Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Ciri Tanaman Liar yang Bisa Dimakan dan Harus Dihindari saat Mendaki

ilustrasi tanaman liar (pexels.com/David Alberto Carmona Coto)
ilustrasi tanaman liar (pexels.com/David Alberto Carmona Coto)
Intinya sih...
  • Tanaman berwarna mencolok seperti ungu, merah, atau kuning menandakan racun
  • Getah putih pekat dari batang atau daun menunjukkan tanaman beracun
  • Bau yang tidak sedap dan daun berduri adalah tanda tanaman berbahaya

Menjelajahi alam bebas seperti mendaki gunung atau hutan memang bisa memberikan pengalaman yang tidak terlupakan, namun kerap kali juga bisa memberikan tantangan tersendiri apabila di tengah keterbatasan logistik atau dalam kondisi yang darurat. Nyatanya tidak semua tumbuhan yang tampak menarik bisa dikonsumsi, bahkan sebagian besar tanaman liar justru menyimpan adanya racun yang dapat membahayakan kesehatan hingga mengancam nyawa apabila sampai dikonsumsi.

Mengenali ciri-ciri umum dari tanaman yang aman dikonsumsi tentu merupakan keterampilan penting dalam bertahan hidup, sehingga dapat membantumu untuk mengidentifikasi ciri luar dari tanaman yang dijumpai agar nantinya tidak sembarangan dalam mengonsumsinya. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa ciri berikut ini dari tanaman liar yang sebetulnya bisa dimakan dan mana yang harus dihindari agar dapat membantu para pendaki untuk mengambil keputusan yang lebih aman.

1. Warna cerah dan menyala justru bisa menjadi tanda bahaya

ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Pixabay)

Tanaman dengan warna yang mencolok, seperti ungu tua, merah terang, atau kuning menyala sebetulnya menandakan adanya kandungan racun di dalamnya, sebab warna tersebut memiliki fungsi penting sebagai sistem pertahanan alami agar bisa menghindari pemangsaan oleh hewan. Contohnya adalah buah dari tanaman jarak dan bunga kecubung yang mungkin terlihat menarik, namun sebetulnya beracun, sehingga jangan mudah tergoda dengan tampilan warnanya yang terlihat cerah.

Sebaliknya tanaman yang bisa dimakan pada umumnya memiliki warna yang terlihat lebih netral, seperti hijau muda atau hijau tua, walau memang hal ini tidak bisa dijadikan patokan pasti. Namun, biasanya warna yang tidak terlalu mencolok justru akan lebih aman, sehingga perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut terkait aroma atau mencicipi sedikit bagian kecil apabila memang dalam kondisi yang benar-benar terpaksa.

2. Getah putih yang pekat berpotensi mengandung racun

ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Lesley)
ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Lesley)

Getah yang berwarna putih pekat terutama yang keluar dari bagian batang atau daun yang dipatahkan justru bisa menjadi indikasi bahwa tanaman tersebut sebetulnya beracun. Kandungan lateks dan senyawa kimia yang ada di dalamnya justru rentan menimbulkan potensi iritasi kulit, luka bakar ringan, atau bahkan gangguan pencernaan apabila sampai tertelan. Contoh tanaman bergetah putih yang beracun adalah singkong pahit dan jarak pagar.

Sementara untuk tanaman yang bisa dimakan pada umumnya tidak memiliki getah berwarna atau bertekstur kental ketika dipatahkan. Jika memang terdapat getah biasanya warnanya terlihat lebih jernih dan cepat mengering, sehingga tidak sampai berpotensi menimbulkan efek samping pada kulit yang mungkin akan berbahaya pada saat dikonsumsi.

3. Bau menyengat dan tidak sedap menjadi sinyal untuk tidak dimakan

ilustrasi tanaman liar (pexels.com/NastyaSensei)
ilustrasi tanaman liar (pexels.com/NastyaSensei)

Bau tanaman bisa menjadi indikator penting untuk menentukan apakah memang aman dikonsumsi atau pun tidak, sebab tanaman yang beracun sering mengeluarkan bau yang getir menyengat atau tidak sedap. Bau yang tidak biasa, seperti aroma kimia atau yang menyengat di hidung sebetulnya menjadi tanda peringatan yang harus kamu perhatikan, seperti hal yang kerap dijumpai pada tanaman seperti tuba-tuba dan bunga bangkai.

Di sisi lain tanaman yang aman dikonsumsi pada umumnya memiliki aroma alami yang lebih ringan atau harum, seperti daun mint atau daun kemangi. Bau segar dan juga netral menandakan bahwa tanaman tersebut tidak memiliki adanya kandungan kimia yang berbahaya dalam jumlah besar, namun tetap saja memerlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan bahwa tanaman tersebut memang aman untuk dikonsumsi.

4. Permukaan daun yang berduri atau berbulu tajam memiliki potensi racun

ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Lukas Hartmann)
ilustrasi tanaman liar (pexels.com/Lukas Hartmann)

Tanaman dengan daun berduri atau berbulu tajam biasanya memiliki mekanisme sebagai bentuk perlindungan dari predator, sebab ciri fisiknya dapat berupa rambut yang tajam, duri halus, atau bahkan kristal kecil yang dapat menimbulkan iritasi ketika bersentuhan dengan kulit. Tanaman seperti jelatang atau kecubung liar memiliki ciri semacam ini, sehingga diketahui beracun dan juga dapat menimbulkan alergi jika sampai dikonsumsi.

Sebaliknya untuk tanaman yang dapat dikonsumsi pada umumnya tidak memiliki permukaan yang kasar, sebab justru permukaannya lebih cenderung halus atau hanya berbulu lembut yang tidak menyakitkan. Contohnya daun singkong manis dan bayam hutan dengan tekstur yang relatif lebih aman ketika disentuh, namun tetap saja pengujian harus dilakukan, sehingga tidak hanya mengandalkan tekstur sebagai satu satunya indikator penentu.

Memahami ciri-ciri tanaman liar yang bisa dimakan dan harus dihindari merupakan langkah penting untuk memastikan keselamatan selama berada di alam bebas. Bagaimana pun juga pada saat pendakian harus lebih selektif agar bisa menghindari bahaya. Jangan makan tanaman liar dia situasinya tidak benar-benar darurat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us