5 Fakta Kobra Gurun, Salah Satu Ular Berbahaya di Timur Tengah

Tak selamanya jajaran ular yang disebut kobra itu masuk dalam genus Naja. Faktanya, ada beberapa spesies ular lain yang menyandang nama “kobra”, padahal bukan berasal dari genus ular kobra sejati. Salah satu diantaranya adalah ular kobra gurun (Walterinnesia aegyptia). Reptil ini justru berasal dari genus Walterinnesia yang terdiri atas dua spesies saja. Akan tetapi, mereka masih tergolong dalam famili Elapidae yang sama seperti ular kobra sejati.
Penampilan ular kobra gurun sebenarnya tetap mirip seperti ular kobra sejati. Ukuran kepala hampir sama seperti sisa anggota tubuh, hanya saja ada bagian yang menyempit di area leher dan ekor mereka relatif kecil. Sisik ular ini didominasi warna hitam berkilau dengan bagian ujung moncong ada sedikit warna putih pucat.
Soal ukuran, ular kobra gurun tumbuh sepanjang 1—1,2 meter yang tentunya relatif kecil. Selain itu, ular yang satu ini juga memiliki beberapa ciri khas unik yang tidak dimiliki oleh ular kobra sejati. Penasaran apa saja itu? Langsung cari tahu jawabannya di bawah ini, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Seperti yang tertera di judul, ular kobra gurun merupakan reptil yang utamanya tersebar di Timur Tengah. Negara seperti Arab Saudi, Suriah, Jordania, Kuwait, Lebanon, dan Palestina jadi titik persebaran utama ular ini. Menariknya, persebaran ular kobra gurun juga mencapai wilayah Mesir di Afrika Utara.
Soal pilihan habitat, sudah jelas kalau ular kobra gurun sangat suka berada di kawasan gurun pasir. Akan tetapi, tempat kesukaan mereka bukan daerah gurun pasir yang benar-benar terdiri atas pasir saja, melainkan gurun dengan semak belukar dan rumput kering. Kadang-kadang mereka juga datang ke kawasan pemukiman dan pertanian manusia, terutama jika habitat utama semakin tergerus karena pembukaan lahan.
Ular kobra tentunya tergolong karnivor. Dilansir Britannica, mereka adalah hewan nokturnal sehingga banyak memburu mangsa saat malam hari saja. Pilihan makanan bagi ular ini terdiri atas berbagai jenis kadal, ular lain yang lebih kecil, katak, pengerat, sampai burung.
2. Perilaku sehari-hari

Meski menyandang nama “kobra”, sebenarnya ular kobra gurun sangat jarang membuka tudung yang khas dari spesies tersebut. Malahan, Britannica melansir kalau ular ini sama sekali tidak dapat membuka tudung layaknya ular kobra sejati. Maka dari itu, kalau merasakan ada bahaya, semisal didekati manusia, ular kobra gurun lebih memilih menjauh ketimbang melakukan konfrontasi.
Sifat agresif reptil ini baru muncul saat sudah benar-benar terpojok. Serangan cepat dan gigitan jadi mekanisme pertahanan utama yang ditunjukkan ular ini. Uniknya, kalau sudah menggigit makhluk pengganggu, ular kobra gurun tidak langsung menyuntikkan bisa. Mereka malah akan melakukan gerakan seperti mengunyah selama beberapa detik dan setelah itu baru menyuntikkan bisa.
Diluar perilaku agresif kalau menemukan ancaman, ular kobra gurun termasuk reptil yang kalem. Mereka banyak menghabiskan waktu di dalam lubang untuk beristirahat saat siang hari. Mengingat malam yang gelap dan penglihatan yang buruk, aktivitas mereka ditunjang oleh indera penciuman yang tajam. Oh iya, meski ular kobra gurun termasuk berbisa, mereka ternyata tetap menerapkan teknik membelit mangsa setelah menggigit, lho.
3. Tergolong ular berbisa yang berbahaya

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ular kobra gurun memang termasuk spesies ular berbisa. Malahan, mereka termasuk salah satu spesies ular paling berbahaya di Timur Tengah. Sekalipun tidak bisa membuka tudung seperti ular kobra sejati, kandungan racun dalam bisa ular kobra gurun tetap sama, yakni neurotoksin yang khas bagi ular dalam famili Elapidae.
Animalia melansir kalau berdasarkan uji LD50 pada bisa ular kobra gurun, tingkat racunnya mencapai 0,4 mg/kg. Angka ini masih lebih berbahaya ketimbang ular kobra india (Naja naja) yang mencatatkan 0,8 mg/kg dan ular kobra tanjung (Naja nivea) yang mencatatkan 0,72 mg/kg. Selayaknya racun jenis neurotoksin lain, bisa ular kobra gurun bekerja dengan merusak jaringan sel di dalam tubuh secara perlahan sampai memengaruhi sistem peredaran darah dan pernafasan.
4. Sistem reproduksi

Sayangnya, tidak banyak informasi tentang sistem reproduksi ular kobra gurun yang kita ketahui. Bahkan, tidak diketahui kapan waktu pasti dan perilaku khusus yang ditunjukkan ketika musim kawin. Namun, kuat dugaan kalau musim kawin bagi ular ini terjadi sepanjang musim semi atau musim kemarau di sepanjang peta persebaran.
Selain itu, Animalia melansir kalau ular kobra gurun termasuk hewan ovipar alias bertelur. Setelah kawin, betina akan mencari lubang terdekat untuk meletakkan telur. Adapun, jumlah telur yang dikeluarkan cukup bervariasi, mulai dari 2—40 butir telur dalam satu masa reproduksi. Telur-telur tersebut diperkirakan menjalani masa inkubasi selama 50—80 hari.
5. Status konservasi

Dalam catatan IUCN Red List, status konservasi ular kobra gurun masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Hanya saja, tren populasi ular ini cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dalam waktu dekat, diperkirakan kalau status konservasi ini akan turun jadi hampir terancam (Near Threatened) karena sejumlah alasan.
Di Mesir, ular ini sering ditangkap untuk diambil bisanya ataupun diteliti. Selain itu, penangkapan juga sering dilatarbelakangi kebutuhan hiburan yang melibatkan ular berbisa. Sementara itu, di sepanjang peta persebaran di Timur Tengah, ular kobra gurun mendapat sentimen negatif dari penduduk setempat sehingga sering dibunuh jika tak sengaja bertemu. Belum lagi, masalah kehilangan habitat juga jadi hal yang serius dalam beberapa tahun ke belakang karena ekspansi lahan yang dilakukan manusia.
Jadi, itu dia beberapa hal menarik yang dimiliki oleh ular kobra gurun. Dari spesies ini, kita belajar kalau tak selamanya ular yang menyandang nama “kobra” itu memiliki ciri khas yang sama persis. Kalau menurutmu, lebih seram ular kobra gurun atau ular kobra sejati, nih?