Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif!

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
merpati (unsplash.com/HkyuWu)
Intinya sih...
  • Lebah madu menggunakan tarian goyang untuk memilih lokasi sarang baru secara kolektif.
  • Kerbau Afrika melakukan pemungutan suara diam-diam dengan menatap arah yang diinginkan, tanpa pemimpin tunggal.
  • Rusa Merah menggunakan sistem "voting pakai kaki" untuk memastikan keputusan pindah tempat tidak gegabah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kita dengar kata "demokrasi" atau "voting", yang langsung terbayang pasti ribetnya pemilu, debat politik, atau rapat RT yang nggak kelar-kelar. Kita sering banget merasa kalau mengambil keputusan secara kolektif alias bareng-bareng itu adalah kemampuan yang cuma dimiliki manusia. Pokoknya, urusan musyawarah mufakat itu rasanya manusia banget, deh!

Padahal, kita salah besar. Jauh sebelum manusia mengenal surat suara, dunia hewan sudah lebih dulu mempraktikkan "demokrasi" versi mereka sendiri. Tentu, mereka nggak "nyoblos" pakai surat suara, tapi "voting" mereka jauh lebih unik. Ada yang pakai tarian, ada yang pakai tatapan mata, ada juga yang "voting" pakai kaki! Keputusan yang mereka ambil pun bukan main-main, tapi menyangkut hidup dan mati kelompok, seperti "Kita mau pindah sarang ke mana?" atau "Hari ini kita cari makan di arah mana?". Apa saja hewan tersebut? Simak artikel ini sampai tuntas, ya!

1. Lebah madu

Arsitek Terhebat di Dunia Hewan, Lebih Jago dari Manusia?
lebah madu (commons.wikimedia.org/MatthewTRader)

Bayangkin, satu sarang lebah sudah terlalu penuh dan mereka harus pindah. Apa yang mereka lakukan? Mereka nggak main ngikut ratu aja. Ratu lebah itu tugasnya cuma bertelur, urusan "cari rumah baru" diserahkan ke sistem demokrasi yang canggih. Ratusan lebah pengintai akan terbang ke segala penjuru untuk survei rumah baru. Kalau satu lebah nemu lokasi yang oke, dia akan pulang dan "berkampanye" ke teman-temannya.

Nah, cara kampanyenya ini yang unik, yaitu pakai "Tarian Goyang" (waggle dance). Lewat tarian ini, si lebah menjelaskan detail lokasi, kualitasnya, dan seberapa jauh tempatnya. Ini kayak "debat kandidat" versi lebah. Lebah yang paling yakin lokasinya paling bagus, tariannya bakal paling semangat. Lebah lain yang nonton bisa ikutan ngecek, dan kalau setuju, mereka akan ikut menarikan tarian yang sama.

Proses ini akan terus berjalan sampai akhirnya satu tarian mendominasi, menandakan konsensus telah tercapai. Kerennya lagi, kalau ada lebah yang ngeyel menarikan lokasi yang kurang populer, lebah lain bakal "menyundul" dia biar berhenti dan ikut pilihan mayoritas!

2. Kerbau Afrika

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
kerbau Afrika (commons.wikimedia.org/H.Zell)

Yang nggak kalah keren tuh, ada Kerbau Afrika. Kalau kamu lihat kawanan kerbau ini lagi istirahat, mungkin kelihatannya mereka cuma lagi santai-santai doang. Tapi, kalau kamu perhatiin baik-baik, sebenarnya mereka lagi sibuk pungutan suara secara diam-diam untuk nentuin ke mana mereka akan pergi cari makan selanjutnya. Proses "voting"-nya unik dan butuh kesabaran, karena para betina dewasa akan gantian berdiri dan menatap lurus ke satu arah yang mereka inginkan (misalnya, ke arah sumber air), diam sejenak, terus tidur lagi.

Proses "saling tatap" ini bisa berlangsung sekitar satu jam, kayak lagi ngumpulin suara. Terus, gimana cara nentuin pemenangnya? Kawanan ini nggak akan ngikutin satu pemimpin aja, tapi mereka akan bergerak ke arah rata-rata dari semua tatapan tadi. Nah, kalau suaranya terbelah, mereka nggak bakal berantem. Kawanannya bakal pecah jadi dua grup sementara, cari makan di arah masing-masing, dan nanti kumpul lagi. Di sini, cuma betina dewasa yang punya hak suara, tapi status sosial nggak ngaruh, semua suara setara!

3. Rusah merah (red deer)

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
rusa merah (commons.wikimedia.org/Lviatour)

Selanjutnya adalah kawanan Rusa Merah atau Red Deer. Buat mereka, urusan pindah tempat dari area istirahat buat cari makan lagi itu keputusan besar yang harus disepakati bareng-bareng. Nah, Rusa Merah punya sistem “musyawarah” biar semuanya happy dan adil.

Cara mereka "nyoblos" itu gampang banget, dikenal juga sebagai "voting pakai kaki". Jadi, kalau ada seekor rusa yang merasa udah cukup istirahatnya dan siap gerak, dia akan berdiri. Namun, satu rusa berdiri aja nggak akan bikin rombongan langsung bubar jalan. Kawanan ini baru akan fix bergerak kalau mayoritas rusa dewasa lainnya (tepatnya, sekitar 60% dari mereka) juga udah ikut berdiri. Begitu kuorum 60% tercapai, itu tandanya semua setuju dan mereka pun pindah bareng-bareng. Ini cara mereka memastikan keputusan yang diambil nggak gegabah atau impulsif.

