Kucing memiliki kebiasaan menjilati tubuhnya. Mereka bisa menghabiskan setengah masa hidupnya untuk melakukan hal itu. Kebiasaan ini dilakukan kucing untuk menjaga agar bulu-bulunya tetap bersih dan membasmi kutu.
Terinspirasi, ilmuwan dari Georgia Institute of Technology di Atlanta membuat sisir yang didesain berdasarkan lidah kucing. Penasaran? Berikut penjelasannya!
Alexis Noel, pencipta sisir tersebut melihat kucingnya, Murphy, bertingkah aneh. Ia mengendus-endus selimut bulu di kamar Alexis. Tiba-tiba si kucing menjilati selimut tersebut dan lidahnya tersangkut di antara benang-benangnya. Ia heran kenapa lidah Murphy bisa tersangkut.
Alexis mengaku bahwa ia mengira permukaan lidah kucing berbentuk seperti amplas. Ternyata tidak seperti itu. Ia kembali ke laboratorium tempatnya bekerja dan menemukan sebuah lidah kucing di dalam freezer. Lidah tersebut kemudian diamati dengan mikroskop.
Ilmuwan tersebut kemudian mengambil papila dari enam lidah kucing yang berbeda spesies. Sampel diambil dari kucing peliharaan, kucing hutan, singa, macan tutul salju, harimau, dan cougar atau kucing besar dari Amerika.
Jika dilihat dari dekat, permukaan lidah kucing mirip dengan punggung landak. Terdapat duri-duri runcing pada papilanya. Duri tersebut terbuat dari keratin, protein keras yang menjadi bahan penyusun kuku manusia, kuda, dan tempurung kura-kura. Tidak hanya itu, ilmuwan juga menemukan bahwa duri tersebut memiliki bentuk seperti sekop dengan dua rongga.
Alexis menemukan bahwa sebenarnya duri-duri kecil tersebut memiliki bentuk yang cukup mirip dengan cakar kucing. Bentuknya melengkung di bagian atas dan bawah.
Perbedaannya, terdapat rongga yang akan membentuk tegangan di permukaan lidah. Ini memungkinkan kucing untuk menggerakkan dan menstabilkan air liurnya, meskipun saat lidahnya terbalik.
Ilmuwan kemudian mengeringkan sampel lidah dengan pengering rambut dan tisu. Kemudian lidah dicelupkan ke air dan diukur seberapa banyak air yang tertahan. Mereka juga menguji dengan meneteskan pewarna makanan di atas lidah untuk melihat bagaimana cairan tersebut tertahan di dalam papila.
Panjang papila di lidah kucing memungkinkannya untuk menyentuh bulu hingga ke bagian dasar bulunya. Tanpa papila yang berbentuk duri tersebut, kucing hanya bisa membersihkan bulu bagian atasnya saja. Inilah mengapa cheetah dan macan tutul lebih bersih karena bulunya pendek. Sedangkan kucing dengan bulu panjang seperti persia dianggap kurang bersih karena papila tidak bisa menyentuh dasar bulunya.
Terciptalah Tongue-Inspired Grooming Brush (TIGR). Ilmuwan menggunakan printer 3D untuk membuat sikat seperti duri-duri papila kucing. Sisir tersebut memiliki ukuran empat kali lebih besar dari lidah sesungguhnya dan direkatkan di atas silikon.
Setelah diuji, terbukti bahwa TIGR tidak memerlukan kekuatan yang besar dan lebih mudah dibersihkan daripada sisir biasa. Papilanya dapat berputar untuk menghindari kekusutan.
Ilmuwan berharap sisir tersebut dapat digunakan untuk mengoleskan obat atau cairan pembersih langsung ke kulit kucing. Dengan begitu, dampak alergi yang ditimbulkan kucing bisa dikurangi. Ini adalah alternatif yang lebih baik daripada memberikan suntik, obat alergi, atau memandikan kucing setiap hari.
Penelitian ini mungkin terdengar aneh, tetapi bisa membawa manfaat untuk hewan imut satu ini. Kamu bisa mencoba temuan ini untuk kucing kamu di rumah. Tertarik?