5 Tantangan yang Harus Dihadapi Manusia jika Tinggal di Neptunus

Terlahir dan tumbuh besar di Bumi, gak sedikit manusia bermimpi bisa tinggal di planet lain. Mengingat planet luar Tata Surya terlalu jauh untuk dijelajahi, satu-satunya opsi adalah planet tetangga yang berada di sekitar Bumi. Kabar buruknya, manusia mustahil tinggal di Merkurius dan Venus. Lokasinya yang terlalu dekat dengan matahari, ditambah atmosfer Venus yang tebal membuat suhu di sana jadi gak manusiawi.
Lalu bagaimana jadinya jika manusia tinggal di planet yang jauh dari matahari? Dibandingkan Jupiter dan Saturnus, Neptunus adalah planet yang paling mirip dengan Bumi. Pasalnya jika dilihat dari teleskop, Neptunus memiliki warna biru yang mirip dengan Bumi. Lalu bisakah manusia tinggal di sana dan apa aja tantangan yang harus kita hadapi?
1. Perjalanan menuju Neptunus membutuhkan waktu tahunan

Jarak dari Matahari ke Neptunus adalah sekitar 4,5 miliar kilometer, sedangkan jarak Bumi ke Neptunus berkisar antara 4,3 hingga 4,7 miliar kilometer. Jika diibaratkan, planet ini merupakan tetangga terjauh Bumi di Tata Surya. Nah karena jaraknya yang jauh, perjalanan ke sana juga akan memakan waktu yang sangat lama. Mari kita ambil contoh perjalanan Voyager 2 ke Neptunus.
Dilansir NASA, Voyager 2 merupakan pesawat tanpa awak yang diluncurkan NASA pada 20 Agustus 1977 untuk menjelajahi planet-planet luar di Tata Surya, termasuk Neptunus. Meluncur dengan kecepatan rata-rata 19 kilometer per detik, Voyager 2 memanfaatkan tarikan gravitasi planet-planet raksasa yang dilewatinya, dan tiba di Neptunus pada 25 Agustus 1989. Bayangkan jika Voyager 2 dengan kecepatan setinggi itu aja butuh waktu 12 tahun, lalu bagaimana dengan pesawat luar angkasa yang dihuni manusia?
2. Menembus atmosfer Neptunus yang tebal dengan suhu bervariasi

Mari kita anggap manusia berhasil tiba di Neptunus dalam waktu singkat, maka tantangan selanjutnya yang harus kita hadapi adalah menembus atmosfer Neptunus yang tebal dengan susunan 74 persen hidrogen, 25 persen helium, dan 1 persen metana. Atmosfer Neptunus sendiri terdiri dari empat lapisan yakni eksosfer yang merupakan lapisan atmosfer terluar, diikuti dengan termometer, stratosfer, dan troposfer sebagai lapisan yang paling dalam. Dilansir Britannica, menariknya suhu di atmosfer Neptunus bisa sangat berbeda tergantung pada ketinggiannya.
Di lapisan atas setelah atmosfer yang berbatasan langsung dengan luar angkasa, radiasi matahari memanaskan area ini hingga suhunya mencapai 480 derajat Celsius. Namun begitu masuk ke area eksosfer, suhunya drop hingga ke -233 derajat Celsius. Kabar buruknya, suhu dingin ini hanya berlaku di eksosfer aja. Semakin dalam kita memasuki Neptunus, suhunya akan semakin panas. Puncaknya adalah ketika mendekati inti planet, di area ini suhunya bahkan bisa mencapai 6.700 derajat Celsius.
3. Manusia juga harus menghadapi badai paling ganas di Tata Surya

Atmosfer Neptunus yang ekstrim belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan badai yang akan manusia hadapi di planet ini. Bukan rahasia lagi bahwa Neptunus memiliki badai angin paling ganas di Tata Surya. Dilansir EBSCO, dikenal dengan istilah Great Dark Spot, badai ini pertama kali ditemukan oleh pesawat Voyager 2 pada tahun 1989. Ketika ditemukan, badai itu berukuran kurang lebih sebesar Bumi, dan bergerak ke arah khatulistiwa.
Satu hal yang membuat badai ini mengerikan bukan hanya karena ukurannya yang luar biasa besar, tetapi juga kecepatan angin yang bergerak saat itu. Voyager 2 mencatat bahwa angin bergerak dengan kecepatan hingga 2.400 kilometer per jam, yang membuatnya jadi hembusan angin paling kuat di Tata Surya. Kabar baiknya, ketika teleskop luar angkasa Hubble melakukan observasi lagi pada tahun 1994, badai raksasa yang dilihat oleh Voyager 2 sudah hilang. Namun sejak itu, Hubble mendeteksi bahwa ada banyak badai lain yang terbentuk dan menghilang di Neptunus.
4. Hujan di Neptunus sangat berbeda dengan Bumi

Hujan merupakan fenomena yang biasa terjadi di Bumi. Bisa dibilang, Bumi kita bahkan membutuhkan hujan untuk memastikan kehidupan di permukaannya tetap terjaga. Namun siapa sangka jika Bumi juga bukan satu-satunya planet yang punya hujan. Selain Venus, Neptunus yang berada miliaran kilometer dari Bumi juga mengalami fenomena yang sama. Sayangnya hujan yang turun di Neptunus berbeda dengan hujan yang turun di Bumi.
Alih-alih tetesan air, di Neptunus, hujan turun dalam bentuk butiran berlian. Dilansir NASA, fenomena ini disebabkan oleh kandungan metana yang ada di atmosfer Neptunus. Namun tekanan atmosfer yang tinggi, ditambah suhu yang panas membuat metana terpecah. Metana kemudian mengalami kristalisasi dan berubah wujud menjadi berlian. Gak hanya hujan, beberapa ahli bahkan percaya bahwa ada banyak berlian yang mengapung di lautan karbon cair dekat inti planet.
5. Mendirikan rumah di Neptunus juga merupakan tantangan besar

Banyak orang percaya jika Neptunus adalah planet gas seperti Jupiter dan Saturnus. Namun anggapan ini sebetulnya gak benar, lho! Ketimbang planet gas, akan lebih tepat jika kita menyebut Neptunus sebagai planet es raksasa. Meski begitu sama seperti Saturnus atau Jupiter, Neptunus juga gak memiliki permukaan padat untuk dipijak. Dilansir NASA, sekitar 80 persen massa planet ini terdiri dari air, metana, dan amonia.
Di sini atmosfer membentang hingga ke kedalaman ekstrim lalu menyatu dengan lapisan es dan air yang berada dekat dengan inti planet. Nah karena gak memiliki permukaan padat, kita gak bisa mendirikan rumah di Neptunus. Masalah lainnya yang gak kalah serius adalah, manusia juga gak bisa bercocok tanam untuk mendapatkan makanan berkelanjutan. Terakhir, lokasi Neptunus yang begitu jauh, membuat cahaya Matahari terlihat 900 kali lebih redup dari yang kita dapatkan di Bumi.
Dari luar angkasa, Neptunus dan Bumi memang memiliki warna yang mirip. Namun sebetulnya kedua planet ini memiliki dunia yang sangat berbeda. Sayangnya sama seperti Venus dan Merkurius, Neptunus juga gak layak untuk dihuni manusia. Jangankan memasuki atmosfernya, menempuh perjalanan menuju planet ini pun kita gak akan sanggup.


















