Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Makanan Laut Sering Bikin Keracunan? Ini Jawabannya

ilustrasi makanan laut
ilustrasi makanan laut (vecteezy.com/Bigc Studio)
Intinya sih...
  • Lingkungan laut menyimpan risiko kontaminasi, termasuk racun dari mikroorganisme dan polusi logam berat.
  • Penanganan pasca-tangkap yang tidak higienis dapat meningkatkan risiko keracunan makanan laut.
  • Cara memasak makanan laut memengaruhi tingkat risiko keracunan, serta sistem kekebalan tubuh setiap individu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keracunan makanan masih menjadi masalah kesehatan yang sering muncul di masyarakat. Terutama setelah mengonsumsi makanan laut. Kondisi ini bisa memicu gangguan pencernaan yang bervariasi, mulai dari gejala ringan hingga serius, tergantung jenis kontaminan yang masuk ke tubuh.

Banyak faktor membuat makanan laut lebih rentan tercemar dibanding bahan pangan lain, mulai dari lingkungan tempat hidup hingga cara penanganannya. Berikut penjelasan lebih detail yang bisa membantu kamu memahami alasan makanan laut sering bikin keracunan. Baca sampai akhir, ya!

1. Lingkungan laut menyimpan risiko kontaminasi

ilustrasi ekosistem laut di Raja Ampat
ilustrasi ekosistem laut di Raja Ampat (pexels.com/Tom Fisk)

Laut adalah habitat alami bagi berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri dan virus yang dapat mencemari hewan laut. Beberapa jenis plankton juga menghasilkan racun yang bisa menumpuk dalam tubuh kerang, tiram, atau ikan tanpa terlihat dari luar. Inilah yang membuat makanan laut tampak segar, tetapi sebenarnya membawa risiko tersembunyi. Kondisi perairan yang tercemar limbah industri atau domestik memperbesar potensi terjadinya keracunan makanan dari laut.

Selain itu, polusi logam berat seperti merkuri dan kadmium dapat terserap oleh ikan lalu masuk ke tubuh manusia saat dikonsumsi. Paparan jangka panjang terhadap zat berbahaya ini dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan, bukan hanya keracunan sesaat. Hal ini menjelaskan mengapa pemilihan sumber makanan laut yang aman menjadi faktor penting sebelum dikonsumsi. Kamu sebaiknya memastikan asal-usul makanan laut yang dibeli, bukan sekadar menilai dari kesegaran fisiknya.

2. Penanganan pasca-tangkap menentukan keamanan

ilustrasi ikan yang baru saja ditangkap
ilustrasi ikan yang baru saja ditangkap (vecteezy.com/Eko Sugihartanto)

Makanan laut mudah sekali rusak setelah ditangkap karena kandungan proteinnya yang tinggi. Kondisi ini menjadi media yang ideal untuk pertumbuhan bakteri jika tidak segera didinginkan atau diolah. Proses distribusi yang panjang tanpa rantai dingin memadai dapat meningkatkan risiko kontaminasi. Itu sebabnya, makanan laut sering menjadi penyebab keracunan makanan meski tampak masih segar di pasar.

Ketika penjual atau pengolah tidak memperhatikan kebersihan, bakteri seperti Salmonella atau Vibrio bisa berkembang dengan cepat. Bakteri tersebut mampu memicu gejala diare, mual, muntah, bahkan dehidrasi berat. Penanganan sederhana seperti menjaga suhu penyimpanan di bawah standar aman sudah bisa menurunkan risiko. Kesadaran akan pentingnya kebersihan dalam setiap tahap distribusi menjadi kunci utama mengurangi bahaya keracunan.

3. Cara memasak memengaruhi tingkat risiko keracunan

ilustrasi memasak makanan laut
ilustrasi memasak makanan laut (vecteezy.com/Vasuta Thitayarak)

Makanan laut sering diolah dengan cara yang kurang matang, misalnya dimakan mentah sebagai sashimi atau hanya dipanaskan sebentar. Padahal, banyak bakteri dan parasit hanya bisa mati pada suhu tertentu. Mengonsumsi makanan laut tanpa pemanasan yang cukup akan meningkatkan peluang terjadinya keracunan makanan. Pilihan gaya hidup yang mengutamakan rasa segar sering kali mengabaikan aspek keamanan.

