Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gas Air Mata Terbuat dari Apa? Kenali Beberapa Kandungannya

Gas air mata ke demo
Polisi tembakan gas air mata ke demonstran di Kolong Flyover Palmerah (IDN Times/Tino Saputro)
Intinya sih...
  • Gas air mata terbuat dari senyawa kimia seperti Chlorobenzylidene malononitrile (CS), Chloroacetophenone (CN), Dibenzoxazepine (CR), Diphenylaminechlorarsine (DM), dan Oleoresin capsicum (OC).
  • Senyawa-senyawa tersebut bekerja sebagai agen iritan yang mengiritasi mata, hidung, mulut, tenggorokan, kulit, hingga paru-paru dengan gejala seperti mata berair, perih, batuk, hingga sesak napas.
  • Jika terpapar gas air mata, segera menjauh dari area paparan dan cari udara segar. Gunakan pelindung wajah dan hindari lensa kontak serta produk berbahan minyak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gas air mata kerap digunakan dalam aksi unjuk rasa. Namun, tahukah kamu apa sebenarnya isi dari tabung kecil yang bisa membuat mata perih dan sesak napas ini? Konon, zat di dalamnya dirancang khusus untuk membuat orang di sekitarnya merasa tidak nyaman. Efeknya memang terasa cepat, tapi biasanya hanya berlangsung sementara.

Lantas, gas air mata terbuat dari apa? Ada berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan utama. Setiap kandungan punya cara kerja dan tingkat iritasi yang berbeda sehingga efeknya bisa langsung dirasakan begitu terhirup atau terkena kulit. Berikut penjelasan lengkapnya.

Gas air mata terbuat dari apa?

Meski disebut “gas air mata”, sebenarnya zat ini bukan gas murni. Bahan kimia yang dipakai biasanya berupa serbuk padat atau cairan, lalu dipanaskan dan dicampur pelarut agar bisa menyebar ke udara dalam bentuk semprotan, kabut, maupun aerosol. Ada beberapa senyawa kimia yang umum digunakan sebagai bahan utama gas air mata, di antaranya:

  • Chlorobenzylidene malononitrile (CS). Bahan yang paling sering digunakan di seluruh dunia, termasuk diproduksi oleh PT Pindad di Indonesia. CS dikenal sangat kuat karena bisa menyebabkan rasa terbakar pada saluran pernapasan dan membuat mata sulit terbuka.

  • Chloroacetophenone (CN). Dulu banyak dipakai, bahkan menjadi komponen utama dalam semprotan pertahanan diri seperti Mace. Senyawa ini dapat menyebabkan mata perih dan berair.

  • Dibenzoxazepine (CR) dan Diphenylaminechlorarsine (DM). Senyawa lain yang juga termasuk dalam kategori gas air mata, tapi penggunaannya terbilang jarang.

  • Oleoresin capsicum (OC). Dikenal juga sebagai semprotan merica, senyawa ini berasal dari ekstrak cabai yang memicu rasa terbakar pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.

Zat-zat di atas bekerja sebagai agen iritan, yaitu mengiritasi mata, hidung, mulut, tenggorokan, kulit, hingga paru-paru. Gejalanya bisa berupa mata berair, perih, batuk, hingga sesak napas. Untungnya, efek gas air mata bersifat sementara dan biasanya hilang dalam 5—30 menit setelah seseorang menjauh dari area paparan dan membersihkan diri.

Bagaimana gas air mata bekerja?

gas air mata saat demonstrasi
ilustrasi gas air mata saat demonstrasi (unsplash.com/ev)

Saat sebuah tabung atau granat gas air mata ditembakkan, bahan kimia di dalamnya akan tersebar ke udara dalam bentuk aerosol atau partikel halus. Partikel ini kemudian masuk dan mengenai selaput lendir pada mata, hidung, mulut, tenggorokan, hingga paru-paru.

Begitu terhirup atau terkena kulit, zat iritan ini langsung memicu reaksi dengan cepat. Adapun reaksi yang ditimbulkan berupa:

  • Mata berair deras dan sulit dibuka

  • Hidung berair serta bersin

  • Tenggorokan terasa perih

  • Batuk dan sesak napas

  • Rasa terbakar pada kulit.

Cara melindungi diri dari gas air mata

Kalau kamu berada di situasi saat gas air mata digunakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah segera menjauh dari area paparan dan cari udara segar. Semakin cepat keluar, makin kecil risiko efeknya. Selain itu, ada beberapa langkah perlindungan yang bisa dilakukan, yaitu:

  • Gunakan pelindung wajah. Jika ada, pakai face shield untuk melindungi mata, hidung, dan mulut. Kalau tidak ada, gunakan masker serta kacamata pelindung (goggles). Kacamata biasa bisa membantu sedikit, tapi tidak seefektif goggles

  • Hindari lensa kontak. Partikel gas bisa menempel dan terperangkap di lensa kontak sehingga berpotensi merusak mata

  • Tutupi kulit. Kenakan pakaian tertutup agar partikel gas tidak langsung mengenai kulit. Pilih pakaian yang mudah dilepas karena mungkin harus segera dicuci atau bahkan dibuang setelah terpapar

  • Hindari produk berbahan minyak. Hindari penggunaan sunscreen, makeup, atau produk lain berbasis minyak sebelum pergi ke area yang berpotensi terpapar gas. Zat berminyak bisa menyerap partikel gas dan membuat iritasi lebih parah.

Jika kamu terpapar, bilas mata dengan air bersih, tapi jangan digosok. Segera lepas pakaian yang terkena paparan, lalu mandi dengan sabun dan air mengalir. Apabila muncul gejala berat atau kamu punya kondisi kesehatan tertentu (seperti asma atau penyakit pernapasan), segera cari bantuan medis.

Sekarang kamu sudah tahu gas air mata terbuat dari apa, kan? Jadi, jangan sepelekan bahayanya dan tetap waspada jika sewaktu-waktu berada di situasi yang melibatkannya, ya.

FAQ seputar gas air mata terbuat dari apa

  1. Apa fungsi utama gas air mata ini?

    Bahan tersebut memicu iritasi pada mata, hidung, dan saluran pernapasan untuk melumpuhkan sementara.

  2. Apakah gas air mata beracun?

    Dalam dosis besar atau paparan lama, gas air mata bisa berbahaya dan menyebabkan gangguan pernapasan serius.

  3. Apakah gas air mata memicu efek permanen?

    Biasanya efeknya sementara, tapi paparan berlebih dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Referensi

"Pakar Toksikologi UNAIR Beberkan Sifat Dasar dan Efek Senyawa Kimia Gas Air Mata". Unair. Diakses Agustus 2025.

"Tear Gas". Britannica. Diakses Agustus 2025.

"What Does Tear Gas Do?". How Stuff Works. Diakses Agustus 2025.

"Tear Gas: Chemistry, Dispersal Methods, And Effects". Compound Interest. Diakses Agustus 2025.

"Tear Gas At Protests: How To Protect Yourself And What To Do If You Are Exposed". CNET. Diakses Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us