8 Penjelasan Ilmiah Setiap Orang Berpotensi jadi Pembunuh

Ada banyak film yang terinspirasi dari kisah pembunuhan di dunia nyata. Entah itu film dokumenter, entah itu film thriller. Yang jelas, para pembunuh selalu mendapat perhatian khusus di dunia ini.
Akan tetapi, tidakkah kamu bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat seseorang bisa membunuh orang lain? Apakah ada tanda-tanda orang yang memiliki kecenderungan untuk membunuh? Apakah faktornya? Ini penting untuk diketahui, mengingat kamu bisa mengukur diri sendiri: apakah aku berpotensi menjadi seorang pembunuh? Berikut adalah penjelasan ilmiahnya.
1. Setiap orang hampir selalu berpikiran untuk membunuh orang lain

Dijamin 100 persen di dunia ini kamu punya orang yang tidak kamu sukai. Bisa jadi itu atasanmu, rivalmu, mantan pacarmu, dan lain sebagainya.
Tidak jarang pula ketika kamu berpikir atau mengingat tentang mereka, di pikiranmu muncul imajinasi atau niatan untuk membunuhnya. Tenang, kamu tidak perlu bersalah tentang masalah ini mengingat berimajinasi untuk membunuh sebenarnya sangat umum di masyarakat.
Data yang dibeberkan kanal YouTube AsapSCIENCE menyebut bahwa terdapat penelitian yang menyurvei 1.000 orang dan 76 persen pria serta 91 persen perempuan dari survei itu mengatakan pernah berpikiran untuk membunuh seseorang. Bahkan dalam kurun waktu satu tahun, pria cenderung berfantasi hingga 10 pembunuhan, sedangkan perempuan hanya 1 pembunuhan saja.
2. Para pembunuh cenderung punya detak jantung yang rendah

Namun demikian, kamu perlu sedikit khawatir bila saat mengimajinasikan pembunuhan tersebut, kamu tidak merasa deg-degan sama sekali.
Ada satu studi yang meneliti 710 ribu detak jantung pria berumur 18 tahun yang akan masuk ke militer. Dalam kurun waktu satu dekade, diamati bila mereka yang punya intensitas detak jantung rendah 39 persen, cenderung melakukan kejahatan ketimbang mereka yang intensitas detak jantungnya tinggi.
Studi yang berbeda cukup mendukung pernyataan tersebut. Diketahui bahwa orang-orang berdetak jantung rendah diasosiasikan dengan kebiasaan menguntit.
3. Otak para pembunuh punya aktivitas yang berbeda

Perilaku seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh kinerja otak. Bagi mereka para kriminal, khususnya pembunuh, otak mereka bekerja sedikit berbeda dengan otak orang pada umumnya.
Sebuah penelitian yang melakukan metode scanning melihat otak para pembunuh memiliki sisi korteks prefrontal dengan aktivitas yang lebih rendah ketimbang orang lain. Di sisi lain, para pembunuh cenderung punya aktivitas sistem limbic yang lebih tinggi.
Korteks prefrontal sendiri merupakan bagian otak yang berada di bagian belakang bawah dan sering diasosiasikan dengan pengambilan keputusan serta kebiasaan bersosialisasi. Aktivitas korteks prefrontal yang rendah membuat seseorang susah mengontrol dirinya dalam mengambil keputusan dan susah bersosialisasi.
Berbeda dengan sistem limbic. Sistem limbic terletak pada tengah-tengah otak dan punya pengaruh kepada emosi seseorang. Peningkatan aktivitas sistem limbic membuat seseorang punya emosi yang kuat serta susah mengontrol dirinya.
4. Bisa jadi seseorang memiliki varian gen prajurit yang berbeda

