8 Fakta Burung Cikalang Elok, Suka Merampas Makanan Burung Laut Lain!

- Cikalang elok memiliki perbedaan mencolok antara jantan dan betina
- Jantan memiliki kantong gular yang dapat digembungkan selama musim kawin
- Cikalang elok suka merampas makanan burung laut lain, namun juga berperan dalam menjaga keseimbangan rantai makanan di laut
Cikalang elok (Fregata magnificens), atau burung fregat adalah salah satu spesies burung dari famili Fregatidae, yang populer karena kemampuan terbangnya yang luar biasa. Nama "burung fregat" berasal dari kata Prancis "frégate", yang berarti fregat, sejenis kapal perang. Nama tersebut diberikan kepada burung-burung ini karena kebiasaan mereka yang agresif mengambil makanan dari burung lain, mirip dengan cara fregat menyerang kapal lain.
Lebih dari itu, burung cikalang elok juga menyimpan berbagai fakta menarik, mulai dari karakteristik, gaya hidup, hingga status konservasi. Simak, yuk!
1. Cikalang elok jantan dan betina memiliki perbedaan yang mencolok

Burung cikalang elok adalah salah satu spesies cikalang terbesar. Secara umum, panjang tubuhnya sekitar 89-114 cm dengan lebar sayap mencapai 217-244 cm. Tubuhnya ramping dengan sayap lebar, ekor bercabang panjang, serta paruh bengkok. Mereka juga memiliki kaki kecil berselaput, tetapi tidak cukup kuat untuk mendayung atau berenang.
Antara cikalang elok jantan dan betina memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Jantan dewasa bulunya berwarna hitam dan memiliki kantong gular berwarna merah terang yang dapat digembungkan. Sementara betina dewasa memiliki bulu berwarna hitam serta putih di bagian dada dan perut, dengan kantong gular berwarna hitam yang tidak digembungkan. Ukuran tubuh betina juga lebih besar daripada jantan.
2. Kantong gular mengesankan milik cikalang elok jantan selama musim kawin

Burung cikalang elok jantan dikenal memiliki kantong gular yang dapat digembungkan seperti balon. Jantan melakukan ini untuk menarik perhatian betina selama musim kawin. Menurut Britannica, saat kantong gular mengembang, jantan akan duduk di sarangnya, menggeleng-gelengkan kepala, dan menggetarkan sayapnya untuk menarik perhatian betina.
Selama peragaan ini, jantan sering kali mengatup-ngatupkan paruhnya dan mengeluarkan suara berderak. Suara ini diperkuat oleh kantong gular yang mengembang, sehingga menambah daya tarik mereka kepada betina.
3. Dapat ditemukan di kawasan tropis dan subtropis benua Amerika

Dilansir All About Birds, habitat burung cikalang elok umumnya tersebar di kawasan tropis dan subtropis. Mereka dapat ditemukan di sepanjang pantai di Amerika Serikat bagian selatan, Meksiko, dan Karibia. Bahkan, populasi mereka juga tersebar hingga ke Ekuador, termasuk Kepulauan Galapagos.
Cikalang elok biasanya bersarang dalam koloni padat di pulau-pulau bakau, terumbu karang, serta pohon rendah dan semak-semak di pulau. Sarang tersusun dalam area-area kecil yang dibangun oleh burung betina di tempat burung jantan bertengger. Sarang yang terbuat dari ranting pohon dan semak tersebut memiliki lebar sekitar 23-35 cm.
4. Cikalang elok jantan dapat kawin dengan beberapa betina dalam satu musim

Cikalang elok memiliki siklus reproduksi terlama di antara burung laut, yang memakan waktu hingga dua tahun dari pacaran hingga kemandirian anak. Siklus dimulai ketika jantan berkumpul untuk memamerkan kantong gular demi menarik perhatian betina. Sistem kawin mereka bersifat monogami serial, di mana satu jantan dapat kawin dengan beberapa betina dalam satu musim.
Meskipun jantan berusaha kawin setiap tahun, betina justru berkembang biak setiap dua tahun, karena masa asuhan anak yang sangat panjang. Setelah mengerami telur selama 50–60 hari, betina harus merawat anaknya hingga benar-benar mandiri, di mana proses ini sering memakan waktu lebih dari satu tahun, meskipun anaknya sudah mulai terbang setelah 4–6 bulan. Jantan umumnya meninggalkan sarang lebih awal sekitar 3 bulan setelah betina menetas untuk mempersiapkan musim kawin berikutnya, sehingga tanggung jawab utama pun diserahkan kepada betina.
5. Bulunya tidak tahan air

