9 Kesalahan Fatal Bisa Bikin Bisnis Online Cepat Bangkrut

- Mengetahui target pasar yang spesifik sangat penting agar pesan iklan dan strategi pemasaran bisa tepat sasaran
- Riset produk secara menyeluruh diperlukan untuk menemukan produk yang diminati pasar dan memiliki peluang besar laris di pasaran
Memulai bisnis online memang terlihat menjanjikan. Dengan modal yang relatif kecil dan akses pasar yang luas, siapa pun bisa langsung terjun dan mulai berjualan.
Namun di balik kemudahannya, bisnis online juga penuh tantangan yang sering kali tidak terlihat di awal. Banyak pelaku usaha yang awalnya semangat, tapi akhirnya menyerah karena bisnisnya jalan di tempat atau bahkan bangkrut dalam hitungan bulan.
Masalahnya bukan semata karena persaingan yang ketat, melainkan karena kesalahan-kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari sejak awal. Artikel ini membahas sembilan kesalahan fatal yang sering dilakukan para pebisnis online, kesalahan yang bisa membuat bisnismu cepat rugi atau bahkan kolaps.
Nah, jika kamu sedang menjalankan atau merintis bisnis digital, pastikan kamu memahami dan menghindari hal ini sebelum terlambat.
1. Tidak mengenal target pasar

Banyak bisnis online gagal bukan karena produknya jelek, tapi karena mereka tidak tahu siapa yang sebenarnya mereka coba layani. Kalau kamu mencoba menjual ke semua orang, hasilnya biasanya malah tidak kena ke siapa-siapa.
Setiap produk pasti punya target ideal, orang-orang dengan kebutuhan spesifik, gaya hidup tertentu, dan kebiasaan belanja yang khas. Tanpa pemahaman ini, kamu akan kesulitan membuat iklan yang relevan, menyusun strategi pemasaran yang efektif, atau bahkan menentukan gaya komunikasi yang tepat.
Makanya, sebelum kamu mulai berjualan, penting banget untuk duduk sejenak dan benar-benar mengenali siapa calon pembelimu. Usia mereka berapa? Mereka tinggal di kota atau desa? Apa masalah yang mereka hadapi yang bisa diselesaikan oleh produkmu?
Dengan memahami target pasar, kamu bisa menyusun pesan yang lebih mengena dan menghasilkan penjualan yang jauh lebih baik tanpa harus buang-buang uang untuk menjangkau orang yang sebenarnya nggak butuh.
2. Asal-asalan dalam riset produk

Salah satu kesalahan klasik dalam bisnis online adalah memilih produk hanya berdasarkan perasaan. Mungkin kamu menjual barang yang kamu suka, atau menurutmu lucu dan keren, tapi apakah pasar merasa yang sama?
Sayangnya, banyak pelaku bisnis yang lupa bahwa yang membeli bukan mereka sendiri, melainkan konsumen. Dan kalau produk yang ditawarkan ternyata tidak dibutuhkan atau tidak menarik bagi pasar, maka potensi penjualannya pun minim.
Solusinya adalah melakukan riset secara menyeluruh. Kamu bisa mulai dari Google Trends untuk melihat tren pencarian, cek keyword yang ramai di marketplace, atau amati konten viral di media sosial.
Lihat komentar orang-orang, perhatikan pertanyaan yang sering muncul, dan coba pahami pola kebutuhan yang sedang naik daun. Dengan riset yang tepat, kamu bisa menemukan produk yang memang punya peluang besar untuk laris di pasar.
3. Salah menentukan harga

Harga adalah hal yang sangat sensitif dalam bisnis online. Terlalu mahal bisa bikin calon pembeli kabur, sementara terlalu murah bisa membuat bisnismu rugi tanpa terasa.
Banyak yang terjebak dalam permainan harga, berharap bisa bersaing hanya dengan menjadi yang paling murah. Padahal, tanpa margin yang cukup, kamu akan kesulitan mengembangkan usaha karena tidak ada dana cadangan untuk iklan, pengemasan, atau peningkatan layanan.
Untuk itu, kamu perlu benar-benar paham struktur biaya di bisnismu. Hitung semua komponen, mulai dari modal barang, ongkir, biaya platform, iklan, hingga waktu dan tenaga yang kamu keluarkan.
Setelah itu, tentukan harga jual yang masih memberikan keuntungan sehat. Ingat, pembeli tidak hanya membeli harga, mereka juga membeli pengalaman dan nilai dari produkmu. Jadi jangan takut memberi harga pantas asalkan kamu bisa menunjukkan kenapa produkmu layak dihargai demikian.
4. Tidak konsisten di media sosial

Media sosial itu seperti etalase digital, kalau kamu jarang mengisi atau menatanya asal-asalan, jangan heran kalau pengunjung pun malas mampir. Konsistensi dalam konten, gaya bicara, dan frekuensi posting sangat penting untuk membangun kepercayaan.
Banyak pemilik bisnis online yang hanya rajin posting di awal, lalu mulai malas setelah beberapa minggu atau mereka bingung mau pakai gaya bahasa formal atau santai, akhirnya audiens jadi bingung juga.
Cobalah buat kalender konten yang sederhana tapi rutin. Misalnya, Senin untuk edukasi produk, Rabu untuk testimoni pelanggan, Jumat untuk promo menarik. Tentukan juga gaya bicaramu, mau ramah, humoris, profesional, atau kombinasi?
Bangun brand voice yang sesuai dengan target pasar. Dengan begitu, audiens akan merasa akrab dan lebih mudah terhubung dengan bisnismu. Konsistensi bukan hanya soal hadir, tapi juga soal membentuk identitas yang kuat di benak konsumen.
5. Mengabaikan layanan pelanggan

