Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Batam Jadi Incaran Apple Bikin Pabrik AirTag?

ilustrasi Apple AirTag (commons.wikimedia.org/Swisshashtag)
Intinya sih...
  • Apple akan membangun pabrik AirTag di Batam, Kepulauan Riau
  • Batam berstatus sebagai zona perdagangan bebas yang memberikan insentif pajak
  • Pabrik ini diharapkan mampu memenuhi 20% produksi global dan menciptakan 1.000 lapangan kerja baru

Berbagai siasat dan upaya terus dilancarkan Apple agar iPhone 16 bisa dijual secara masif di Indonesia. Salah satu langkah strategis yang dilakukan Apple adalah membangun pabrik AirTag di Batam, Kepulauan Riau. Informasi ini terungkap melalui laporan Bloomberg yang menyebutkan bahwa serangkaian pertemuan telah dilakukan antara perwakilan Apple dan pemerintah Indonesia dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, penjualan iPhone 16 sempat terhambat akibat masalah sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Presiden terpilih, Prabowo Subianto, lantas memberikan lampu hijau kepada kabinetnya untuk menerima proposal investasi Apple senilai USD 1 miliar (sekitar Rp 16 triliun). Namun, ia juga meminta agar pemerintah mendorong investasi yang lebih besar dari Apple di masa depan. Salah satu poin penting dalam proposal tersebut adalah rencana pemasok Apple untuk membangun pabrik AirTag di Batam.

Pabrik ini tidak hanya dirancang untuk mendukung produksi AirTag secara global, tetapi juga sebagai upaya memenuhi syarat TKDN agar iPhone 16 dapat dijual secara resmi di Indonesia. Investasi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Apple di pasar lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, serta menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Lalu, mengapa Batam dipilih sebagai lokasi pabrik AirTag? Apa keunggulan kota ini dibandingkan daerah lain di Indonesia? Simak alasannya dalam artikel berikut!

1. Batam masuk zona perdagangan bebas sehingga bebas pungutan pajak (PPnBM) dan juga bea masuk

Jembatan Barelang, jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dengan enam pulau lainnya (unsplash.com/Lisa Shauma)

Batam berstatus sebagai zona perdagangan bebas (Free Trade Zone) yang menawarkan insentif berupa pembebasan berbagai pajak, termasuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan bea masuk. Status ini menarik minat perusahaan multinasional karena memungkinkan mereka menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi operasional. Bagi Apple, insentif ini sangat relevan untuk menjaga daya saing produk seperti AirTag di pasar global. Beban pajak yang lebih ringan, Apple dapat mengalokasikan sumber dayanya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi.

Batam telah berkembang menjadi pusat industri strategis dan destinasi investasi utama. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 menetapkan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas selama 70 tahun. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sebagaimana dimaksud, meliputi Pulau Batam, Tonton, Setokok, Nipah, Rempang, Galang, dan Galang Baru. Status ini memberikan perlakuan pajak yang berbeda dibandingkan wilayah lain di Indonesia.

Sejak 1978, Batam juga ditetapkan sebagai wilayah usaha Bonded Warehouse melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1978 yang kemudian diperluas melalui Keppres Nomor 56 Tahun 1984. Kawasan ini dikenal sebagai Kawasan Berikat, di mana perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan seperti pengolahan barang, rancang bangun, penyortiran, pemeriksaan akhir, dan pengepakan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 548/KMK.04/1994 mengatur bahwa barang yang masuk dari dalam negeri ke Kawasan Berikat dianggap sebagai penyerahan dalam negeri dan dikenakan PPN/PPnBM. Sementara, barang dari luar negeri yang masuk ke Kawasan Berikat dikenakan PPN impor. Namun, pengusaha yang telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kawasan Berikat dapat menangguhkan pembayaran pajak atas transaksi tertentu. Transaksi di dalam Kawasan Berikat sendiri tidak dikenakan pajak.

2. Lokasi Batam dinilai strategis karena dekat dengan Singapura

ilustrasi Merlion Park, Singapura (unsplash.com/Juanvisuals Photography)

Batam terletak hanya sekitar 45 menit perjalanan kapal feri dari Singapura sehingga menempatkannya sebagai lokasi yang sangat strategis untuk produksi dan distribusi. Keberadaannya yang dekat dengan Singapura memungkinkan Apple memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada di kota tersebut, termasuk pelabuhan dan fasilitas logistik yang memadai. Hal ini juga mempermudah akses ke pasar internasional dan mendukung efisiensi operasional.

3. Batam sudah dikenal sebagai pusat industri dan perdagangan

ilustrasi peti kemas (unsplash.com/CHUTTERSNAP)

Batam sudah lama dikenal sebagai salah satu pusat industri dan perdagangan utama di Indonesia. Kota ini menjadi rumah bagi berbagai sektor industri, mulai dari elektronik, galangan kapal, hingga logistik. Infrastruktur yang sudah matang memberikan kemudahan bagi perusahaan seperti Apple untuk segera memulai operasi mereka tanpa harus membangun infrastruktur pendukung. Hadirnya berbagai perusahaan multinasional di Batam juga menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kolaborasi antarindustri.

4. Komitmen ini juga bagian dari upaya pemerintah Indonesia menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI)

iPhone 16 (apple.com)

Pembangunan pabrik AirTag di Batam adalah bagian dari komitmen investasi Apple senilai USD 1 miliar (sekitar Rp 16 triliun) kepada pemerintah Indonesia. Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) ke dalam negeri. Memanfaatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Batam menjadi harapan pemerintah menciptakan lingkungan yang ramah investasi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Komitmen Apple ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan mereka terhadap potensi Indonesia, tetapi juga menjadi sinyal positif bagi investor asing lainnya untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi.

5. Pabrik AirTag di Batam diharapkan menyuplai 20 persen dari total produksi AirTag secara global

ilustrasi AirTag Apple (unsplash.com/Jonas Elia)

Pabrik AirTag di Batam diharapkan mampu memenuhi sekitar 20 persen dari total produksi AirTag secara global. Ini tentu merupakan kontribusi signifikan mengingat tingginya permintaan terhadap produk ini di pasar internasional. Dari kapasitas tersebut, Batam akan menjadi salah satu pusat produksi utama Apple sekaligus memerkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global teknologi tinggi. Selain itu, pabrik ini diproyeksikan menciptakan sekitar 1.000 lapangan kerja baru sehingga memberikan dampak positif langsung pada perekonomian lokal. Langkah strategis ini tidak hanya memperluas operasi Apple di Asia Tenggara, tetapi juga mempererat hubungan kemitraannya dengan Indonesia. Pembangunan pabrik AirTag di Batam menunjukkan bagaimana investasi asing dapat memberikan manfaat timbal balik yang signifikan, baik bagi perusahaan global seperti Apple maupun bagi negara tuan rumah.

Selain menciptakan lapangan kerja, pabrik ini diharapkan memengaruhi transfer teknologi yang akan meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal. Kehadiran Apple juga berpotensi menarik lebih banyak investasi asing di sektor teknologi Indonesia. Lewat persetujuan investasi senilai USD 1 miliar (Rp16 triliun) ini, Apple tinggal menyelesaikan langkah teknis untuk melanjutkan penjualan iPhone 16 di Indonesia. Apakah rencana ini akan segera terwujud? Tinggal tunggu kabar baiknya saja, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us