Sebaliknya, memasak hingga benar-benar matang bisa membantu menurunkan risiko kontaminasi bakteri. Sayangnya, tidak semua orang memperhatikan durasi pemasakan atau suhu internal makanan. Contohnya, udang yang berubah warna saja belum tentu steril dari bakteri jika belum mencapai suhu panas optimal. Dengan demikian, cara mengolah makanan laut menjadi salah satu faktor paling menentukan apakah makanan itu aman atau berisiko menimbulkan keracunan.

4. Sistem kekebalan tubuh mempengaruhi dampak keracunan

ilustrasi keracunan makanan
ilustrasi keracunan makanan (vecteezy.com/Prakasit Khuansuwan)

Setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang berbeda, sehingga respons terhadap kontaminan makanan laut juga tidak sama. Pada orang sehat, tubuh mungkin mampu melawan sebagian bakteri sehingga gejalanya ringan. Namun, pada anak kecil, lansia, atau orang dengan imunitas lemah, gejalanya bisa jauh lebih parah. Keracunan makanan laut pada kelompok rentan ini bahkan bisa mengancam nyawa.

Faktor lain yang memengaruhi adalah kondisi kesehatan bawaan, seperti penyakit liver atau ginjal. Tubuh dengan organ vital yang lemah akan lebih sulit mengolah racun yang masuk. Itulah mengapa dokter sering menyarankan kelompok rentan untuk menghindari konsumsi makanan laut mentah. Pemahaman mengenai kondisi tubuh sendiri menjadi langkah pencegahan penting agar tidak terjebak dalam situasi berisiko.

5. Kesadaran konsumen membentuk pola aman

ilustrasi seafood (vecteezy.com/Bigc Studio)
ilustrasi seafood (vecteezy.com/Bigc Studio)

Kebiasaan masyarakat juga berperan besar dalam meminimalkan kasus keracunan makanan laut. Banyak orang membeli produk tanpa memperhatikan asal-usul, kebersihan, atau cara penyimpanan sebelumnya. Padahal, edukasi sederhana tentang memilih ikan segar, menjaga suhu, dan mengolah dengan benar bisa mencegah masalah serius. Konsumen yang cermat otomatis menekan peluang masuknya makanan laut yang tidak aman ke rumah tangga.

Selain itu, meningkatnya permintaan kuliner modern yang menyajikan makanan laut mentah harus diimbangi dengan pemahaman risiko. Restoran yang menjual hidangan ini seharusnya memiliki standar ketat dalam memilih bahan dan cara penyajian. Namun, tanggung jawab tidak bisa hanya dibebankan kepada penjual, melainkan juga pada kesadaran setiap konsumen. Dengan begitu, kasus keracunan makanan dari laut bisa ditekan melalui kerja sama antara penyedia dan masyarakat.

Fakta bahwa makanan laut sering bikin keracunan bukanlah hal sepele, karena risikonya datang dari banyak faktor yang saling berkaitan. Lingkungan, cara mengolah, hingga kebiasaan konsumsi memiliki peran besar dalam menentukan aman tidaknya hidangan laut. Dengan pengetahuan yang cukup, kamu bisa lebih bijak memilih serta mengolah makanan laut agar tetap aman sekaligus bergizi.

Referensi:

"Food Poisoning from Seafood" Traveler's Health. Diakses pada September 2025

"Seafood poisoning fact sheet" Diakses pada September 2025

"Food Poisoning from Marine Toxins" CDC. Diakses pada September 2025

"Naturally occurring seafood toxins" Queensland Government. Diakses pada September 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Science

See More

Apa Benar Penyu Bernapas Melalui Pantat?

27 Sep 2025, 08:06 WIBScience