5 Tokoh Filsafat Kuno yang Banyak Dikutip dalam Buku Sains

- Filsafat dan sains memiliki hubungan erat dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern.
- Aristoteles, Plato, Pythagoras, Euclid, dan Archimedes adalah tokoh kuno yang kontribusinya masih relevan dalam konteks ilmiah saat ini.
- Konsep episteme Aristoteles, idealisme Plato, teorema Pythagoras, aksioma Euclid, dan prinsip Archimedes merupakan dasar dari metode ilmiah modern.
Banyak orang mengira bahwa sains dan filsafat adalah dua dunia yang sepenuhnya terpisah. Padahal, akar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan modern justru tumbuh dari tanah filsafat. Sejumlah filsuf kuno, terutama dari era Yunani Kuno, dikenal karena kontribusi mereka dalam membangun fondasi metodologi ilmiah.
Nama-nama seperti Aristoteles hingga Archimedes bukan hanya dikenal di filsafat, tetapi juga sering muncul dalam buku-buku sains sebagai rujukan. Buku-buku pelajaran dan jurnal ilmiah pun tak jarang mengutip karya para filsuf ini. Pada ulasan ini, terdapat lima tokoh filsafat kuno yang paling sering dirujuk dalam konteks ilmiah. Daripada penasaran, berikut adalah daftarnya.
1. Aristoteles

Aristoteles adalah seorang filsuf besar yang sering disebut sebagai pionir dalam pengembangan metode ilmiah. Melansir laman ebsco, Aristoteles memperkenalkan konsep episteme, yang mencakup pemahaman menyeluruh tentang penyebab, bukan hanya observasi. Adapun, untuk metodenya menekankan observasi, klasifikasi, dan penalaran logis.
Pendekatan ini kemudian menjadi inti dari metode ilmiah yang kita kenal sekarang, menjadikannya relevan hingga hari ini. Tak heran jika dalam buku sains, Aristoteles disebut sebagai fondasi awal dari banyak disiplin ilmu, termasuk biologi, etika, dan astronomi. Karya-karyanya menjadi titik awal bagi lahirnya pengklasifikasian pengetahuan yang lebih terstruktur.
2. Plato

Plato, guru dari Aristoteles, juga merupakan salah satu filsuf yang banyak dikutip dalam konteks ilmiah. Meskipun lebih dikenal karena idealismenya, kontribusi Plato terhadap metodologi sains sangatlah signifikan. Dalam karya seperti Timaeus, Plato memaparkan gagasan tentang alam semesta yang teratur dan dapat dipahami melalui hukum-hukum matematika.
Pandangannya bahwa kebenaran universal dapat dicapai melalui penalaran abstrak telah menginspirasi banyak ilmuwan besar seperti Copernicus dan Galileo. Selain itu, Teori Bentuk Plato menjadi dasar pemikiran bagi pemahaman akan struktur dan esensi dalam realitas, yang masih dibahas dalam berbagai kajian ilmiah.
3. Pythagoras

Pythagoras bukan hanya dikenal karena teorema geometri yang sangat populer itu, tetapi juga karena pengaruh terhadap filsafat alam dan matematika. Ia dan para pengikutnya meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta dapat dijelaskan melalui angka. Keyakinan ini membentuk dasar bagi pendekatan ilmiah yang melihat keteraturan dalam fenomena alam.
Selain mengembangkan teori bilangan dan memperkenalkan bilangan irasional, Pythagoras juga mengeksplorasi hubungan antara harmoni musik dan matematika, yang kemudian menjadi cikal bakal akustik. Gagasan bahwa alam memiliki struktur yang dapat dimengerti melalui logika dan matematika terus bertahan hingga era modern.
4. Euclid

Euclid dikenang sebagai Bapak Geometri berkat karyanya The Elements, sebuah risalah matematika yang menjadi referensi utama selama lebih dari dua milenium. Dalam Elements, Euclid memperkenalkan pendekatan aksioma, di mana seluruh bangunan pengetahuan geometri dibangun dari serangkaian gagasan umum dan bukti logis.
Pendekatan Euclid yang menggunakan struktur aksioma untuk membangun pengetahuan ilmiah dianggap sebagai model ideal dalam berbagai cabang sains, terutama yang berbasis logika dan matematika. Dengan menjadikan pembuktian sebagai inti dari validitas ilmiah, ia menetapkan standar yang masih diikuti dalam penelitian ilmiah modern.
5. Archimedes

Archimedes adalah salah satu tokoh kuno yang kontribusinya dalam sains sangat menonjol, khususnya dalam matematika, fisika, dan teknik. Ia terkenal karena Prinsip Archimedes yang menjelaskan konsep daya apung dalam fluida, sebuah prinsip yang masih diajarkan dalam fisika dasar hingga sekarang.
Archimedes juga mengembangkan method of exhaustion yang kemudian menjadi cikal bakal kalkulus integral, jauh sebelum Newton dan Leibniz. Tak hanya itu, Archimedes juga merancang alat-alat praktis seperti sekrup Archimedean dan sistem katrol, yang mencerminkan penerapan teoritisnya dalam teknologi.
Kelima tokoh filsafat kuno ini membuktikan bahwa batas antara filsafat dan sains sering kali kabur, dan justru saling memperkuat satu sama lain. Gagasan-gagasan mereka tidak hanya membentuk kerangka berpikir abstrak, tetapi juga melandasi metode ilmiah yang kita kenal hari ini.