Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Burden Sharing? Strategi Rahasia Jaga Ekonomi Tetap Kuat

ilustrasi mempertimbangkan kebijakan burden sharing (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi mempertimbangkan kebijakan burden sharing (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Dalam berita ekonomi, kamu mungkin pernah mendengar istilah "budern sharing". Namun, apa sebenarnya burden sharing itu? Meski istilah ini terdengar rumit, sebenarnya konsepnya cukup sederhana. Pemerintah dan bank sentral bekerja sama untuk membagi beban pembiayaan, terutama dalam situasi darurat seperti krisis ekonomi.

Di era modern ini, memahami konsep ini sangat penting karena dapat memengaruhi keuangan negara dan bahkan kesehatan finansial kamu sendiri, lho. Jika langkah-langkah ini gak digunakan saat krisis muncul, ekonomi dapat goyah, harga dapat melambung, dan stabilitas dapat terganggu. Baca uraian berikut, ya!

1. Mengapa konsep ini begitu penting untuk stabilitas ekonomi

ilustrasi rupiah (pexels.com/Robert Lens)
ilustrasi rupiah (pexels.com/Robert Lens)

Kamu tahu kan, krisis ekonomi bisa membuat segalanya jadi gak pasti? Nah, burden sharing hadir sebagai solusi agar beban menghadapi krisis gak hanya ditanggung oleh satu pihak. Jadi, pemerintah dan bank sentral bekerja sama agar pembiayaan tetap berjalan tanpa membuat defisit anggaran negara semakin membengkak. 

Tanpa konsep ini, pemerintah harus mencari pinjaman besar-besaran atau mencetak uang secara berlebihan. Keduanya berisiko memicu inflasi tinggi. Dengan strategi berbagi beban ini, risiko bisa ditekan dan ekonomi tetap bisa bergerak meski di tengah badai.


2. Bagaimana cara kerja burden sharing di lapangan

ilustrasi obligasi (pixabay.com/ccfb)
ilustrasi obligasi (pixabay.com/ccfb)

Secara sederhana, mekanisme ini seperti dua orang yang memikul beban berat bersama-sama. Bank sentral membantu membiayai kebutuhan pemerintah melalui pembelian surat berharga negara dengan skema tertentu. Dengan begitu, pemerintah gak perlu membayar bunga setinggi biasanya.

Kamu bisa bayangkan ini seperti gotong royong finansial. Bukan hanya membantu meringankan beban negara, tetapi juga mempercepat pemulihan ekonomi sehingga masyarakat bisa kembali hidup normal lebih cepat.


3. Manfaat yang bisa kamu rasakan dari kebijakan burden sharing

ilustrasi saham (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi saham (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak orang gak sadar bahwa kebijakan ini punya dampak langsung ke kehidupan sehari-hari. Kebijakan ini bukan hanya untuk “menyelamatkan” negara, tetapi juga membantu masyarakat. Dengan perekonomian yang lebih stabil, semua orang bisa merasa lebih aman dan tenang. Inilah lima manfaat terbesarnya supaya kamu benar-benar paham. 

1. Harga barang lebih stabil 

Dengan adanya burden sharing dan stimulus fiskal, pemerintah bisa mengendalikan inflasi agar gak terlalu tinggi. Stabilitas harga ini penting supaya kamu tetap bisa membeli kebutuhan sehari-hari tanpa harus mengorbankan pengeluaran lainnya. Bayangkan kalau harga beras dan BBM naik drastis, tentu itu akan sangat mengganggu keseharian kamu.

2. Lapangan pekerjaan lebih terjaga

Kebijakan ini membantu memastikan roda ekonomi tetap berputar. Perusahaan bisa bertahan karena dukungan dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang lebih sinkron. Hasilnya, angka PHK bisa ditekan dan kamu tetap bisa bekerja dengan rasa aman.

3. Kepercayaan investor tetap tinggi

Saat pemerintah dan bank sentral terlihat kompak dalam pembiayaan APBN, kepercayaan investor pun meningkat. Investasi yang masuk akan membantu menciptakan lebih banyak peluang usaha dan lapangan kerja baru. Dalam jangka panjang, ini berarti kamu bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan peluang finansial yang semakin terbuka.

