5 Fakta Sukau Tuning, Tupai Kecil dengan Makanan yang Tak Biasa

Sukau (genus Exilisciurus) adalah keluarga tupai dalam famili Sciuridae yang terbagi atas tiga spesies berbeda. Salah satu di antaranya ialah sukau tuning (Exilisciurus whiteheadi). Karakteristik dari tupai yang satu ini adalah rambut berwarna cokelat, dan telinga dengan jambul berwarna putih yang membedakan mereka dengan spesies tupai lain di sekitar habitat.
Secara ukuran, sukau tuning termasuk salah satu spesies tupai paling kecil di dunia. Panjang tubuh tupai ini sekitar 8,3 cm, ditambah ekor sepanjang 6,6 cm, dan bobot 24 gram saja. Nah, pada kesempatan ini, kita akan berkenalan lebih jauh lagi dengan sukau tuning. Ada beberapa hal menarik yang hanya dimiliki mereka. Kalau penasaran, simak pembahasan berikut sampai selesai, ya!
1. Peta persebaran dan habitat

Tenyata sukau tuning ini merupakan pengerat endemik Indonesia dan Malaysia, lho. Dilansir Animalia, mereka hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan, tepatnya bagian Indonesia dan Malaysia timur. Mengingat peta persebaran itu, habitat pilihan sukau tuning jadi lebih terfokus pada beberapa jenis saja.
Pengerat kecil ini nyaman hidup di sekitaran hutan dan pegunungan dengan vegetasi lebat. Mereka tergolong hewan arboreal yang sangat jarang menyentuh tanah sepanjang hidup. Untuk berpindah, sukau tuning memanfaatkan kemampuan melompat dari satu pohon ke pohon lain ataupun berlari dengan cepat dari atas pohon, baik secara horizontal maupun vertikal. Oh iya, tupai ini nyaman berada di tempat dengan ketinggian mulai dari 1.000—3.000 meter di atas permukaan laut.
2. Makanan favorit yang tak biasa

Biasanya, spesies tupai itu merupakan spesialis pemakan kacang, buah, ataupun daun. Akan tetapi, sukau tuning punya makanan favorit yang agak lain. Ecology Asia melansir kalau mereka sangat suka dengan kulit pohon berserat dan lumut di pohon. Untuk melengkapi menu makanan, terkadang mereka pun mengonsumsi serangga, semisal kumbang atau semut.
Nah, makanan utama sukau tuning, yakni kulit pohon dan lumut, punya manfaat penting bagi mereka. Selain untuk memberi nutrisi yang diperlukan tubuh, jenis makanan itu berperan untuk "mengasah" gigi mereka supaya terus terkikis. Seperti yang kita ketahui, spesies pengerat itu punya gigi depan yang terus tumbuh sepanjang hidup dan cara sukau tuning untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengonsumsi jenis makanan yang keras.
3. Betina punya kelenjar unik

Sukau tuning betina memiliki semacam kelenjar yang punya fungsi unik. Critter Science melansir kalau sudah merasa siap kawin, betina dapat mengeluarkan kelenjar itu dengan satu tujuan; menarik perhatian jantan. Hebatnya, jantan di sekitar tempat tinggal betina dapat mengendus aroma kelenjar tersebut dan segera menghampiri si betina. Namun, hanya satu jantan yang paling cepat sampai ke tempat betina lah yang berhak kawin dengannya.
Untuk urusan hidup sehari-hari, sukau tuning terbilang hewan soliter. Momen dimana mereka akan bersama individu lain hanya terjadi ketika musim kawin ataupun selama proses merawat anak. Saat sedang bersama individu lain, sukau tuning akan saling berkomunikasi dengan suara seperti kicauan, gerakan ekor, dan aroma tertentu.
4. Sistem reproduksi

Masih belum banyak fakta yang kita ketahui soal sistem reproduksi dari sukau tuning. Malahan, belum jelas soal kapan musim kawin bagi spesies ini. Sementara itu, untuk proses betina bertemu jantan sudah dijelaskan pada poin sebelum ini.
Nah, usai jantan selesai membuahi, betina akan menjalani masa kehamilan selama 6 minggu. Dilansir Critter Science, sukau tuning betina dapat melahirkan hingga 9 anak dalam satu kali siklus reproduksi. Betina jelas mengambil peran dominan dalam proses pembesaran anak. Akan tetapi, tidak diketahui berapa lama anak tupai ini akan bersama si induk ataupun rata-rata usia spesies ini di alam liar.
5. Status konservasi

Kalau merujuk pada catatan IUCN Red List, sukau tuning masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi pengerat ini terbilang stabil sampai saat ini. Sayangnya, tidak ada data pasti soal jumlah individu di alam liar.
Selain dengan kerusakan hutan, sebenarnya tidak ada ancaman serius yang dihadapi sukau tuning. Malahan, mereka tergolong spesies tupai yang sangat pintar dalam menghindari jebakan manusia. IUCN Red List menyebut kalau jebakan dengan kandang hampir tidak dapat menangkap spesies tupai yang satu ini. Hal tersebut jelas jadi indikasi soal kemampuan bertahan hidup dari sukau tuning.
Si kecil ini diketahui mampu melesat dengan kecepatan 32 km per jam, sekalipun sedang ada di atas pohon. Jadi, mau memerangkap ataupun memburu secara langsung, pastinya sangat sulit untuk menangkap sukau tuning. Benar-benar definisi kecil-kecil cabai rawit, ya!