Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Sejarah Santa Claus, Punya Nama Berbeda di Banyak Negara

ilustrasi Sinterklas (pixabay.com/frankychoi)
Intinya sih...
  • Santo Nicholas lahir di Turki pada 270 Masehi. Ia menjadi uskup yang dikenal suka membantu sesama dan menyelamatkan gadis miskin. Setelah wafat, ia dikanonisasi sebagai santo pelindung anak-anak.
  • Reformasi Protestan membuat tradisi Santo Nicholas pudar, kecuali di Belanda. Di Inggris ia dikenal sebagai "Father Christmas", sedangkan di Jerman dikaitkan dengan Yesus.
  • Kisah tentang Dewa Odin, Sante Claus, dan Father Christmas digabung menjadi kisah populer Santa Claus seperti yang kita kenal hari ini. Coca-Cola mempopulerkannya melalui iklan pada 1920-an.

Sinterklas atau Santa Claus memang identik dengan hari Natal. Wajahnya bertebaran di mana-mana. Ia membawa hadiah untuk semua orang yang merayakan Natal di seluruh dunia. Meski kita tahu, kalau hal itu dongeng semata.

Namun, pernah tidak, sih, kamu bertanya-tanya dari mana asal kakek berbaju merah itu atau seperti apa sebenarnya kisahnya? Jika pertanyaannya seperti itu, mari, kita cari tahu tentang sejarah Santa Claus.

1. Kisah Santa Claus terinspirasi dari Santo Nicholas

ilustrasi potret Santo Nicholas (commons.wikimedia.org/Aleksa Petrov)

Sekitar 270 Masehi, seorang bayi laki-laki bernama Nicholas lahir di Myra, Turki. Ketika dewasa, Nicholas menjadi uskup. Ia dikenal di kampung halamannya karena suka membantu sesama dan menyelamatkan beberapa gadis dari keluarga miskin yang ingin dijual oleh orangtuanya. Santo Nicholas juga suka menaruh uang atau hadiah di sepatu anak-anak.

Dulu, Santo Nicholas sering mengenakan jubah merah, seperti Santa Claus saat ini, hanya saja mirip seperti uskup. Di samping itu, Santo Nicholas juga mengadopsi seorang anak yatim piatu yang sering membantunya. Nah, hal inilah yang dikaitkan dengan peri yang suka membantu Santa.

Santo Nicholas sendiri meninggal pada 6 Desember, yang bertepatan dengan hari libur. Tak lama kemudian, Santo Nicholas dikanonisasi sebagai santo pelindung anak-anak. Setelah kepergiannya, banyak orang yang menghormatinya setiap 6 Desember. Mereka juga meneruskan tradisi Santo Nicholas yang suka menaruh hadiah di sepatu anak-anak.

2. Kepercayaan orang Belanda terhadap Sinterklaas

Sinterklaas dan Zwarte Piet (commons.wikimedia.org/Michell Zappa)

Reformasi Protestan pada abad ke-16, khususnya di Eropa, membuat tradisi Santo Nicholas pudar. Pasalnya, Protestanisme pernah melarang tradisi Santo Nicholas dan melarang memberikan hadiah apa pun pada 6 Desember, karena dianggap sebagai berhala. Nah, karena dilarang, sebagian besar orang di dunia berhenti merayakannya, kecuali orang Belanda.

Orang Belanda sendiri menyebut Santo Nicholas sebagai Sinterklaas. Pada Abad Pertengahan, kisah Sinterklaas diwarnai dengan kehadiran para peri dan kuda terbang. Jadi, orang Belanda pada waktu itu biasanya akan menaruh beberapa makanan untuk kuda jika mereka ingin mendapatkan hadiah dari Sinterklaas.

3. Kisah Santa Claus mulai berkembang di berbagai negara

Father Christmas saat memberikan hadiah ke anak kecil di Inggris (commons.wikimedia.org/National Library of Wales)

Di Inggris abad ke-17, Santo Nicholas dikenal sebagai "Father Christmas". Kisahnya diubah sedemikian rupa. Father Christmas ini digambarkan sebagai laki-laki yang tinggal di Kutub Utara dan suka memberikan hadiah setiap Natal tiba. 

Beda lagi di Jerman. Kisah Santa Claus justru digaungkan untuk menghindari moratorium Protestan terhadap Sinterklas. Orang Jerman punya kisah unik tentang Santa Claus dan dikaitkan dengan Yesus. Namun, karena pembawa hadiah ini membawa banyak hadiah, ia pun punya asisten bernama Knecht Ruprecht. Berkat cerita ini, anak-anak jadi antusias saat perayaan natal tiba. Mereka pun akan bertingkah baik jika ingin diberikan hadiah. Namun, jika nakal dan selalu berbuat ulah, mereka akan didatangi sosok jahat yang akan membawa mereka ke neraka.

