Gen Z Geser ke TikTok, Google Search Perlahan Mulai Ditinggalkan?

- Google Search kehilangan pangsa pasar di bawah 90% selama 3 bulan terakhir 2024, menurut StatCounter.
- Generasi Z mulai beralih dari Google Search ke TikTok dan Instagram karena format visual dan interaktif yang lebih menarik.
- Pergeseran ke media sosial sebagai sumber informasi menghadirkan tantangan baru terkait validitas informasi.
Google Search yang selama ini merajai pasar mesin pencari di dunia selama bertahun-tahun disinyalir mulai kehilangan cengkeramannya. Laporan Search Engine Land menunjukkan pangsa pasar Google turun di bawah 90 persen selama 3 bulan berturut-turut pada akhir 2024 merujuk pada data StatCounter. Pada Oktober 2024, pangsa pasar tercatat 89,34 persen. Angka ini kemudian meningkat sedikit menjadi 89,99 persen pada November dan kembali turun ke 89,73 persen pada Desember 2024.
Kebiasaan mencari informasi melalui Google Search sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Istilah "googling" bahkan lekat dalam percakapan. Namun, ancaman terbesar bagi Google justru datang dari arah yang tidak disangka-sangka, yaitu media sosial.
Generasi Z (lahir 1997–2012) yang tumbuh bersama pesatnya perkembangan media sosial, perlahan mulai beralih dari Google Search ke platform medsos seperti TikTok dan Instagram untuk mencari informasi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting soal apakah dominasi Google Search benar-benar akan berakhir? Apakah kebiasaan "googling" akan segera tergantikan oleh "TikTok-ing" atau "Instagram-ing"?
1. 40 persen Gen Z kini lebih suka mencari informasi di TikTok dan Instagram

Gen Z yang tumbuh bersama media sosial memiliki cara unik dalam mencari informasi. Data internal Google yang dikutip oleh YPulse menunjukkan bahwa hampir 40 persen Gen Z lebih memilih TikTok dan Instagram daripada Google Search atau Maps. Apa yang membuat mereka beralih? Platform media sosial seperti ini menawarkan format visual dan interaktif yang lebih menarik. Misalnya, saat mencari rekomendasi restoran, TikTok menampilkan video singkat yang menunjukkan suasana tempat di sekelilingnya, hidangan yang disajikan, hingga ulasan jujur (honest review) dari kreator. Hal ini memungkinkan pengguna tidak hanya membaca ulasan, tetapi juga "merasakan" pengalaman orang lain secara visual.
Media sosial seperti TikTok dan Instagram menyajikan konten berbasis video yang mudah dipahami dalam waktu singkat. Ia berbeda dengan hasil pencarian Google yang sering berupa teks panjang atau tautan. Algoritma personalisasi kedua platform ini juga mampu menyesuaikan konten sesuai minat pengguna sehingga menciptakan pengalaman yang lebih relevan. Selain mendapatkan informasi, pengguna juga merasa terhibur karena waktu yang dihabiskan di platform ini jauh lebih bermanfaat.
2. Google yang mendominasi pasar pencarian hampir satu dekade perlahan mulai terkikis

Sebagai mesin pencari dominan selama hampir sedekade lebih, Google telah menjadi acuan utama untuk menemukan segala hal. Namun, pada akhir 2024, dominasi itu mulai tergoyahkan, terutama di kawasan Asia dan Amerika Serikat. Melansir data yang dirilis Search Engine Land, di Amerika Serikat, pangsa pasar Google turun dari 90,37 persen pada November 2024 menjadi hanya 87,39 persen pada Desember 2024. Penurunan ini terjadi karena generasi muda semakin mengandalkan media sosial dan mengkritik hasil pencarian Google yang dianggap kurang relevan.
Di Asia perubahan ini lebih signifikan. Alternatif lokal seperti Baidu di China dan platform interaktif seperti TikTok menggeser kebiasaan pengguna. Google berusaha mempertahankan posisinya melalui inovasi teknologi, termasuk fitur pencarian visual dan augmented reality. Namun, memenuhi ekspektasi generasi muda yang terus berubah menjadi ujian besar bagi Google untuk tetap memimpin di pasar pencarian.
3. Mengapa ulasan media sosial lebih menarik bagi Gen Z?

Gen Z lebih tertarik pada ulasan di media sosial dibandingkan mesin pencari seperti Google. Alasan utamanya adalah konten yang terasa orisinal dan personal. Misalnya, saat melihat ulasan restoran di TikTok, kamu langsung menyaksikan suasana tempat, penyajian makanan, hingga ekspresi orang yang mencobanya. Pengalaman ini terasa lebih nyata dibandingkan membaca ulasan teks yang sering kaku atau formal.
Media sosial juga memungkinkan interaksi langsung dengan kreator atau komunitas. Kamu bisa langsung bertanya di kolom komentar, meminta saran, atau membaca tanggapan dari pengguna lain yang memiliki pengalaman serupa. Hal ini menciptakan rasa keterhubungan yang sulit ditemukan melalui pencarian Google. Bagi Gen Z, pencarian informasi bukan hanya soal menemukan jawaban, tetapi juga membangun koneksi dan mendapatkan sudut pandang baru.
4. Apa harapan dari pergeseran kebiasaan Googling menjadi TikTok-ing atau Instagram-ing?

Pergeseran dari Googling ke TikTok-ing atau Instagram-ing menunjukkan perubahan besar dalam cara manusia mengakses informasi. Generasi muda kini tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga menginginkan pengalaman yang lebih interaktif dan visual. Tren ini mendorong inovasi dalam hal penyajian informasi. Mesin pencari seperti Google mungkin perlu menambahkan fitur visual yang menarik atau mengintegrasikan pengalaman sosial untuk tetap relevan.
Namun, perubahan ini juga membawa tantangan, terutama terkait validitas informasi. Media sosial seringkali menjadi lahan subur bagi misinformasi karena tidak semua konten yang diunggah kreator dapat diverifikasi. Pengguna perlu bersikap lebih kritis saat menyaring informasi dari platform tersebut. Edukasi digital semakin dibutuhkan agar generasi muda mampu memverifikasi informasi dan menggunakan berbagai sumber secara bijak.
Soal fenomena ini, apakah menurutmu Google Search perlahan benar akan ditinggalkan? Pergeseran ini mencerminkan perubahan kebiasaan dalam mencari informasi. Gen Z tampaknya lebih mengutamakan kepraktisan dan hiburan dibandingkan generasi milenial. Mereka merasa lebih nyaman mendapatkan informasi dan rekomendasi langsung dari influencer atau teman di media sosial daripada melalui pencarian formal di Google.
Kebiasaan ini membuka ruang bagi platform media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk menghadirkan lebih banyak fitur edukatif. Namun, tanpa pengawasan yang memadai, perilaku ini dapat memperburuk penyebaran informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara aksesibilitas informasi dan keandalannya agar perubahan ini memberikan dampak positif bagi masyarakat digital.