Sebagus apa pun produkmu, kalau pelayanan buruk, pembeli enggak akan kembali. Banyak bisnis online yang kalah bukan karena produknya jelek, tapi karena cara melayani yang bikin jengkel.
Respone yang lambat, jawaban yang kaku, atau sikap defensif saat ada komplain bisa membuat pelanggan merasa tidak dihargai. Padahal, di era digital, satu ulasan buruk bisa menyebar cepat dan menurunkan reputasi bisnismu dalam sekejap.
Mulailah melihat layanan pelanggan sebagai bagian penting dari strategi pemasaran. Jadikan setiap interaksi sebagai kesempatan untuk membuat pelanggan merasa puas, bahkan saat mereka sedang komplain.
Balas pesan dengan cepat, gunakan bahasa yang sopan dan hangat, dan selalu berikan solusi. Kalau kamu bisa mengubah pelanggan marah menjadi pelanggan loyal, itu jauh lebih bernilai dibanding terus mencari pelanggan baru setiap hari.
6. Boros di iklan berbayar

Banyak orang menyangka semakin besar budget iklan, maka semakin besar pula omzet yang akan didapat. Sayangnya, itu nggak selalu benar. Iklan tanpa strategi hanya akan membakar uang tanpa hasil.
Misalnya, kamu pasang iklan ke audiens yang terlalu umum, tanpa menguji mana konten yang paling efektif, dan tidak mengevaluasi hasilnya secara rutin. Akibatnya, biaya terus naik tapi penjualan tetap stagnan.
Agar iklan bekerja maksimal, kamu perlu menerapkan pendekatan yang cerdas. Lakukan A/B testing pada gambar, teks, dan target audience untuk melihat mana yang paling menghasilkan.
Fokuskan anggaran pada segmen yang paling tertarik dan punya potensi beli tinggi. Jangan lupa pantau performa iklan tiap hari, lihat click-through rate, cost per click, dan conversion rate. Dengan pendekatan yang berbasis data, kamu bisa membuat iklan lebih efisien dan hasilnya jauh lebih terasa.
7. Tidak membangun database pelanggan

Kalau kamu hanya fokus ke penjualan pertama, kamu melewatkan potensi terbesar dari bisnis online: pembeli yang kembali dan beli lagi. Mencari pelanggan baru itu mahal, di mana iklan, promosi, dan waktu yang kamu habiskan bisa sangat besar.
Tapi kalau kamu sudah punya pelanggan yang pernah beli dan puas, mereka jauh lebih mudah untuk diajak belanja lagi. Sayangnya, banyak bisnis online yang tidak menyimpan data ini dengan baik.
Kamu bisa mulai dengan mengumpulkan email, nomor WhatsApp, atau bahkan akun media sosial pelanggan. Gunakan database ini untuk mengirimkan penawaran khusus, update produk terbaru, atau sekadar ucapan terima kasih.
Dengan pendekatan personal seperti ini, pelanggan akan merasa lebih dekat dan dihargai. Jangan lupa, loyalitas pelanggan itu bukan cuma soal diskon, tapi soal hubungan yang dibangun dari komunikasi berkelanjutan.
8. Sistem operasional berantakan

Di balik bisnis online yang sukses, pasti ada sistem operasional yang rapi. Kalau stok barang sering hilang, pesanan sering salah kirim atau pencatatan keuangan tidak jelas maka cepat atau lambat bisnismu akan kewalahan sendiri.
Banyak bisnis kecil yang tumbuh cepat tapi ambruk karena sistemnya nggak kuat menopang pertumbuhan. Padahal semua bisa dicegah sejak awal kalau kamu menyiapkan alur kerja yang jelas.
Enggak perlu sistem mahal—kamu bisa mulai dengan Google Sheets untuk mencatat stok, pakai aplikasi kasir gratis untuk mencatat transaksi, dan buat panduan kerja sederhana untuk tim. Dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas, kamu bisa mengurangi kesalahan, mempercepat proses, dan membuat pelanggan lebih puas. Sistem yang rapi juga bikin kamu lebih tenang dan siap jika bisnis tiba-tiba naik pesat.
9. Tidak adaptif terhadap perubahan

Dunia digital bergerak sangat cepat. Yang hari ini viral, bisa saja minggu depan sudah basi. Kalau kamu terlalu nyaman dengan strategi lama dan menolak berubah maka kamu akan tertinggal.
Banyak bisnis online yang dulunya sukses, tapi sekarang mati pelan-pelan karena tidak mau belajar hal baru. Mereka tetap memakai cara promosi lama, platform lama, dan gaya komunikasi yang sudah tidak relevan.
Supaya bisa bertahan, kamu harus terbuka dengan perubahan. Ikuti perkembangan tren, belajar dari kompetitor, dan evaluasi strategi secara berkala. Jangan takut mencoba hal baru, entah itu TikTok Shop, live selling, atau kolaborasi dengan influencer mikro. Bisnis online yang adaptif biasanya lebih tahan terhadap guncangan dan lebih siap menghadapi perubahan pasar. Ingat, yang paling cepat beradaptasi adalah yang akan menang.
Bisnis online bukan sekadar soal menjual produk, tapi juga soal memahami pasar, membangun sistem yang rapi, dan terus beradaptasi dengan perubahan. Jika kamu mampu menghindari kesalahan-kesalahan yang telah dibahas tadi, maka peluang untuk berkembang dan bertahan akan jauh lebih besar. Ingat, bisnis yang kuat bukan yang tanpa masalah, tapi yang mampu belajar dan bangkit dari setiap tantangan.