Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kurangi Sambat, Ini 5 Bahaya Kalau Kebanyakan Mengeluh Menurut Sains

Unsplash/Steven Spassov
Unsplash/Steven Spassov

Tak usah sok kuat dengan mengaku bahwa kamu tidak pernah mengeluh seumur hidup. Semua orang pasti pernah melakukannya. Misalnya, saat mengerjakan skripsi dan kesulitan bertemu dengan dosen pembimbing. Di saat itulah kita ingin sekali mengeluh dan menyampaikannya pada orang lain.

Atau saat uang gaji yang di pertengahan bulan sudah habis. “Duh, masih 20 hari lagi gajian, nih! Duitnya udah tinggal tigaratus ribu…” padahal sebenarnya masih ada dua juta rupiah di rekening. Keluhan ringan seperti ini kerap kita lontarkan kepada teman-teman bukan?

Ya, barangkali kita pikir kalau sudah menyampaikan keluhan akan merasa lebih baik. Tapi kenyataannya keluhan itu terus dilontarkan entah sampai kapan. Hati-hati lho! Ternyata keseringan mengeluh bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hal ini sudah menjadi topik penelitian psikologi dan dunia kesehatan selama bertahun-tahun.

Apa aja, sih bahayanya kalau kita sering mengeluh? Simak ulasan ilmiahnya di bawah ini.

1. Kita akan lebih sering berpikir dan berperilaku negatif

Pexels/Tim Gouw
Pexels/Tim Gouw

Apa pun yang kita lakukan dan pikirkan selalu berkaitan dengan otak, termasuk mengeluh. Tanpa kita sadari, saat mengeluh ternyata otak kita bereaksi dan mempengaruhi pikiran serta tubuh. Seorang saintis computer dan filosof Steven Parton mengatakan, “Synapse that fire together wire together.” Artinya, sinapsis yang sama-sama bergejolak akan saling berhubungan dalam waktu bersamaan.

Parton menjelaskan gambaran hubungan mengeluh dengan pikiran negatif seperti ini:

Di dalam otak kita terdapat banyak sinapsis yang terpisah dalam ruang kosong dengan sebutan “celah sinaps” (synaptic cleft). Saat kita memikirkan sesuatu, satu sinapsis akan mengeluarkan zat kimia di antara celah tersebut ke sinapsis lainnya. Nah, zat ini akan membangun jembatan bagi sinyal elektrik.

Sinyal-sinyal tersebut akan membuat sinapsis terus berkesinambungan bila pemikiran tersebut terus kita pikirkan. Maka, kalau kita mengeluh terus-terusan, hal ini akan mempengaruhi persentase pemikiran negatif yang kemudian akan mempengaruhi perilaku juga.

2. Mengeluh bisa mempengaruhi daya ingat

Unsplash/Christian Erfurt
Unsplash/Christian Erfurt

Sebuah studi dari Stanford University pada tahun 1996 tentang MRI menunjukkan bahwa kebanyakan sambat ternyata dapat mengurangi volume hippocampus—bagian otak yang memiliki fungsi kognitif. Hippocampus yang lebih kecil akan mempengaruhi daya ingat dan kemampuan beradaptasi di situasi baru.

Efek dari pemikiran negatif akan mempengaruhi neuron di hippocampus. Bagian otak ini semestinya digunakan untuk memecahkan masalah. Namun, bila kamu lebih memilih untuk terus-terusan sambat, hati-hati saja bagian otak ini akan terkikis.

Penurunan hippocampus cukup ngeri lho. Bila semakin banyak yang terkikis, kita bisa terkena Alzheimer.

3. Hormon stres bisa meningkat, kamu pun semakin tertekan

Unsplash/Riccardo Mion
Unsplash/Riccardo Mion

Saat mengeluh, kita sedang dalam keadaan stres di mana tubuh kit akhirnya memproduksi hormon kortisol. Ini adalah hormon yang muncul saat kita merasa dalam bahaya dan mencari perlindungan. Saat level kortisol naik drastis, tekanan dan gula darah ikut naik. Bila mengeluh berulang kali, tentu hormon ini akan terus ada dan akhirnya mempengaruhi hippocampus.

4. Kebanyakan sambat bikin umurmu makin pendek

Unsplash/Pim Chu
Unsplash/Pim Chu

Mengeluh terus-terusan gak cuma memberikan pengaruh buruk untuk jangka pendek, tapi juga jangka panjang. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Archives of General Prychiatry menuliskan bahwa orang yang optimis memiliki umur lebih panjang daripada yang pesimis. Datanya menunjukkan, 55 persen dari mereka memiliki risiko kematian lebih rendah dari semua penyebab dan 23 persen risiko kematian lebih rendah akibat serangan jantung.

Stres jangka panjang dapat mempengaruhi sistem imun dan keseimbangan metabolisme. Maka, tentu saja hal ini bisa bikin kesehatanmu menurun. Bila tak segera diatasi, kondisi tubuh akan semakin menurun dan akhirnya meninggal.

5. Orang-orang di sekitarmu bisa saja terpengaruh berpikiran negatif

Pexels/Fox
Pexels/Fox

Dan tanpa kita sadari juga, kalau mengeluh terus-terusan dan mengekspresikannya di hadapan orang lain akan mempengaruhinya juga dalam berpikir. Ketika kita melihat seseorang mengekspresikan emosinya, otak kita mencoba memahami dan merasakan emosi yang sama supaya bisa nyambung dengan keluhan yang disampaikan teman kita misalnya. Inilah yang disebut dengan empati.

Maka, pemikiran negatifmu pun bisa mempengaruhi teman yang sebenarnya tidak tahu apa-apa soal permasalahanmu itu. Pada akhirnya, kamu bukannya mendapat bantuan melainkan serangan pemikiran negatif dari orang lain yang akan semakin membuatmu stres

 Jadi, kalau punya masalah jangan sering membagikan keluh kesah pada orang lain. Fokus saja pada solusinya sehingga stres yang kamu alami juga tidak semakin menjadi-jadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us