5 Fakta Ayam Hutan Hijau, Endemik Indonesia yang Menawan

Ayam hutan hijau atau green junglefowl juga dikenal sebagai javan junglefowl, forktail atau green javanese junglefowl. Mereka berada dalam famili Phasianidae dan memiliki nama ilmiah Gallus varius. Panjang tubuh jantan sekitar 60 sentimeter dan betina 42 sentimeter. Bulu jantan berwarna gelap dan kehitaman di kejauhan. Tapi, saat melihatnya lebih dekat, itu terlihat berwarna-warni. Mungkin mengingatkanmu pada ocellated turkey dan green peafowl.
Sementara itu, betina berukuran lebih kecil, berwarna kuning kecokelatan dengan garis dan bintik hitam. Iris makanya merah, paruhnya abu-abu keputihan dan kakinya kekuningan atau agak kemerahan. Tidak banyak informasi tentangnya, tapi fakta berikut bisa membantumu mengenalinya lebih baik.
1. Wilayah penyebaran ayam hutan hijau

Penyebaran ayam hutan hijau berada di Jawa, Bali, Lombok, Flores, Pulau Komodo, Rica dan pulau-pulau kecil yang menghubungkan Jawa dengan Flores. Mereka juga sudah diperkenalkan di Cocos Island di mana terdapat populasi kecil di alam liar. Animalia menginformasikan bahwa ayam hutan hijau ditemukan di ketinggian 0--2.000 meter di hutan lembap dataran rendah subtropis atau tropis. Mereka juga menghuni semak belukar dan lahan subur. Tempat perkembang biakannya berada di sepanjang wilayah pesisir.
2. Menu makan sangat beragam

Berdasarkan informasi dari Bali Wildlife, ayam hutan hijau memakan berbagai biji-bijian, pucuk dan rumput. Mereka juga memburu laba-laba, cacing, katak dan kadal kecil. Spesies ini mencari makan dalam kelompok yang terdiri dari 2--7 individu atau lebih. Ayam hutan hijau mencari di dekat sekumpulan kerbau, sapi atau banteng.
Selain memburu serangga, mereka suka menggali dan mengais kotoran hewan herbivora untuk mencari biji yang belum dicerna. Bahkan tidak masalah menemukan serangga yang memakan kotoran.
3. Kawanannya didominasi oleh jantan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ayam hutan hijau hidup dalam kelompok yang terdiri dari dua hingga tujuh individu di alam liar. Kawanan tersebut didominasi oleh jantan yang akan memimpin anggotanya untuk mencari makan dan minum serta kembali ke area hutan tertutup. Saat malam hari, kawanannya bertengger di bambu di ketinggian 4,5–6 meter.
Saat musim kawin, setiap jantan dominan dalam kawanan akan ditantang oleh jantan penyendiri yang tidak bergabung dalam kawanan manapun. Kedua jantan akan mengepakkan sayapnya dan berkokok sambil saling adu taji.
4. Hibrida ayam hutan hijau dan ayam domestik pernah membingungkan ornitologis

Hibrida ayam hutan hijau dan ayam domestik (Gallus gallus domesticus) pernah membingungkan beberapa ornitologis abad ke-19. Bulu Hibrida tersebut sangat berbeda dengan warna serta pola spesies induknya sehingga dianggap sebagai spesies berbeda. Charles Darwin kemudian tertarik untuk memahami apakah mereka hibrida atau spesies asli. Menurutnya, ayam tersebut mempunyai satu leluhur di alam liar yaitured junglefowl (Gallus gallus), dilansir iNaturalist.
5. Sistem perkawinan ayam hutan hijau

Tidak banyak informasi mengenai sistem perkawinan ayam hutan hijau, tapi mereka biasanya berkembang biak antara bulan Oktober hingga November di Jawa Barat. Sementara di Jawa Timur sekitar bulan Maret hingga Juli. Sarangnya sangat sederhana, dibuat hanya di atas tanah yang ditumbuhi rumput, semak atau rumput tinggi. Betina bisa menghasilkan 3–4 telur berwarna keputihan.
Ayam hutan hijau ternyata hidup dalam kawanan kecil yang didominasi oleh jantan. Sayangnya, informasi mengenai mereka tidak lengkap, mungkin dibutuhkan studi lebih lanjut. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai Least Concern oleh IUCN dan tren populasinya masih stabil. Pernahkah kamu melihat spesies ayam ini sebelumnya?