4. Kisah Santa Claus menurut bangsa Nordik

Dewa Odin dalan mitologi Nordik (commons.wikimedia.org/Ludwig Pietsch)

Jauh sebelum bangsa Jerman, bangsa Nordik punya cerita mereka sendiri tentang seorang pemberi hadiah menakutkan, yang akan muncul selama festival musim dingin. Menurut orang Norwegia-Amerika, pada malam titik balik Matahari musim dingin, Dewa Odin akan terbang dengan kuda berkaki delapan. Ia akan meneror siapa pun yang keluar pada malam hari.

Dewa Odin juga akan menjelma menjadi asap dan masuk ke cerobong asap rumah-rumah. Namun, anak-anak akan menaruh sepatu bot mereka di dekat perapian. Kadang, Odin pun akan mengisi sepatu bot mereka dengan permen dan mainan. Pada masanya, kisah ini dianggap mengerikan bagi anak-anak.

5. Kisah Santa Claus pertama yang diabadikan dalam buku dan puisi

ilustrasi dalam puisi "The Children's Friend" (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Di Amerika, semua kisah berbeda dari berbagai negara tentang Santo Nicholas ini digabungkan menjadi satu dan akhirnya menjadi kisah populer. Pada 1809, penulis Washington Irving menerbitkan sebuah buku berjudul History of New York. Kisah dalam buku tersebut menjadi kisah pertama yang menggambarkan Santo Nicholas menaiki kereta terbang, yang hanya memberikan hadiah kepada anak-anak berperilaku baik.

Beberapa tahun setelah terbitnya History of New York, ada seorang penulis anonim yang menerbitkan sebuah puisi bergambar berjudul "The Children's Friend", yang memberi Santo Nicholas nama baru, yakni Sante Claus. Dalam penggambaran ini, Sante Claus datang dari Kutub Utara dengan kereta luncur yang ditarik oleh seekor rusa kutub. Dia pun tiba pada Malam Natal. Dia hanya membawa mainan yang ramah anak, tidak ada pistol mainan atau sejenisnya.

6. Puisi "The Night Before Christmas"

ilustrasi dalam buku The Night Before Christmas (commons.wikimedia.org/Clement Clarke Moore/Arthur Rackham)

Santa Claus seperti yang kita kenal hari ini hadir pada 1822, gabungan dari kisah Santo Nicholas, Sinterklaas, Dewa Odin, Sante Claus, dan para penguntit Jerman yang menyeramkan, Father Christmas. Puisi "Twas The Night Before Christmas" masih menjadi bacaan malam Natal di berbagai belahan dunia. Santa Claus digambarkan sebagai peri tua yang periang. 

Santa Claus datang dengan kereta luncur terbang yang ditarik oleh delapan rusa kutub. Santa Claus dan kawan-kawannya, yang digambarkan sebagai peri bertubuh kecil, akan turun lewat cerobong asap untuk menaruh hadiah pada malam natal. Sejak penerbitan aslinya, Twas The Night Before Christmas telah dicetak ulang berkali-kali dengan berbagai bahasa.

7. Santa Claus dan hari Natal dilarang pada masa pemerintahan Joseph Stalin di Uni Soviet

ilustrasi Sinterklas (pixabay.com/frankychoi)

Kebangkitan Uni Soviet dan komunisme membuat tradisi Santa Claus, atau "Father Frost", sebagaimana ia dikenal di Rusia, tak lagi diminati. Seperti Sinterklaas, Father Frost membawa hadiah untuk anak-anak pada hari Natal. Namun, bagi kaum komunis, kisah ini dilarang.

Pada 1930-an, Joseph Stalin melarang perayaan Natal. Para pekerja bahkan tidak diizinkan libur di hari Natal. Nah, pemberian hadiah justru dilakukan pada Tahun Baru, bukan hari Natal. 

8. Santa Claus tak beristri hingga 1849

ilustrasi Sinterklas dan istrinya, Nyonya Claus (commons.wikimedia.org/Anssi Koskinen)

Santo Nicholas tidak memiliki istri karena para uskup dilarang menikah pada abad ke-3 Masehi. Kisah Santa Claus pun digambarkan tidak menikah hingga pertengahan abad ke-19. Namun, pada 1849, muncullah kisah Nyonya Claus untuk pertama kalinya dalam sebuah cerita pendek berjudul "A Christmas Legend". Kini, Nyonya Claus muncul dalam banyak cerita populer. Meski hanya menjadi ibu rumah tangga yang meminta suaminya untuk makan lebih banyak agar suaminya semangat mengirim hadiah pada Malam Natal, perannya juga sangat dinantikan.

