakan berkali-kali lipat lebih kuat dan merusak.

Letusan Avellino menyapu bersih seluruh permukiman Zaman Perunggu di area yang kini menjadi Kota Napoli. Para peneliti menemukan sisa-sisa desa yang terkubur sempurna, jejak kaki ribuan orang yang berusaha putus asa untuk melarikan diri, hingga kerangka manusia yang menjadi saksi bisu kengeriannya. Bencana purba ini mengubah lanskap Campania menjadi gurun tak layak huni selama lebih dari 300 tahun, sebuah skenario mimpi buruk yang menjadi dasar prediksi ancaman Vesuvius di masa depan.

4. Ancaman awan panas super mematikan masih menghantui

Pemandangan Vesuvius dari Teluk Napoli, di mana kota modern terletak di antara gunung dan laut.
Pemandangan Vesuvius dari Teluk Napoli, di mana kota modern terletak di antara gunung dan laut. (Purnawibawa, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Salah satu bahaya terbesar dari letusan Vesuvius adalah fenomena yang disebut aliran piroklastik atau awan panas. Ini adalah longsoran material vulkanik super panas yang terdiri dari gas, abu, dan bebatuan, yang meluncur menuruni lereng gunung dengan kecepatan sangat tinggi. Menurut laporan National Geographic, dalam letusan di Herculaneum, suhu awan panas ini bisa mencapai 500 derajat Celcius, cukup untuk menguapkan pakaian dan daging manusia dalam hitungan detik.

Ancaman inilah yang paling dikhawatirkan para ilmuwan jika Vesuvius meletus lagi. Berdasarkan model letusan Avellino, awan panas bisa mencapai pusat kota Napoli, area yang saat ini tidak termasuk dalam zona evakuasi utama. Kecepatannya yang bisa melebihi 300 kilometer per jam membuat upaya melarikan diri menjadi hampir mustahil begitu letusan dimulai, menjadikannya ancaman paling mematikan dari sang raksasa yang tertidur.

5. Lebih dari 3 juta orang kini tinggal di zona berbahayanya

Kawah Vesuvius yang besar, memperlihatkan betapa dekatnya permukiman padat di Teluk Napoli di latar belakang.
Kawah Vesuvius yang besar, memperlihatkan betapa dekatnya permukiman padat di Teluk Napoli di latar belakang. (The Dronaut, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Ironisnya, kawasan di sekitar Vesuvius adalah salah satu wilayah berpenduduk terpadat di Italia. Dilansir dari Britannica dan National Geographic, lebih dari dua hingga tiga juta orang saat ini tinggal di kota-kota yang berada di sekitar lereng Vesuvius dan Teluk Napoli. Mereka membangun rumah, perkantoran, dan pusat industri tepat di jalur kehancuran jika letusan besar terjadi.

Pemerintah Italia telah menetapkan "Zona Merah" yang dihuni sekitar 600.000 orang dan memiliki rencana evakuasi darurat. Namun, para ilmuwan memperingatkan bahwa letusan sekelas Avellino akan memiliki dampak yang jauh lebih luas, bahkan mengancam seluruh metropolitan Napoli yang padat. Fakta ini menempatkan Vesuvius sebagai salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia, bukan karena aktivitasnya, melainkan karena jumlah manusia yang hidup di bawah bayang-bayang ancamannya.

6. Tanahnya subur luar biasa meski mengancam nyawa

Pemandangan modern kota di sekitar Teluk Napoli yang hidup berdampingan dengan Gunung Vesuvius di latar belakang.
Pemandangan modern kota di sekitar Teluk Napoli yang hidup berdampingan dengan Gunung Vesuvius di latar belakang. (pixabay.com/antonio speranza)

Lalu, mengapa orang-orang tetap memilih tinggal di tempat berbahaya ini? Jawabannya terletak pada tanahnya. Selama ribuan tahun, abu vulkanik yang dimuntahkan Vesuvius telah menciptakan tanah yang sangat subur. Lereng gunung ini dipenuhi oleh kebun-kebun anggur dan buah-buahan yang rimbun, menghasilkan produk agrikultur berkualitas tinggi.

Menurut Britannica, salah satu produk paling terkenal dari wilayah ini adalah anggur yang disebut Lacrima Christi, yang secara harfiah berarti "Air Mata Kristus". Kesuburan tanah inilah yang sejak zaman kuno menarik manusia untuk menetap dan bercocok tanam, sebuah berkah sekaligus kutukan. Mereka rela hidup berdampingan dengan risiko demi memanfaatkan kekayaan alam yang ditawarkan oleh sang gunung berapi.

7. Sang raksasa yang tertidur ini bisa meletus lagi kapan saja

Gunung Vesuvius dari kejauhan, menampakkan permukiman padat yang mengelilingi kaki gunung berapi yang dorman.
Gunung Vesuvius dari kejauhan, menampakkan permukiman padat yang mengelilingi kaki gunung berapi yang dorman. (Mike McBey, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Vesuvius tercatat telah meletus lebih dari 50 kali sepanjang sejarahnya. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1944, sebuah letusan yang relatif kecil namun cukup untuk menghancurkan beberapa desa. Sejak saat itu, kawah Vesuvius tersumbat, dan gunung ini memasuki fase dorman atau istirahat. Namun, para ahli vulkanologi menegaskan bahwa statusnya adalah "aktif".

Para ilmuwan meyakini bahwa semakin lama Vesuvius tertidur, semakin besar tekanan gas yang menumpuk di dapur magmanya. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa letusan berikutnya akan bersifat eksplosif dan dahsyat, mirip dengan letusan Pompeii atau bahkan Avellino. Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi kapan tepatnya Vesuvius akan kembali mengamuk, ancaman itu adalah kepastian geologis yang harus dihadapi oleh Italia dan dunia.

Sebagai penutup, Vesuvius lebih dari sekadar tujuan wisata atau situs arkeologi yang menakjubkan. Ia adalah pengingat nyata bahwa kekuatan alam yang pernah menghapus sebuah peradaban masih ada dan terus mengintai di tengah kehidupan modern yang sibuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Menarik Lembah Boszhira, Bekas Dasar Samudra Purba!

24 Nov 2025, 21:49 WIBScience