Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Menarik Dibalik Mozart Effect, Apakah Bisa Membuat Kita Pintar?

ilustrasi belajar dan mendengarkan musik (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi belajar dan mendengarkan musik (pexels.com/Anna Shvets)

Mozart Effect adalah fenomena yang telah memicu perdebatan panjang di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum. Istilah ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 1993 oleh Frances Rauscher dan tim peneliti yang menemukan bahwa mendengarkan musik klasik, khususnya karya-karya Mozart, dapat meningkatkan kemampuan penalaran spasial. Pada akhirnya, banyak orang tua yang mulai memperdengarkan musik klasik kepada anak-anak mereka dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif mereka.

Namun, apakah benar musik Mozart memiliki kekuatan untuk membuat seseorang lebih pintar, ataukah ini hanya sekadar mitos yang dibesar-besarkan? Seiring dengan berkembangnya penelitian, semakin banyak ilmuwan yang mulai mempertanyakan validitas Mozart Effect. Mari kita telusuri lebih lanjut apakah fenomena ini benar-benar memberikan dampak signifikan atau hanya ilusi belaka.

1. Peningkatan sementara dalam kemampuan spasial dan temporal

ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penelitian awal yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada tahun 1993 oleh Rauscher, Shaw, dan Ky menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan spasial dan temporal secara sementara. Dalam studi ini, partisipan yang mendengarkan Sonata for Two Pianos in D Major (K. 448) menunjukkan peningkatan performa dalam tugas-tugas spasial-temporal dibandingkan dengan mereka yang mendengarkan relaksasi atau diam. Namun, efek ini hanya bertahan sekitar 10-15 menit, dan tidak ada bukti yang mendukung peningkatan jangka panjang dalam kecerdasan atau kemampuan kognitif.

Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Intelligence pada tahun 2010 oleh Pietschnig, Voracek, dan Formann mengonfirmasi temuan ini. Analisis tersebut mencakup 40 studi dengan lebih dari 3000 subjek dan menemukan bahwa efek Mozart hanya bersifat sementara dan tidak signifikan dalam jangka panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan performa yang diamati setelah mendengarkan musik Mozart lebih mungkin disebabkan oleh peningkatan suasana hati dan perhatian daripada peningkatan kecerdasan yang sebenarnya.

2. Tidak meningkatkan IQ secara keseluruhan

ilustrasi bermain rubiks (unsplash.com/ALAN DE LA CRUZ)
ilustrasi bermain rubiks (unsplash.com/ALAN DE LA CRUZ)

Meskipun awalnya dipercaya bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan IQ secara keseluruhan, penelitian yang lebih mendalam membuktikan bahwa klaim ini terlalu berlebihan. Meta-analisis yang dilakukan oleh Christopher Chabris pada tahun 1999, dan diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, menyatakan bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung peningkatan IQ secara signifikan hanya dari mendengarkan musik Mozart. Chabris menganalisis berbagai studi terkait dan menyimpulkan bahwa efek Mozart terbatas pada peningkatan sementara dalam kemampuan penalaran spasial, tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap aspek lain dari kecerdasan seperti memori, pemecahan masalah, atau kemampuan verbal.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kenneth Steele pada tahun 1999, juga dipublikasikan dalam Psychological Science, menunjukkan bahwa hasil dari penelitian awal tentang Mozart Effect terlalu dibesar-besarkan oleh media. Steele dan timnya mereplikasi studi awal dan menemukan bahwa dampaknya terhadap kognisi sangat minimal, serta tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat memberikan dampak jangka panjang pada IQ. Kesimpulan dari berbagai penelitian ini adalah bahwa musik, termasuk karya Mozart, dapat memengaruhi suasana hati dan fokus, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan secara keseluruhan.

3. Efek musik bukan hanya dari Mozart

ilustrasi belajar dan mendengarkan musik (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar dan mendengarkan musik (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penelitian menunjukkan bahwa efek positif pada kemampuan kognitif tidak terbatas hanya pada musik Mozart. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science oleh Nantais dan Schellenberg pada tahun 1999 menemukan bahwa mendengarkan musik yang disukai, terlepas dari genre, dapat meningkatkan performa dalam tugas-tugas kognitif. Penelitian ini menunjukkan bahwa efek positif mungkin lebih terkait dengan peningkatan suasana hati dan perhatian daripada musik Mozart itu sendiri. Dengan kata lain, musik yang menyenangkan dan disukai oleh pendengar dapat memberikan dorongan kognitif yang serupa dengan yang diklaim oleh efek Mozart.

Selain itu, sebuah artikel yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology pada tahun 2020 oleh Silva dan rekan-rekannya menyoroti bahwa mendengarkan musik secara pasif dapat meningkatkan memori episodik, terutama pada orang dewasa yang lebih tua dengan fungsi kognitif rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa musik, secara umum, memiliki potensi untuk meningkatkan performa kognitif, tetapi efek ini sangat bergantung pada preferensi musik individu dan konteks di mana musik didengarkan. Oleh karena itu, klaim bahwa hanya musik Mozart yang memiliki efek kognitif positif adalah tidak akurat dan terlalu disederhanakan.

Mozart Effect telah menjadi topik yang menarik dan kontroversial selama beberapa dekade. Dengan demikian, klaim bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kecerdasan secara signifikan tampaknya lebih merupakan mitos daripada fakta. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa musik memiliki dampak positif pada otak, baik dalam hal konsentrasi maupun emosi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Theodore Siagian
EditorTheodore Siagian
Follow Us