Banyak hal, yang terasosiasi dengan pembentukan karaktermu, merupakan dampak dari genetik yang kamu miliki. Dalam urusan perilaku agresif, ada kemungkinan kamu mempunyai gen prajurit atau gen Mao-A.
Gen prajurit sebenarnya dimiliki oleh setiap individu manusia. Akan tetapi, kurang lebih sebanyak 33 persen orang diperkirakan punya varian gen prajurit berbeda ketimbang lainnya. Perbedaan varian ini diasosiasikan dengan sifat yang lebih agresif ketimbang orang lain. Tentu saja jika disimpulkan, memiliki gen prajurit tidak mengindikasikan kamu adalah seseorang yang agresif.
5. Faktor lingkungan bisa menambah risiko seseorang menjadi pembunuh

Lebih dari sekadar faktor fisik, seorang pembunuh juga banyak diasosiasikan dengan perkembangan mental yang kurang baik akibat lingkungan yang tidak mendukung. Sebagai contoh, mereka yang mendapatkan penganiayaan pada masa lalunya cenderung punya risiko lebih tinggi untuk menjadi pembunuh.
Diketahui 68 persen dari pembunuh berantai mengalami penganiayaan pada masa kecilnya. Lebih-lebih, setengah pembunuh perempuan di Amerika ternyata memiliki pengalaman tidak mengenakkan di masa lalunya dengan pasangan atau mantan pasangan.
6. Nutrisi yang diterima seseorang juga sedikit banyak berpengaruh

Percaya tidak percaya, apa yang kamu makan berpengaruh kepada sifatmu. Dalam kasus ini, makananmu bisa jadi memicumu menjadi seseorang yang agresif.
Umumnya mereka yang suka melakukan kekerasan didapati kurang mendapat nutrisi omega-3. Satu studi mengatakan terpenuhinya asam lemak omega-3 bisa mengurangi seseorang melakukan kejahatan hingga 37 persen.
7. Risiko perempuan menjadi pembunuh lebih rendah ketimbang pria

Fakta menarik lagi tentang seorang pembunuh adalah kecenderungan pembunuhan yang dilakukan seorang perempuan di dunia hanya sekitar 14,7 persen. Angka tersebut tergolong rendah daripada angka yang dimiliki para pria, yaitu hingga 96 persen jika berdasarkan penelitian yang dilakukan UNODC pada 2013. Mengapa bisa seperti itu?
Perlu diketahui tindakan membunuh punya konsekuensi yang sangat tinggi di masyarakat, seperti penjara atau hukuman mati. Di dalam urusan keberlangsungan hidup untuk generasi selanjutnya, perempuan memiliki insting untuk merawat dan melindungi anaknya ketimbang melakukan hal-hal yang agresif.
Berbeda dengan para pria. Ini dibuktikan dengan penelitian yang mencatat anak-anak yang kehilangan ibunya lebih berisiko mati ketimbang kehilangan ayahnya. Pikiran dan tanggung jawab untuk merawat keturunan inilah yang bisa jadi menekan keinginan membunuh para perempuan.
8. Pembunuhan diasosiasikan dengan evolusi manusia

Fakta menarik lainnya adalah para peneliti berpendapat bila evolusi yang kita alami berhubungan erat dengan pembunuhan kepada sesama. Pengamatan terhadap 4 juta kematian dari berbagai spesies mamalia mencatat risiko penganiayaan meningkat beriringan evolusi yang dialami. Hal tersebut ditunjukkan dengan risiko pembunuhan kepada sesama yang enam kali lipat lebih tinggi untuk spesies primata, termasuk manusia, ketimbang hewan lain.
Pada dasarnya kasus pembunuhan sudah sangat menurun di zaman modern ini. Pada abad pertengahan, tingkat pembunuhan bisa mencapai 12 persen dari catatan kematian yang ada pada waktu itu. Sedangkan di masa sekarang, tingkat pembunuhan hanya mencapai 1,33 persen saja. Sayangnya, 33 persen pembunuhan yang terjadi tak pernah terpecahkan.
Jadi, bagaimana? Setelah membaca ini, apakah kamu merasa punya kecenderungan untuk membunuh? It's okay to not be okay, tapi tetaplah jadi orang baik, kontrol kesehatan mental dengan konsultasi ke ahlinya, ya.