Mengapa Manusia Belum Bisa Melakukan Misi Antarplanet Berawak?

- Perjalanan ke planet lain membutuhkan waktu lama dan jarak yang sangat jauh, seperti perjalanan ke Mars yang memakan waktu 7-10 bulan sekali jalan.
- Manusia menghadapi tantangan kesehatan fisik dan mental akibat radiasi kosmik, gravitasi nol, dan kondisi cuaca yang ekstrem di planet lain.
- Teknologi antariksa saat ini belum cukup mampu untuk menjaga manusia tetap hidup selama bertahun-tahun di luar angkasa tanpa suplai dari Bumi.
Pindah ke Mars atau menjelajah planet lain di tata surya terdengar seperti ide dari film fiksi ilmiah, tapi faktanya tidak semudah itu. Meskipun teknologi antariksa telah berkembang pesat, terbukti dengan pendaratan robot di Mars dan pengiriman teleskop canggih seperti James Webb, misi berawak ke planet lain masih belum terwujud hingga saat ini. Padahal, sejak era Apollo pada 1960-an, harapan akan manusia melangkah lebih jauh dari Bulan sudah mulai diperbincangkan.
Namun, menjelajah planet lain dengan awak manusia bukan sekadar soal membangun roket dan terbang ke luar angkasa. Tantangan yang dihadapi sangat kompleks, mulai dari jarak tempuh yang luar biasa jauh, risiko kesehatan akibat lingkungan luar angkasa yang ekstrem, hingga keterbatasan teknologi pendukung kehidupan dalam jangka panjang. Artikel ini akan membahas alasan utama mengapa manusia belum bisa melakukan misi antarplanet berawak. Jawab rasa penasaranmu dengan membaca sampai habis, ya!
1. Jarak antarplanet terlalu jauh

Meskipun Mars adalah tetangga terdekat Bumi, jarak antara keduanya bisa mencapai 54 juta hingga 400 juta kilometer, tergantung posisi orbit. Dengan teknologi roket saat ini, seperti yang digunakan dalam misi NASA dan SpaceX, perjalanan ke Mars membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 10 bulan sekali jalan. Ditambah lagi, jika tujuannya planet yang lebih jauh, tantangannya akan meningkat drastis.
Misalnya, Jupiter, planet terbesar di tata surya yang berjarak rata-rata sekitar 778 juta kilometer dari Bumi. Misi tak berawak seperti Galileo dan Juno saja membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 7 tahun untuk mencapainya. Saturnus yang lebih jauh lagi, sekitar 1,4 miliar kilometer dari Bumi, dicapai oleh wahana Cassini dalam waktu 7 tahun. Bahkan Neptunus, planet terakhir di tata surya yang jaraknya sekitar 4,5 miliar kilometer, membutuhkan waktu hampir 12 tahun untuk dijangkau oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989 lalu.
Apalagi jarak yang jauh bukan hanya soal waktu. Semakin lama manusia berada di luar angkasa, semakin besar kebutuhan akan suplai makanan, air, oksigen, dan perlindungan dari radiasi. Manusia juga harus mempertimbangkan bagaimana para astronot bisa kembali ke Bumi dengan selamat. Sebab itu, saat ini perjalanan ke planet lain masih tampak mustahil dilakukan.
2. Tubuh manusia rentan di luar angkasa

Manusia diciptakan untuk hidup di Bumi, dengan gravitasi, atmosfer, dan perlindungan alami dari radiasi matahari. Ketika berada di luar angkasa, tubuh manusia menghadapi tantangan ekstrem yang tidak bisa dianggap sepele. Salah satunya adalah radiasi kosmik. Dilansir laman NASA, astronot yang terpapar sinar kosmik galaktik dan partikel bermuatan dari Matahari dapat merusak DNA, meningkatkan risiko kanker, berefek ke sistem saraf pusat, dan penyakit degeneratif.
Selain itu, gravitasi nol atau melayang tanpa bobot di wahana antariksa dapat menyebabkan pusing, kehilangan tulang dan otot, masalah penglihatan, dan banyak lagi. Dalam misi luar angkasa yang berlangsung lebih dari setahun, dampak ini bisa menjadi sangat serius dan belum ada solusi jangka panjang yang benar-benar efektif.
Maka dari itu, sebelum manusia bisa menjelajah planet lain, manusia masih perlu memahami dan mengatasi bagaimana cara mempertahankan kesehatan fisik serta mental dalam kondisi ekstrem yang benar-benar asing.
3. Kondisi planet lain tidak seaman Bumi

Bumi menyediakan semua kebutuhan dasar manusia, oksigen untuk bernapas, air dalam bentuk cair, suhu yang nyaman, dan atmosfer pelindung dari radiasi serta meteor kecil. Sayangnya, tidak ada planet lain di tata surya yang menawarkan kondisi serupa.
Bahkan Mars, yang dianggap sebagai kandidat terbaik untuk dihuni, memiliki atmosfer yang sangat tipis dan didominasi oleh karbon dioksida. Suhu di permukaannya bisa turun hingga -129°C di malam hari, dan badai debunya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga menutupi seluruh planet.
Sementara Jupiter dan Saturnus tidak memiliki permukaan padat. Mereka adalah bola gas dengan tekanan dan gravitasi yang mematikan. Sekadar melayang di atasnya saja sudah mengancam nyawa. Dari segi ukuran Venus memang mirip dengan Bumi, tapi ia memiliki suhu permukaan lebih dari 475°C dan atmosfer asam sulfat yang sangat beracun.
Bagaimana dengan Uranus dan Neptunus? Mereka terdiri dari lapisan gas dan es dengan tekanan yang sangat tinggi dan suhu beku hingga -220°C. Bukan hanya itu, mereka juga memiliki cuaca super ekstrem. Neptunus misalnya, memiliki badai angin tercepat di tata surya yang mencapai lebih dari 2.000 km/jam.
4. Teknologi manusia masih belum siap

Meskipun teknologi antariksa telah berkembang pesat, misi antarplanet berawak masih di luar jangkauan kemampuan manusia saat ini. Salah satu tantangan terbesarnya adalah menciptakan kendaraan luar angkasa yang mampu membawa manusia dengan aman melintasi jarak jutaan hingga miliaran kilometer, lalu kembali ke Bumi.
Roket saat ini, seperti Falcon Heavy milik SpaceX atau Space Launch System (SLS) milik NASA, memang mampu mengangkut muatan berat ke luar angkasa, tetapi belum dirancang untuk perjalanan antarplanet jangka panjang dengan awak manusia di dalamnya.
Selain itu, sistem pendukung kehidupan (life support system) juga belum cukup andal untuk menjaga manusia tetap hidup selama bertahun-tahun di luar angkasa tanpa pasokan dari Bumi. Ditambah lagi, manusia masih harus mengembangkan teknologi yang bisa melindungi manusia dari radiasi kosmik dalam jangka panjang.
Dengan semua kendala yang sudah dijabarkan di atas, bisa disimpulkan memang manusia belum bisa melakukan misi antarplanet berawak, setidaknya untuk saat ini. Tetapi semoga suatu saat ini, ketika teknologi sudah lebih maju, manusia bisa mewujudkan mimpinya untuk menginjakkan kaki di planet lain.