4. Mendorong Pemulihan ekonomi lebih cepat

Dengan adanya monetary easing dari bank sentral, biaya pinjaman bisa ditekan. Hal ini membuat pelaku usaha lebih mudah mengakses modal untuk mengembangkan bisnisnya. Akibatnya, pemulihan ekonomi pasca-krisis bisa berjalan lebih cepat. 

5. Menjaga stabilitas sistem keuangan 

Kebijakan ini juga membantu menjaga sistem perbankan tetap likuid. Ketika likuiditas terjaga, risiko gagal bayar bisa ditekan, sehingga kamu tetap bisa menabung atau meminjam dana dengan aman. Stabilitas keuangan ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat.


4. Risiko yang harus kamu ketahui agar gak salah menilai

ilustrasi menghitung pengeluaran lebih banyak karena inflasi (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi menghitung pengeluaran lebih banyak karena inflasi (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Walau terdengar seperti solusi ajaib, kebijakan ini tetap memiliki sisi yang perlu diwaspadai, lho. Jika gak dikelola dengan hati-hati, dampaknya bisa berbalik merugikan masyarakat. Jadi, penting untuk tahu risiko-risiko ini agar gak salah menilai. 

1. Risiko inflasi yang berlebihan 

Jika burden sharing dilakukan terlalu lama, jumlah uang yang beredar bisa menjadi terlalu banyak. Akibatnya, harga-harga barang bisa naik tajam dan daya beli kamu turun drastis. Inilah mengapa kebijakan ini harus diterapkan dengan batasan waktu yang jelas. 

2. Ketergantungan pada pembiayaan bank sentral 

Jika pemerintah terlalu sering mengandalkan skema ini, bisa muncul kebiasaan “jalan pintas” dalam mencari dana. Hal ini membuat disiplin fiskal melemah dan membebani generasi mendatang. Kamu tentu gak ingin masa depan dipenuhi utang yang harus dibayar oleh anak-cucu kita. 

3. Menurunnya kepercayaan pasar jika salah kelola 

Pasar sangat sensitif terhadap kebijakan yang dianggap terlalu longgar. Jika investor merasa pemerintah gak bijak dalam mengelola kebijakan ini, mereka bisa menarik investasinya. Dampaknya, kurs rupiah bisa melemah dan harga-harga impor naik, yang akhirnya kamu juga akan rasakan. 

4. Risiko defisit anggaran yang membengkak 

Jika pemerintah terus menerus menambah pembiayaan tanpa perencanaan yang baik, defisit anggaran bisa makin besar. Hal ini bisa membuat ruang fiskal semakin sempit dan mempersulit kebijakan di masa depan. Akibatnya, program-program sosial yang penting bisa ikut terancam, lho.

5. Risiko moral hazard 

Ketika pemerintah merasa selalu ada “penolong” dari bank sentral, bisa muncul sikap kurang hati-hati dalam mengatur keuangan negara. Sikap ini berbahaya karena bisa memperburuk masalah fiskal di masa depan. Kamu pasti gak ingin negara mengalami krisis berulang hanya karena kelalaian pengelolaan, kan?


5. Apa yang bisa kamu lakukan sebagai warga negara

ilustrasi mengatur tujuan anggaran keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi mengatur tujuan anggaran keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kamu mungkin merasa kebijakan ini sepenuhnya urusan pemerintah. Padahal, kamu bisa ikut berperan dengan memahami kondisi ekonomi dan mengambil keputusan finansial yang bijak, kok. Salah satunya dengan lebih cerdas mengatur pengeluaran saat harga mulai naik. 

Kamu juga bisa mendukung dengan cara membeli produk lokal atau berinvestasi di surat berharga negara, lho. Langkah kecil ini bisa membantu pemerintah dalam menjaga perekonomian tetap stabil. 

Jadi, sekarang kamu sudah tahu apa itu burden sharing dan mengapa kebijakan ini penting untuk menjaga ekonomi negara tetap kuat. Tanpa strategi berbagi beban ini, krisis bisa menghantam lebih keras dan dampaknya bisa langsung kamu rasakan di dompet. Semoga dengan uraian ini, kamu bisa lebih siap menghadapi perubahan ekonomi dan mengambil langkah bijak dalam mengelola keuangan, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Maybank Indonesia Catat Tren Pertumbuhan Berkelanjutan di Segmen UKM

13 Sep 2025, 13:09 WIBBusiness