Mengenal Jamur Janjang, dapat Tumbuh di Media Kosong Kelapa Sawit

Jamur konsumsi merupakan salah satu jenis komoditas pangan yang banyak diminati. Berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi manusia memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik. Sehingga masyarakat pun dapat mengolahnya menjadi berbagai macam olahan makanan. Jamur tersebut dapat diperoleh dengan cara dibudidayakan atau dari alam bebas. Namun, karena zaman yang semakin modern, banyak yang membudidayakan jenis jamur konsumsi tersebut. Oleh karena itu, banyak dijumpai di pasaran hingga dijual di supermarket.
Salah satunya yaitu jamur janjang sawit. Jamur yang dapat tumbuh pada limbah kelapa sawit ini juga dapat dikonsumsi. Jamur janjang sawit disebut jamur merang, yang sama halnya tumbuh pada substrat jerami maupun tandan kosong kelapa sawit. Simak beberapa ulasan mengenai jamur pangan yang satu ini, sebagai berikut.
1. Termasuk jenis jamur merang

Jamur janjang sawit atau jamur sawit merupakan salah satu jamur pangan yang tergolong jamur merang. Jamur dengan nama ilmiah Volvariella volvacea ini disebut memiliki warna dan bentuk berbeda ketika masih muda dan sudah dewasa. Menurut Widawati dan Sari (2019), untuk jamur muda berwarna cokelat gelap hingga abu-abu, dengan bentuk bulat-bulat. Sedangkan pada jamur dewasa terdapat perkembangan tudung yang berbentuk cawan. Warnanya cokelat tua keabu-abuan dan batangnya berwarna cokelat muda.
2. Tumbuh dalam limbah kelapa sawit

Jenis jamur ini disebut sebagai jamur sawit. Hal itu karena, pertumbuhannya memanfaatkan media berupa limbah dari kelapa sawit. Sedangkan pembuatan media yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan jamur yang baik.
Dilansir dalam jurnal Agroindustri (2018), pembuatan media tersebut antara lain penyiapan tandan kosong kelapa sawit dengan dicacah menggunakan alat pencacah. Kemudian dilakukan fermentasi dengan menambah bahan berupa urea 1%, kapur 3% dan dedak 15%. Dan ditambahkan air secukupnya, lalu media tersebut dibolak balik, selanjutnya ditutup rapat dengan plastik atau terpal. Proses fermentasi ini dilakukan selama 2 minggu dengan pengecekan 2 hari sekali, jika terlihat kering maka diberi air kembali, dan dibolak-balik lagi supaya proses merata. Selanjutnya dilakukan sterilisasi pada kumbung dan media tanam yang bertujuan untuk mematikan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan dan bersifat merugikan jamur. Kemudian dilakukan penanaman bibit dengan menebar ke permukaan dan bagian tengah media. Tutup permukaan dengan memberikan arang sekam, lalu masukkan kedalam kumbung. Berikutnya masa inkubasi, dimana kelembaban harus dijaga. Disini media tidak boleh terlalu kering dan tidak pula terlalu basah. Untuk itu dilakukan penyiraman menggunakan semprotan sprayer pada dinding-dinding dan permukaan media, namun tidak boleh terlalu basah. Selanjutnya jamur bisa dipanen jika pertumbuhannya sudah memenuhi kriteria yaitu pada stadium kancing.
3. Mudah dibudidayakan

Keadaan iklim yang tropis maupun subtropis menjadikan jamur janjang sawit tumbuh dengan optimal. Di Indonesia sendiri, jamur jenis ini banyak ditemui di Riau, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang merupakan penghasil kelapa sawit. Jamur sawit dapat tumbuh sepanjang waktu. Biasanya akan tumbuh lebih subur saat musim hujan dibandingkan pada saat musim kemarau. Sehingga disebut mudah dalam pembudidayaan.
Dilansir dalam penelitian Muslihudin (2018), salah satu media yang telah disebutkan sebelumnya adalah menggunakan tandan kosong kelapa sawit. Alasan menggunakan media tersebut yaitu kandungan selulosa yang tinggi. Kandungan tersebut akan didegradasi jamur serta akan disintesis supaya menjadi protein. Selain mempersiapkan media untuk tumbuh, terdapat faktor lain yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah kelembaban, keasaman (pH), suhu, cahaya, kadar oksigen dan karbondioksida.
4. Kaya nutrisi

Jamur pangan atau jamur konsumsi jelas digunakan sebagai bahan makanan. Seperti jamur sawit ini dapat dijadikan bahan olahan atau bahan tambahan menjadi berbagai masakan. Olahan makanan yang berasal dari jamur sawit memiliki nilai gizi dan juga ekonomis, seperti sosis, bakso, jamur tepung crispy, dimsum maupun olahan lainnya.
Dilansir jurnal Akses Pengabdian Indonesia (2019), kandungan nutrisi pada jamur sawit tergolong cukup baik jika dikonsumsi. Protein yang cukup tinggi sebesar 34,24% ; kandungan serat 39, 83% ; karbohidrat 5,47% dan lemak 1,95%. Dari zat nutrisi tersebut dapat diketahui bahwa jamur ini baik untuk tubuh, selain tinggi protein juga rendah lemak.
5. Daya simpan yang buruk

Selain budidaya yang tergolong mudah, dengan manfaatnya yang baik untuk kebutuhan nutrisi, jamur ini memiliki kekurangan. Yaitu daya simpannya yang buruk. Jika setelah membeli maupun mencari jamur janjang sawit ini harus segera diolah, karena cepat membusuk. Dilansir jurnal Akses Pengabdian Indonesia (2019), hal ini terjadi karena siklus hidupnya sangat cepat yang menyebabkan mudah busuk. Jamur janjang sawit yang segar mampu bertahan satu hari dalam suhu ruang. Sedangkan penyimpanan pada pendingin hanya akan bertahan dua hari. Sehingga kualitas jamur akan menurun, terutama dari segi bentuk dan aroma jika tidak segera diolah.
Cara yang tepat untuk membersihkan jamur janjang sawit sebelum diolah menjadi makanan yaitu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air mengalir. Kemudian rebus hingga air rebusan berubah jadi cokelat, terlihat berbuih dan mengeluarkan aroma khas jamur. Lalu tiriskan dan bilas dua hingga tiga kali. Jamur pun siap digunakan sebagai bahan olahan makanan.
Nah demikian sekilas mengenai jamur janjang sawit. Jamur pangan yang bermanfaat dengan kandungan nutrisi yang cukup baik. Masyarakat bisa meningkatkan minat terhadap jamur janjang sawit ini, dengan kreasi berbagai olahan makanan. Semoga bermanfaat!