5 Bencana Alam Langka yang Terjadi di Abad 20, Ada Tornado Api!

Abad 20 menyimpan banyak kejadian bencana alam di dunia dengan angka kematian yang tinggi. Banjir China di tahun 1931, misalnya, tercatat sebagai bencana alam dengan korban jiwa terbanyak yaitu lebih dari 3 juta orang.
Meski tidak mencatatkan tingginya angka kematian, beberapa bencana alam di abad 20 juga disebut sebagai fenomena langka. Ada bencana alam yang terjadi di tengah masa peperangan, erupsi gunung berapi yang tak biasa, ataupun disebabkan oleh ledakan benda luar angkasa.
1. Ledakan Tunguska

Tunguska adalah nama sebuah sungai di daerah Krasnoyarsk Krai, Rusia. Pada pagi hari tanggal 30 Juni 1908, terjadi sebuah ledakan besar di hutan taiga sekitar kawasan tersebut yang meratakan jutaan pepohonan serta menewaskan tiga orang.
Dikutip dari NASA, beberapa masyarakat sekitar sempat melihat bola api dengan kilatan cahaya di langit sebelum terdengar suara ledakan dahsyat. Ledakan tersebut menciptakan getaran hebat di permukaan tanah serta memunculkan kolom asap besar yang membumbung tinggi.
Peristiwa ini tidak menjadi perhatian pemerintah Tsar Rusia saat itu karena lokasinya yang terpencil, sehingga pada 1927 baru dilaksanakan penelitian untuk pertama kalinya. Meskipun ada beberapa pandangan berbeda, mayoritas peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa di Tunguska terjadi akibat ledakan asteroid dengan perkiraan diameter sekitar 40 meter.
2. Gempa besar Kanto

Kanto merupakan area dataran rendah di Pulau Honshu yang meliputi beberapa prefektur utama seperti Tokyo, Kanagawa, Chiba, Gunma, Tochigi, Ibaraki dan Saitama. Gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang kawasan tersebut pada 1 September 1923.
Karena terjadi saat orang-orang tengah memasak untuk makan siang, gempa yang berpusat di Teluk Sagami tersebut memicu terjadinya kebakaran di 130 titik kawasan pemukiman. Kebakaran terus membesar bahkan berubah menjadi tornado api setelah angin topan melewati area terdampak gempa.
Tak berhenti sampai di situ, beberapa hari pasca gempa dan munculnya tornado api, terjadi sentimen negatif serta tuduhan terhadap orang korea yang ada di Jepang. Lebih dari 6000 orang korea, china dan yang dianggap tidak terlihat seperti tipikal orang jepang menjadi korban pembantaian yang dilakukan oleh gabungan militer dan masyarakat sipil, dikutip dari The Japan Times.
3. White Friday

Ketika Perang Dunia I tengah berlangsung, salah satu titik medan pertempuran yang berada di Pegunungan Dolomites, Italia menjadi saksi terjadinya bencana alam mematikan. Beberapa area di kawasan tersebut dijadikan markas militer oleh tentara Italia dan Austro-Hungaria.
Saat itu, musim dingin di area tersebut ditandai dengan hujan salju yang intens hingga suhu udara turun hingga minus 40 derajat Celcius. Sementara itu, Laut Mediterania mengalami kenaikan suhu air laut, sehingga frekuensi hujan di kawasan Eropa Selatan cukup tinggi, dikutip dari situs majalah La Brújula Verde.
Pertemuan lapisan salju tebal dengan hujan deras dan angin dari Laut Mediterania menyebabkan longsoran salju di beberapa lokasi. Diperkirakan lebih dari 2000 personil tentara Italia dan Austro-Hungaria menjadi korban dari longsoran salju terparah kedua sepanjang sejarah.
4. Tragedi Armero

Armero adalah salah satu kota penghasil berbagai komoditas pertanian di Kolombia. Tanahnya yang subur, tak terlepas dari keberadaan Nevado del Ruiz, sebuah gunung berapi yang berjarak 48 km dari Armero.
Nevado del Ruiz sebenarnya mencatatkan beberapa kali kejadian erupsi, tapi ledakan besar yang menelan banyak korban jiwa hanya terjadi pada 1595 dan 1845. Selama lebih dari 100 tahun, Nevado del Ruiz dianggap sebagai gunung berapi dormant oleh para ahli.
Namun, kenaikan aktivitas gempa Nevado del Ruiz mulai terdeteksi pada awal November 1984. Bahkan telah terjadi aktivitas fumarol atau peningkatan sulfur di puncak gunung yang menjadi tanda akan datangnya erupsi besar.
Puncaknya, Nevado del Ruiz meletus pada 13 November 1985. Aliran laharnya menghancurkan ribuan rumah dan sebanyak lebih dari 23 ribu orang menjadi korban jiwa.
Tragedi Armero kerap disebut sebagai akibat dari ketidakpedulian otoritas pemerintah terhadap peringatan dari para ilmuwan. Pemerintah Kolombia saat itu enggan untuk memberi perintah evakuasi karena para ilmuwan dianggap tidak bisa melakukan perkiraan terkait kapan Nevado del Ruiz akan mengalami erupsi.
Di tahun 1985, Kolombia belum memiliki lembaga khusus vulkanologi sehingga para ilmuwan yang sebagian besar merupakan ahli geologi, belum dibekali dengan instrumen khusus untuk memonitor aktivitas gunung berapi. Setelah kejadian tersebut, kini Kolombia sudah memiliki 600 stasiun pengamatan gunung berapi, dikutip dari Eos.
5. Bencana Danau Nyos

Pernahkah kamu mendengar tentang erupsi limnik? Erupsi limnik merupakan salah satu fenomena alam, ketika sebuah danau di sekitar gunung berapi mengeluarkan gas beracun berupa karbon dioksida.
Erupsi limnik termasuk kejadian alam langka dan sejarah hanya mencatatkan dua peristiwa. Erupsi limnik pertama terjadi pada 1984 tepatnya di Danau Monoun, Kamerun dan menewaskan 37 warga sekitarnya.
Masih di negara yang sama, erupsi limnik di Danau Nyos terjadi pada 1985 dan menelan korban jiwa lebih banyak. Sekitar 1700 warga menjadi korban jiwa setelah keracunan gas karbon dioksida, dikutip dari Britannica.
Danau Nyos dan Danau Monoun kini telah dilengkapi dengan instalasi pipa besar untuk mencegah akumulasi karbon dioksida di dalam air danau. Langkah ini diharapkan sebagai upaya penanggulangan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Deretan kejadian ini mengajarkan kita bahwa bencana alam bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Mengenali risiko kerawanan bencana dan melakukan upaya preventif, dapat mengurangi kemungkinan tingginya angka korban jiwa.