Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Burung Elang-Ular Sulawesi, Predator Langit Endemik Indonesia!

elang-ular sulawesi sedang terbang (inaturalist.org/james_birdtourasia)
elang-ular sulawesi sedang terbang (inaturalist.org/james_birdtourasia)

Mengingat letaknya yang berada di kawasan peralihan, tak heran kalau Pulau Sulawesi memiliki banyak hewan yang mirip seperti hewan pada zona Asiatis maupun Australis. Nah, salah satu contoh hewan yang memiliki ciri hewan zona Asiatis adalah elang-ular sulawesi (Spilornis rufipectus). Soalnya, dari ukuran, penampilan, sampai cara spesies elang yang satu ini memilih makanan relatif sama dengan kerabat lain yang hidup di zona Asiatis.

Malahan, dalam jalur taksonomi, elang-ular sulawesi memang masuk dalam genus Spilornis yang merupakan burung pemangsa khas Asia bagian selatan, termasuk Asia Tenggara. Kerabat terdekat dari mereka adalah elang-ular bido (Spilornis cheela) yang memiliki peta persebaran luas itu. Nah, tentunya, ada berbagai fakta menarik lain dari elang-ular sulawesi selain soal kedekatan mereka dengan spesies elang di zona Asiatis. Penasaran dengan ulasan lengkapnya? Langsung gulir layarmu ke bawah, ya!

1. Bagaimana penampilan elang-ular sulawesi?

potret elang-ular sulawesi yang sedang bertengger (inaturalist.org/jujuwild)
potret elang-ular sulawesi yang sedang bertengger (inaturalist.org/jujuwild)

Elang-ular sulawesi termasuk spesies burung elang berukuran sedang. Panjang tubuh mereka sekitar 46—54 cm, rentang sayap 105—120 cm, dan bobot 675—925 gram. Ada dimorfisme seksual pada spesies ini, dimana betina punya ukuran yang lebih besar ketimbang jantan.

Dilansir Eagle Encyclopedia, elang-ular sulawesi tampil dengan bulu yang didominasi warna cokelat. Namu, pada area perut terdapat bercak putih dan sekitar ujung sayap dan ekor ada pola garis hitam serta putih. Sementara itu, area kepala, paruh, dan sepasang kaki dari burung elang ini cenderung berwarna kuning cerah.

2. Habitat pilihan dan makanan favorit

elang-ular sulawesi sedang mencari makan (inaturalist.org/jeanpaulboerekamps)
elang-ular sulawesi sedang mencari makan (inaturalist.org/jeanpaulboerekamps)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, elang-ular sulawesi merupakan burung endemik dari Pulau Sulawesi. Secara spesifik, mereka tersebar cukup merata mulai dari Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, sampai Sulawesi Selatan. Selain itu, beberapa populasi elang-ular sulawesi berada di pulau kecil, seperti Kepulauan Sula. Menurut Data Zone by Birdlife, luas area yang jadi wilayah mereka itu sekitar 576 ribu km persegi.

Sementara itu, pilihan habitat bagi elang-ular sulawesi cukup beragam. Misalnya saja, hutan tropis dan subtropis di dataran rendah, sabana, padang rumput, dan sekitar kawasan pertanian atau perkebunan manusia. Elevasi yang mereka pilih sekitar 0—1.000 meter di atas permukaan laut, tetapi umumnya berada di 205—850 meter di atas permukaan laut.

Tentunya, elang-ular sulawesi termasuk predator sejati. Pilihan makanan mereka mulai dari kadal, pengerat, dan ular. Mereka mencari calon mangsa dari udara dengan terbang dalam senyap. Setelah menemukan target, elang-ular sulawesi akan menerjang dengan cepat ke arah target sambil menyambar dengan dua cakar yang sangat tajam. Menariknya, burung elang ini akan menghampiri kawasan bekas kebakaran hutan. Sebab, setelah tragedi tersebut, mereka bisa menemukan makanan dengan mudah.

3. Kehidupan sosial

elang-ular sulawesi di atas pohon kelapa (inaturalist.org/james_birdtourasia)
elang-ular sulawesi di atas pohon kelapa (inaturalist.org/james_birdtourasia)

Sebenarnya, dalam kebanyakan waktu, elang-ular sulawesi lebih cenderung soliter. Mereka hanya terbang sendiri untuk mencari makan ataupun bertengger di atas dahan pohon. Perilaku ini menunjukkan jati diri burung elang ini sebagai puncak rantai makanan di habitat alami mereka.

Satu-satunya momen dimana elang-ular sulawesi terlihat bersama individu lain hanya ketika berpasangan saat musim kawin ataupun saat merawat anak. Planet of Birds melansir bahwa pasangan elang-ular sulawesi akan bertengger pada dahan yang sama. Terkadang keduanya saling memanggil dengan suara, “fli wi keek” atau “keek-kek” secara berulang.

4. Sistem reproduksi

pasangan elang-ular sulawesi terbang bersama (inaturalist.org/jeanpaulboerekamps)
pasangan elang-ular sulawesi terbang bersama (inaturalist.org/jeanpaulboerekamps)

Sebenarnya belum banyak hal yang kita ketahui tentang sistem reproduksi elang-ular sulawesi. Hanya saja, dilansir Planet of Birds, diketahui bahwa anak burung ini menetas sekitar bulan Mei sehingga diduga bahwa musim kawin terjadi antara bulan Januari—April. Selain itu, spesies ini diduga sebagai spesies monogami alias hanya kawin dengan satu pasangan saja sampai salah satu mati.

Dalam satu musim kawin, elang-ular sulawesi betina hanya menghasilkan sebutir telur saja. Telur tersebut menjalani masa inkubasi selama 35—40 hari. Induk betina maupun jantan akan bergantian mengerami telur dan tetap merawat anak dengan kompak setelah menetas. Uniknya, pasangan elang-ular sulawesi rutin menggunakan sarang yang sama untuk merawat anak. Di sana, sang anak akan diajarkan kemampuan yang diperlukan agar bisa hidup mandiri.

5. Status konservasi

elang-ular sulawesi sedang beristirahat (inaturalist.org/jujuwild)
elang-ular sulawesi sedang beristirahat (inaturalist.org/jujuwild)

Berdasarkan IUCN Red List, saat ini elang-ular sulawesi masuk dalam hewan kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Populasi mereka di alam liar diperkirakan sekitar 10 ribu individu. Diperkirakan, tren populasi burung ini cenderung stabil sehingga status konservasi mereka tak akan turun dalam waktu dekat, dilansir Data Zone by Birdlife.

Hanya saja, perlu diingat bahwa pembukaan lahan besar-besaran secara tak bertanggung jawab yang terjadi di Pulau Sulawesi bisa jadi bom waktu. Tak hanya berpotensi kehilangan rumah, kerusakan habitat alami juga mengurangi pasokan makanan bagi elang-ular sulawesi. Untuk itu, pembukaan lahan untuk kepentingan apa pun harus lebih bertanggung jawab, terutama dalam urusan restorasi kembali supaya ekosistem tetap lestari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us