Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Manusia Tidak Mungkin Pindah ke Planet Lain

ilustrasi Bumi super (unsplash.com/Javier Miranda)
ilustrasi Bumi super (unsplash.com/Javier Miranda)

Bermigrasi ke planet lain jadi impian banyak orang di dunia saat ini. Apalagi dengan kondisi Bumi yang semakin hari semakin memprihatinkan. Banyak orang berpikir, Bumi semakin mendekati akhirnya dan pindah ke planet lain yang mirip dengannya akan menjadi jalan keluar terbaik. Padahal ini tak semudah membalik telapak tangan. 

Di film-film, mengeksplorasi luar angkasa dan pindah ke planet asing terlihat mudah. Nyatanya, jangankan untuk pindah, menemukan planet yang sesuai di alam semesta saja susahnya minta ampun. Berikut beberapa alasan kenapa manusia tidak mungkin pindah ke planet lain!

1. Sulitnya mencari eksoplanet yang sama dengan Bumi

ilustrasi exoplanet di luar angkasa (unsplash.com/Javier Miranda)
ilustrasi exoplanet di luar angkasa (unsplash.com/Javier Miranda)

Seperti yang kita semua tahu, di Tata Surya, Bumi merupakan satu-satunya yang layak huni. Nah, karena tidak ada satu pun planet tetangga yang bisa ditinggali, maka NASA dan badan antariksa lain mulai mengeksplorasi eksoplanet, yaitu planet di luar Tata Surya. 

Dilansir World Atlas, sejauh ini ada 4 ribu hingga 5 ribu eksoplanet yang sudah ditemukan oleh Kepler dan teleskop luar angkasa lainnya. Namun, hanya ada 55 planet yang diperkirakan mirip dengan Bumi. Mereka disebut mirip karena punya struktur berbatu seperti Bumi.

Selain itu, lokasinya juga berada di zona layak huni. Planet-planet tersebut berada dalam jarak yang aman dari "mataharinya" sehingga cairan bisa bertahan di permukaannya. Namun lagi-lagi, itu hanya perkiraan karena bagaimanapun, belum ada pesawat luar angkasa yang pernah berkunjung untuk tahu kondisi sebenarnya di eksoplanet tersebut.

2. Jarak yang ditempuh ke planet tersebut terlalu jauh

ilustrasi roket luar angkasa yang membawa manusia ke exoplanet (unsplash.com/NASA)
ilustrasi roket luar angkasa yang membawa manusia ke exoplanet (unsplash.com/NASA)

Oke, mari kita berandai-andai, sebut saja NASA berhasil menemukan planet yang sempurna untuk menggantikan Bumi. Yang jadi masalah selanjutnya adalah jarak antara satu planet dengan lainnya sangat jauh sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai di sana sangatlah panjang.

Contohnya, perjalanan menuju Proxima b. Dilansir Space, Proxima b adalah sebuah planet terdekat di luar Tata Surya. Ia mengorbit bintang katai merah bernama Proxima Centauri. Para ahli berpendapat bahwa Proxima b kemungkinan mirip Bumi karena berada di zona layak huni.

Sayangnya, planet ini berjarak 4,2 tahun cahaya dari Matahari kita. Butuh waktu setidaknya 6.300 tahun waktu bagi kita untuk bisa mencapainya. Saat ini, tidak ada pesawat luar angkasa yang bisa bertahan dalam waktu ribuan tahun tanpa kehabisan bahan bakar. Bahkan jika ada, tidak ada manusia yang bisa hidup selama itu.

3. Ancaman radiasi kosmic selama perjalanan

ilustrasi radiasi kosmik yang dipancarkan oleh matahari (esa.int)
ilustrasi radiasi kosmik yang dipancarkan oleh matahari (esa.int)

Semakin jauh meninggalkan Bumi, semakin banyak ancaman bahaya yang mengintai manusia dan radiasi kosmik adalah salah satunya. Dilansir NASA, radiasi kosmik adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk cahaya, gelombang elektromagnetik, dan partikel. Di luar angkasa, radiasi berasal dari bintang seperti matahari atau pusat galaksi.

Kebanyakan radiasi kosmik tidak bisa dilihat oleh mata manusia dan paparannya secara berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Contohnya, kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Mengingat para astronaut sedang dalam misi perjalanan menuju planet baru, mereka jelas tidak bisa kembali ke Bumi untuk berobat. Begitu pula yang akan terjadi jika kita ingin berpindah ke planet lain. 

4. Gravitasi akan mengubah segalanya

ilustrasi astronaut yang tidak bisa bergerak di exoplanet (unsplash.com/Elia Pellegrini)
ilustrasi astronaut yang tidak bisa bergerak di exoplanet (unsplash.com/Elia Pellegrini)

Mungkin manusia berhasil menemukan planet yang seperti Bumi dan selamat dalam perjalanan ke sana. Namun, berusaha bertahan hidup di planet asing jelas adalah urusan yang sama sekali berbeda. Salah satu alasannya, karena mayoritas planet batuan yang ditemukan oleh NASA adalah Bumi raksasa dengan ukuran yang tidak jauh berbeda dari Jupiter.

Dilansir What If Show, semakin besar sebuah planet, semakin besar pula gravitasinya. Jika kamu tinggal di planet dengan ukuran sebesar Jupiter, maka kamu akan jadi lebih pendek dan sepuluh kali lebih berat karena gravitasi di sana sepuluh kali lebih kuat dari Bumi.

Masalahnya adalah manusia hanya sanggup menanggung menanggung gravitasi sebanyak lima kali lipat dari Bumi. Dengan gravitasi yang sebesar sepuluh kali lipat, jangankan membangun peradaban, bergerak saja susahnya minta ampun.

5. Planet besar tidak berarti kita akan aman

gambar penampakan matahari dari dekat (spaceplace.nasa.gov/SDO)
gambar penampakan matahari dari dekat (spaceplace.nasa.gov/SDO)

Tubuh yang berat bukan satu-satunya masalah yang akan muncul karena gravitasi berlebihan. Dilansir Live Science, semakin besar gravitasi sebuah planet, maka semakin banyak asteroid yang tertarik untuk menabrak planet tersebut.

Selain itu, gravitasi yang terlalu besar juga berisiko membuat inti besi dan mantel cair yang ada di dasar planet mengeras. Padahal, inti cair pada dasar planet menciptakan medan magnet yang dapat melindungi kehidupan di permukaannya. Di Bumi misalnya, medan magnet melindungi kita dari badai matahari yang muncul sewaktu-waktu. 

Alam semesta boleh saja memiliki jutaan planet yang mirip Bumi, namun kenyataan bahwa tidak ada satu pun yang bisa dihuni oleh manusia, pasti terdengar ironis. Mungkin alih-alih mencari planet baru, ada baiknya bagi manusia untuk segera bergerak merawat Bumi agar tetap layak untuk ditinggali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us