Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Awan Terbuat dari Apa? Ini Proses Terbentuknya

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Awan terbentuk dari tetes air, kristal es, dan partikel padat sebagai inti kondensasi.
  • Adapun, komposisinya dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan ketinggian.
  • Proses pembentukan awan dimulai dari penguapan air, naiknya uap ke atmosfer, dan kondensasi pada partikel mikroskopis, yang bisa menghasilkan air cair atau kristal es tergantung suhu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Awan sering terlihat lembut dan indah menghiasi langit. Namun, tahukah kamu sebenarnya awan terbuat dari apa? Pertanyaan ini membawa kita pada penjelasan ilmiah yang melibatkan air, udara, suhu, dan partikel mikroskopis. Banyak orang hanya mengenal bentuk awan tanpa memahami bahan penyusunnya secara detail.

Fenomena terbentuknya awan tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga berperan penting dalam siklus air dan iklim. Memahami proses terbentuknya awan membantu kita mengerti hubungan antara cuaca, suhu, dan kelembapan udara. Mari, kita bahas secara rinci proses pembentukan awan dan komposisi di balik bentuknya yang memukau.

1. Proses fisika menjelaskan awal terbentuknya awan

ilustrasi pantai
ilustrasi pantai (pexels.com/Marius Mann)

Pembentukan awan berawal dari proses penguapan air yang terjadi di berbagai permukaan, seperti laut, danau, sungai, bahkan tanah basah. Paparan sinar Matahari memberikan energi panas sehingga molekul air memperoleh cukup energi untuk berubah menjadi uap air. Uap ini kemudian naik ke atmosfer mengikuti aliran udara hangat yang bergerak ke atas. Pada ketinggian tertentu, udara mulai mendingin dan menyebabkan uap air mencapai titik jenuh, lalu memulai proses kondensasi.

Kondensasi tidak terjadi begitu saja, melainkan membutuhkan partikel mikroskopis sebagai inti kondensasi, seperti debu, garam laut, atau abu vulkanik. Partikel ini memberikan permukaan tempat molekul air menempel dan berubah menjadi tetes air kecil. Tetes air tersebut terkumpul menjadi massa yang cukup besar sehingga membentuk awan yang terlihat dari permukaan Bumi. Dalam kondisi berbeda, proses ini juga dapat menghasilkan kristal es, terutama pada lapisan atmosfer yang memiliki suhu sangat rendah.

2. Jenis partikel memengaruhi bentuk dan ukuran awan

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/Pixabay)

Kualitas udara di sekitar memengaruhi ukuran dan jumlah tetes air dalam awan. Di daerah dengan udara bersih, seperti lautan terbuka, jumlah partikel kondensasi relatif sedikit sehingga tetes air yang terbentuk berukuran lebih besar. Sebaliknya, di wilayah daratan atau perkotaan dengan polutan tinggi, jumlah partikel lebih banyak sehingga tetes air menjadi lebih kecil, tetapi jumlahnya sangat banyak. Perbedaan ini membuat awan di atas daratan tampak lebih tebal dan berwarna lebih putih pekat dibandingkan awan di atas lautan.

Ukuran tetes air juga memengaruhi sifat optik awan. Tetes yang lebih besar cenderung memantulkan cahaya secara berbeda sehingga awan bisa terlihat lebih gelap atau lebih cerah. Faktor ini sangat penting dalam studi iklim karena sifat memantulkan sinar Matahari memengaruhi keseimbangan energi Bumi. Penelitian menggunakan satelit telah membuktikan bahwa partikel dari aktivitas manusia dapat mengubah sifat awan, baik dalam hal ketebalan maupun lama keberadaannya di atmosfer.