Burung cikalang elok dikenal memiliki manuver terbang yang cepat dan lincah. Mereka juga sangat suka bertengger. Meskipun habitatnya di lingkungan laut, tetapi mereka enggan basah-basahan dan selalu menghindari mendarat di air. Perilaku ini bukan tanpa alasan!
Dilansir Ocean Conservancy, cikalang elok bulunya tidak memiliki lapisan minyak alami—kelenjar minyak preen atau kelenjar uropygial—untuk menahan air, berbeda dengan bulu burung laut lainnya yang memiliki perlindungan tersebut. Jika bulu cikalang elok basah, mereka akan menjadi sangat berat dan sulit untuk terbang. Selain itu, kaki mereka yang pendek dan tidak berselaput penuh, tidak dirancang untuk berjalan atau berenang di air.
6. Aktif di udara

Meskipun menghindari mendarat di air, tetapi cikalang elok paling aktif di udara untuk mencari makan di perairan hangat di sepanjang pantai dan laguna-laguna dangkal. Menurut All About Birds, mereka dapat terbang dengan kecepatan rata-rata 10 kilometer per jam dan menempuh jarak hingga 223 kilometer sebelum mendarat. Dilansir Britannica, mereka dapat menghabiskan waktu yang sangat lama di udara tanpa perlu mengepakkan sayapnya terus-menerus dengan memanfaatkan teknik terbang layang (gliding) atau meluncur (soaring).
Ketika meluncur secara alami, mereka akan perlahan-lahan kehilangan ketinggian karena tarikan gravitasi. Agar dapat mempertahankan ketinggiannya, atau bahkan naik, mereka harus menemukan arus udara yang bergerak ke atas, seperti termal, yaitu arus udara panas yang naik dari permukaan laut atau darat. Mereka juga memanfaatkan perbedaan kecepatan angin horizontal, terutama di dekat permukaan laut atau di antara lapisan udara yang berbeda, sehingga dapat meluncur ke bawah menuju area berkecepatan angin lebih tinggi dan kemudian menggunakan kecepatan tersebut untuk meluncur kembali ke atas melawan angin.
7. Bisa tidur sambil terbang

Cikalang elok ternyata memiliki kemampuan unik, yaitu tidur sambil terbang. Dilansir National Geographic, mereka mencapai tidur di udara melalui dua cara utama, yaitu tidur gelombang lambat dan tidur REM (Rapid Eye Movement) singkat.
Ketika mereka tidur dalam fase gelombang lambat selama beberapa menit, hanya setengah bagian otak yang tidur, sehingga mereka tidur dengan satu mata terbuka. Hal ini untuk memastikan agar mereka tidak bertabrakan dengan burung lain atau jatuh ke laut. Penelitian juga menunjukkan bahwa cikalang elok dapat memasuki fase tidur REM menggunakan kedua bagian otaknya, meskipun hanya berlangsung selama beberapa detik. Yang lebih mengejutkan, mereka hanya tidur kurang dari satu jam per hari, dengan rata-rata sekitar 42 menit.
8. Suka merampas makanan burung laut lain

Satu fakta paling mencengangkan dari burung cikalang elok adalah, mereka suka merampas makanan burung laut lain. Tidak heran jika mereka dijuluki sebagai "Perompak Laut". Dilansir Britannica, kebiasaan mencari makan ini disebut kleptoparasitisme, yaitu mengganggu burung laut lain hingga memaksa mereka memuntahkan makanannya, yang kemudian ditangkap burung cikalang sebelum menyentuh air.
Meskipun perilakunya cukup menyebalkan, tetapi sebenarnya mereka juga mampu berburu mangsanya sendiri. All About Birds mengatakan, mereka biasanya memakan ikan terbang, tuna, herring, dan cumi-cumi, yang mereka tangkap dari permukaan air tanpa mendarat. Plankton, kepiting, ubur-ubur, serta ikan yang dibuang dari kapal penangkap ikan pun mereka makan.
Menurut Animalia, total populasi cikalang elok ada sekitar 100.000-499.999 individu. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai Spesies Berisiko Rendah (Least Concern) dalam Daftar Merah IUCN. Meskipun secara global statusnya tidak mengkhawatirkan, tetapi populasi spesies ini menurun dan menghadapi ancaman di banyak wilayah, terutama akibat gangguan manusia, kehilangan habitat, masuknya predator non-asli, dan polusi.
Meski terkenal dengan kebiasaan "perompaknya", tetapi burung cikalang elok memiliki peran ekologis yang membantu mengendalikan populasi ikan, sebagai indikator kesehatan ekosistem perairan karena sensitif terhadap polusi logam berat, dan berperan dalam menjaga keseimbangan rantai makanan di laut. Oleh karena itu, penting untuk selalu memelihara kesehatan lautan dan habitat pesisir, agar kelangsungan hidup mereka tetap terjaga.


