4. Tonkean macaques

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
Tonkean macaques (commons.wikimedia.org/Janekvorik)

Kalau kawanan ini mau memutuskan bakal cari makan ke arah mana, mereka nggak pakai sistem nunggu perintah dari si alfa. Di sini, demokrasi benar-benar berjalan! Siapapun di dalam kelompok, entah itu monyet tua, muda, jantan, betina, atau bahkan yang statusnya paling rendah sekalipun, punya hak yang sama buat "mengajukan proposal" arah. Caranya gampang, seekor monyet tinggal jalan aja beberapa langkah ke arah yang dia mau, lalu berhenti, dan nengok ke belakang ke arah teman-temannya. Ini adalah kode buat bilang, "Gimana, guys, setuju nggak kita ke sini?"

Nah, anggota kelompok lain yang melihat "proposal" ini bisa langsung "nyoblos". Kalau mereka setuju, mereka akan ikut bergabung jalan ke arah si pengusul. Kalau nggak setuju, mereka bebas buat mengajukan "kandidat" arah lain dengan melakukan gerakan yang sama. Nanti, arah yang paling banyak pendukungnya alias sudah jadi "mayoritas" yang akan menang. Yang tadinya milih arah lain alias "kalah suara"? Mereka bakal sportif, langsung putar balik, dan gabung sama rombongan pemenang. Benar-benar musyawarah dan mufakat!

5. Simpanse

Hewan dengan Memori Paling Tajam, Ada yang Ingat Teman 20 Tahun!
simpanse (unsplash.com/FabianaRizzi)

Kalau kita nonton film, Simpanse itu sering digambarkan punya satu pemimpin jantan alfa yang paling kuat dan berkuasa kayak raja diktator. Memang sih, mereka punya hierarki dan ada perebutan kekuasaan. Namun, ternyata si jantan alfa ini nggak bisa memerintah seenak jidatnya, karena posisinya sangat bergantung pada "persetujuan publik".

Nah, "publik" atau "blok pemilih" paling penting di dunia Simpanse adalah para betina. Seorang jantan alfa baru bisa benar-benar memegang statusnya kalau dia "direstui" oleh kelompok betina. Kalau si alfa ini mulai bertingkah semaunya atau nggak disukai lagi, para betina punya cara "demo" yang sangat ampuh, mereka akan kompak menolak untuk kawin dengannya. Begitu si alfa ini "dimogoki" sama para betina, kekuasaannya langsung goyah dan jantan pesaing lain bisa menggulingkannya.

6. Kecoak

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
kecoak (commons.wikimedia.org/ConnorLong)

Percaya atau nggak, hewan yang sering kita anggap jorok ini ternyata juga punya sistem "demokrasi" buat mengambil keputusan, lho. Para ilmuwan pernah penasaran gimana kecoak memutuskan tempat berlindung. Mereka menguji 50 kecoak dengan tiga "rumah" buatan yang masing-masing bisa menampung 50 kecoak. Karena kecoak suka gelap, mereka pasti akan lari ke "rumah" itu. Pertanyaannya, gimana cara mereka membagi tempat?

Hasilnya ternyata di luar dugaan. Kecoak-kecoak itu nggak bertindak sembarangan. Mereka nggak semua numpuk di satu rumah (yang bikin terlalu sesak dan banyak persaingan), dan mereka juga nggak menyebar acak di ketiga rumah. Sebaliknya, mereka secara kolektif "memutuskan" untuk membagi diri jadi dua kelompok yang hampir sama besar (misalnya, 25 di rumah A dan 25 di rumah B), sementara rumah C dibiarkan kosong. Ini adalah bentuk demokrasi sederhana tentang menyeimbangkan antara kebutuhan untuk bekerja sama (aman kalau bareng-bareng) dan kebutuhan untuk menghindari kompetisi (biar nggak terlalu penuh). Keren banget, ya.

7. Merpati

Hewan Mempraktikkan “Demokrasi”, Ambil Keputusan Secara Kolektif
merpati (unsplash.com/HkyuWu)

Merpati yang sering kita lihat di jalanan itu, ternyata punya sistem sosial yang "demokratis"-nya lumayan canggih, lho. Waktu mereka terbang dalam satu kawanan besar, kamu mungkin mikir cuma ada satu pemimpin yang diikuti semua anggota. Padahal, nggak sesimpel itu. Memang sih ada hierarki atau "pangkat", tapi pemimpinnya nggak bisa bertindak kayak diktator yang seenaknya belok ke mana-mana. Si pemimpin ini harus "mendengarkan" kecenderungan atau keinginan dari sisa kawanan.

Penelitian modern pakai pelacak GPS mini yang dipasang kayak tas ransel ke merpati membuktikan hal ini. Ternyata, "voting" soal arah terbang itu fleksibel banget. Hampir semua burung, bahkan yang "pangkat"-nya rendah sekalipun, tetap punya "hak suara" dan bisa ikut mempengaruhi keputusan akhir mau terbang ke mana.

Ternyata, “demokrasi” dan “musyawarah” itu sama sekali bukan penemuan ekslusif manusia, ya. Mulai dari lebah yang pakai tarian goyang, kawanan kerbau yang pungutan suara diam-diam, sampai merpati yang pakai sistem voting, dunia hewan penuh dengan cara-cara unk buat mengambil keputusan kolektif. Jadi, kalau nanti ada teman kamu yang susah banget diajak musyawarah, suruh aja teman kamu baca artikel ini, deh!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Celepuk Afrika, Burung Hantu dengan Kamuflase Sempurna

11 Nov 2025, 22:54 WIBScience