3. Suhu udara menentukan wujud air yang ada di dalam awan

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/Brett Sayles)

Tidak semua awan berisi air dalam bentuk cair. Pada ketinggian tertentu, dengan suhu udara ada di bawah titik beku, air di dalam awan dapat berwujud menjadi kristal es. Menariknya, meski suhunya di bawah 0 derajat celsius, sebagian awan masih mengandung air dalam bentuk cair yang disebut air superdingin. Air ini tetap cair karena tidak ada inti pembeku yang cukup untuk memicu pembekuan. Ketika partikel padat yang sesuai hadir, air superdingin membeku seketika dan membentuk butiran es atau salju.

Perbedaan fase air ini menjelaskan mengapa jenis awan tertentu, seperti sirus, terlihat tipis dan berserabut, sedangkan awan kumulonimbus memiliki bentuk besar menjulang dengan kombinasi air cair serta es. Perpaduan fase air tersebut juga menentukan apakah awan akan menghasilkan hujan, salju, atau butiran es yang jatuh ke permukaan Bumi. Kondisi ini menjadi salah satu fokus utama meteorologi untuk memprediksi jenis presipitasi yang mungkin terjadi.

4. Komposisi awan bergantung pada kondisi atmosfer

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/Brett Sayles)

Awan tersusun dari kombinasi tetes air, kristal es, dan partikel padat yang menjadi inti kondensasi. Perbandingan ketiga komponen ini bergantung pada suhu, kelembapan, dan ketinggian tempat awan terbentuk. Pada lapisan udara hangat, awan cenderung didominasi oleh tetes air berukuran mikroskopis. Sebaliknya, di lapisan yang suhunya jauh di bawah titik beku, kristal es menjadi komponen utama yang membentuk struktur awan.

Selain air dan es, partikel padat seperti debu, garam laut, atau abu vulkanik tetap berada di dalam awan serta berfungsi sebagai kerangka mikro tempat air atau es menempel. Tanpa partikel ini, uap air sulit membentuk awan meski kelembapan udara tinggi. Variasi komposisi inilah yang membuat awan memiliki tekstur, warna, dan ketebalan yang berbeda di setiap kondisi cuaca serta lokasi pembentukannya.

5. Perbedaan ketinggian menghasilkan jenis awan yang bervariasi

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/icon0 com)

Ketinggian pembentukan awan menentukan bahan penyusunnya, apakah dominan air, es, atau campuran keduanya. Awan rendah seperti stratus umumnya terdiri dari tetes air, sedangkan awan tinggi seperti sirus hampir seluruhnya terbentuk dari kristal es. Awan kumulonimbus yang menjulang tinggi dapat memiliki lapisan bawah yang berisi air dan bagian puncak yang berisi es.

Variasi ini bukan sekadar estetika, tetapi juga informasi meteorologi. Ahli cuaca menggunakan bentuk dan ketinggian awan untuk memprediksi kondisi cuaca. Awan tipis di ketinggian, misalnya, sering menjadi tanda perubahan cuaca dalam 24 jam ke depan. Pengetahuan ini berguna bagi penerbangan, pelayaran, hingga kegiatan pertanian.

Sekarang, kamu jadi paham awan terbuat dari apa. Selain memuaskan rasa ingin tahu, kamu juga dapat wawasan penting mengenai cuaca dan iklim. Awan adalah bagian dari sistem atmosfer yang kompleks karena menghubungkan laut, daratan, dan udara dalam siklus air yang berkelanjutan. Dengan mengetahui prosesnya, kamu bisa melihat langit bukan hanya sebagai pemandangan indah, tetapi juga sebagai jendela informasi tentang keadaan Bumi.

Referensi
“Cloud”. Britannica. Diakses Agustus 2025.
“Cloud Development”. National Weather Service. Diakses Agustus 2025.
“Cloud Formation”. NASA Climate Kids. Diakses Agustus 2025.
“What Are Clouds Made of? Are They More Likely to Form in Polluted Air or Pristine Air?”. NASA GPM. Diakses Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Science

See More

Dampak Bahaya Gas Air Mata Kedaluwarsa, Bisa Mematikan

03 Sep 2025, 16:20 WIBScience