Perbedaan Dugong dan Lembu Laut, Dua Mamalia yang Bikin Bingung

Kalau bicara soal mamalia akuatik, pikiran kita pasti langsung tertuju pada paus atau lumba-lumba (infraordo Cetacea) yang hidup di lautan lepas. Padahal, ada dua spesies mamalia akuatik sejati, yakni dugong (Dugong dugon) dan lembu laut atau manatee (genus Trichechus). Mereka adalah mamalia yang masuk dalam Ordo Sirenia dengan karakteristik tubuh gumpal memanjang yang memiliki sirip dan ekor.
Jika diamati sekilas ataupun pada kacamata orang awam, penampilan dugong dan lembu laut pasti akan terlihat sangat identik. Padahal ada beberapa perbedaan antara dua mamalia akuatik ini, tentunya selain klasifikasi ilmiah mereka. Nah, pada pembahasan kali ini, kita akan membedah apa saja perbedaan antara dugong dengan lembu laut. Yuk, simak selengkapnya!
1. Beda jumlah spesies

Meski dugong dan lembu laut sama-sama berasal dari ordo Sirentia, tetapi famili dan genus keduanya sudah berbeda. Terkait dengan hal tersebut, sebenarnya ada perbedaan antara jumlah spesies dugong dengan lembu laut. Dugong merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari famili Dugongidae dan genus Dugong.
Sebenarnya dulu dugong memiliki kerabat dekat yang masuk dalam famili yang sama, yakni sapi laut steller (Hydrodamalis gigas). Namun, sayangnya sapi laut steller sudah punah sekitar tahun 1768 akibat diburu secara besar-besaran. Di sisi lain, lembu laut terdiri atas tiga spesies berbeda, yakni lembu laut hindia barat (Trichechus manatus), lembu laut amazon (Trichechus inunguis), dan lembu laut afrika barat (Trichechus senegalensis).
2. Beda tempat tinggal dan habitat

Perbedaan jumlah spesies seperti yang disebutkan di atas tentu memengaruhi soal persebaran dan habitat yang dipilih dugong dan lembu laut. Dilansir Ocean Concervancy, dugong tersebar mulai dari pesisir timur Afrika sampai utara Australia. Mereka hanya menghuni kawasan air laut yang dangkal atau kawasan pesisir.
Di sisi lain, lembu laut ditemukan di Amazon, Afrika Barat, dan Amerika Utara—Kepulauan Karibia, tergantung spesies mana yang kita bicarakan. Selain itu, lembu laut dapat bertahan di sekitar air laut maupun air tawar. Selain lembu laut amazon, sebenarnya spesies lain juga lebih banyak tinggal di pesisir, mirip seperti dugong. Mengingat pernapasan dugong dan lembu laut yang menggunakan paru-paru, sebenarnya tak masalah di perairan mana pun keduanya tinggal. Perbedaan itu lebih merujuk pada makanan favorit yang berbeda.
3. Beda ciri fisik dan ukuran

Setelah membedakan dua hal yang tak kasat mata, berikutnya kita akan membahas perbedaan fisik antara dugong dengan lembu laut. Sebab, semirip apa pun kedua spesies mamalia akuatik ini, sebenarnya ada perbedaan mencolok yang memudahkan kita untuk mengidentifikasi mereka. Ciri paling terlihat terletak pada bagian kepala, ekor, serta ukuran secara keseluruhan.
Dip n Dive melansir kalau moncong dugong itu lebih panjang, melebar, dan mirip seperti belalai. Moncong tersebut menghadap ke arah bawah karena dugong mengisap makanan dari bagian bawah. Selain itu, khusus bagi jantan, ada gigi seri berukuran relatif besar pada bagian depan mulut. Ekor milik dugong juga lebih mirip seperti ekor pada lumba-lumba dan paus.
Sementara itu, lembu laut memiliki moncong lebih pendek yang menghadap ke depan. Bagian bibir terbilang prehensil alias dapat mereka manfaatkan untuk mengumpulkan makanan. Tak ada gigi seri pada lembu laut. Sementara itu, ekor mereka lebih mirip seperti dayung atau kipas tangan dengan bentuk yang membulat.
Soal ukuran, dugong dan lembu laut sebenarnya tidak terpaut terlalu jauh. Rata-rata panjang dugong itu sekitar 2,4—3 meter dengan bobot 231—498 kg. Lembu laut, di sisi lain, tumbuh sepanjang 2,4—3,9 meter dengan bobot 199—589 kg.
4. Beda sistem reproduksi

Soal sistem reproduksi, ternyata ada perbedaan yang cukup mencolok dalam kriteria memilih pasangan bagi dua mamalia akuatik ini. Dilansir Murex Resorts, dugong lebih condong sebagai hewan monogami alias hanya akan bersama dengan satu pasangan saja sampai salah satu mati. Sementara itu, lembu laut lebih condong sebagai hewan poliandri, yakni kondisi dimana betina akan kawin dengan beberapa jantan berbeda.
Selain itu, siklus reproduksi keduanya juga cukup berbeda. Dilansir Natural Habitat Adventures, dugong betina baru bisa bereproduksi setelah mencapai usia 10 tahun dan hanya mampu bereproduksi setiap 3—6 tahun sekali. Di sisi lain, lembu laut betina sudah bisa bereproduksi sejak usia 3 tahun dengan siklus reproduksi sekitar 2—3 tahun. Sementara itu, masa mengandung kedua mamalia akuatik ini cenderung serupa, yakni antara 12—14 bulan.
5. Beda rata-rata usia yang mampu dicapai

Ternyata, siklus reproduksi dugong yang sangat panjang itu sebanding dengan rata-rata usia yang dapat dicapai. Dilansir Ocean Conservancy, rata-rata usia dugong di alam liar sekitar 70 tahun dengan individu tertua yang pernah tercatat berusia 73 tahun. Di sisi lain, rata-rata usia lembu laut masih lebih jauh lebih pendek, yakni sekitar 40 tahun, tetapi individu tertua yang pernah tercatat di penangkaran mampu mencapai usia 70 tahun.
Sayangnya, baik dugong maupun lembu laut sama-sama sulit mencapai usia tua dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini jelas ada kaitannya dengan aktivitas manusia. Kerusakan habitat sampai perburuan besar-besaran diketahui membuat dugong maupun lembu laut sulit melewati usia di atas 10 tahun.
Selain itu, karena dugong dan lembu laut perlu berada di perairan yang hangat, mereka rutin melakukan migrasi saat pergantian musim. Nah, momen tersebut sering kali mengakibatkan kecelakaan, di mana dugong maupun lembu laut yang melintas tertabrak kapal-kapal manusia yang kebetulan lewat di perairan yang sama. Atas masalah-masalah itu, saat ini baik dugong maupun tiga spesies lembu laut masuk dalam kategori hewan rentan punah (Vulnerable) dari IUCN Red List.