9. Pakaian yang dikenakan Santa Claus dan tempat tinggalnya di Kutub Utara diciptakan oleh kartunis Thomas Nast

ilustrasi Sinterklas di Perkemahan (commons.wikimedia.org/Harper's Weekly/Thomas Nast)

Saat ini, Santa Claus terkenal dengan jubah uskup panjang dan mantel berbulu berwarna merah. Namun, pakaian yang dikenakan Santa Claus terkenal berkat terbitan gambar oleh majalah cetak Harper's Weekly. Pada 1881, kartunis Thomas Nast menggambar Santo Nicholas berdasarkan puisi "Twas The Night Before Christmas". Nast menggambarkan Santa Claus dengan setelan berbulu, janggut putih tebal, dan perut buncit yang kita kenal sekarang bersama dengan salah satu gambar pertama Nyonya Claus.

Kebetulan, Thomas Nast juga merupakan orang yang mempopulerkan kisah kalau Santa Claus tinggal di Kutub Utara. Kenapa sih, harus Kutub Utara? Simpel saja, Kutub Utara itu dingin dan bersalju. Natal sendiri bertepatan dengan musim dingin dan bersalju. Kutub Utara juga menjadi tempat yang paling logis bagi Santa untuk menyembunyikan pabrik raksasanya yang penuh dengan peri dan mainan.

10. Sosok Santa Claus dipopulerkan oleh iklan Coca-Cola

iklan Coca-Cola di Inggris (commons.wikimedia.org/Aubrey Morandarte)

Dikutip Business Insider, pada 1920-an, Coca-Cola memasarkan minuman Coke dinginnya selama liburan. Mereka pun menyewa seorang ilustrator untuk menciptakan gambar Santa Claus yang ceria dan menyenangkan untuk membuang stigma tentang Santa Claus penguntit. Nah, dari iklan inilah, sosok Santa Claus dikenal luas sebagai kakek-kakek yang baik hati, terutama kepada anak-anak. 

11. Wajah asli Santo Nicholas diungkap peneliti

wajah asli Santo Nicholas diungkap peneliti (youtube.com/New Catholic Generation)

The Saint Nicholas Center melaporkan bahwa pada 1950-an, peneliti menggali kuburan yang diduga milik Santo Nicholas. Ia pun mengambil tulang-belulang dan tengkoraknya untuk diamankan. Kemudian baru pada 2014, para peneliti menggunakan ukuran tengkoraknya untuk merekonstruksi wajahnya secara forensik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui wajah Santo Nicholas yang sebenarnya. Para peneliti menemukan bahwa Santo Nicholas sangat mirip dengan potret-potret kunonya dan justru tidak mirip seperti yang ada dalam iklan Coca-Cola.

12. Santa Claus tidak selalu menaiki kereta luncur

Pere Noel (commons.wikimedia.org/Thomas Bresson)

Moda transportasi favorit Santa Claus adalah kereta luncur, tapi yang bisa terbang, ya. Namun, tidak semua tempat di planet ini diselimuti salju selama libur Natal. Sebagai contoh, di Australia, Natal biasanya terjadi pada liburan musim panas. Jadi, tidak mungkin Santa Claus menggunakan kereta luncurnya di tempat yang bukan bersalju.

Di berbagai negara, ternyata Santa Claus memang digambarkan tidak selalu menaiki kereta luncur. Di Belanda, misalnya, Sinterklaas, begitu ia disebut, datang dengan kapal uap. Di Australia, kereta Santa Claus ditarik oleh kanguru putih, yang disebut boomers. Di Prancis, Santa Claus disebut "Pere Noel" dan ia muncul dengan menunggangi keledai bernama Gui.

Apa pun tradisinya, Santa Claus tetaplah Santa Claus, bahkan ketika ia muncul sebagai "Yule Lads", yang turun dari gunung untuk memberi anak-anak hadiah atau kentang busuk, seperti versi cerita Islandia. Terlepas dari seperti apa penampilan Santa Claus, moda transportasi apa yang digunakannya, atau seberapa gemuk dan periangnya dia, legenda Santa masih digemari jutaan anak-anak di dunia. Adapun, sejarah keren yang membuat tradisinya menjadi sangat manis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us