BATA Ungkap Strategi Bisnis Usai Setop Produksi Alas Kaki

- BATA tidak akan kembali memproduksi alas kaki
- Strategi bisnis fokus pada optimalisasi ritel, peningkatan marjin, efisiensi operasional, dan penguatan bisnis daring
- Keputusan penghentian produksi dianggap tepat dan tidak berdampak negatif bagi perseroan
Jakarta, IDN Times - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Sepatu Bata Tbk (BATA) pada akhir September 2025 resmi menutup kegiatan produksi alas kaki.
Director & Corporate Secretary BATA, Hatta Tutuko mengatakan, penghentian kegiatan produksi telah dilakukan sejak 4 Mei 2024. Menurutnya, BATA saat ini telah sukses melakukan transisi produksi kepada pemasok lokal di dalam negeri.
"Langkah strategis ini telah meningkatkan fleksibilitas rantai pasok perseroan serta berkontribusi positif terhadap efisiensi biaya," kata dia dalam keterangannya, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/10/2025).
1. Tidak ada rencana kembali memproduksi alas kaki

Hatta menjelaskan, BATA tidak memiliki rencana untuk kembali memproduksi alas kaki. Karena itu, perseroan melakukan penyesuaian pada Anggaran Dasar (AD) perusahaan.
"Mengingat tidak adanya rencana untuk melanjutkan kembali kegiatan produksi di perseroan, direksi memandang perlu untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perseroan dengan model operasional yang berlaku saat ini," ujarnya.
Terkait hal itu, perseroan telah menghapus kode KBLI No. 15201, yang berkaitan dengan industri alas kaki untuk keperluan sehari-hari.
2. Strategi bisnis perusahaan

Adapun strategi bisnis perusahaan saat ini, yakni optimalisasi ritel. Hatta menyampaikan, alih-alih melakukan ekspansi gerai secara agresif, BATA menerapkan strategi jaringan ritel berbasis kinerja.
"Fokus utama diarahkan pada renovasi toko guna meningkatkan pengalaman pelanggan dan menarik lebih banyak pengunjung di seluruh lokasi," kata dia.
Selain itu, peningkatan marjin, di mana perseroan berupaya meningkatkan profitabilitas melalui pengembangan dan penjualan koleksi produk eksklusif yang bernilai tambah. Perseroan juga melakukan efisiensi operasional, dengan menerapkan langkah-langkah efisiensi biaya di seluruh lini bisnis.
Di samping itu, BATA pun memperkuat bisnis daring yang efisien namun menguntungkan, terutama melalui kemitraan strategis dengan platform e-commerce pihak ketiga. Juga monetisasi asset dengan melepas properti yang tidak digunakan atau tidak beroperasi untuk mendukung fleksibilitas keuangan.
"Tujuan perseroan adalah untuk meningkatkan penjualan pada toko yang sama (same-store sales) serta menjaga stabilitas arus kas hingga akhir tahun 2027," ucapnya.
3. Tidak berdampak negatif ke perusahaan

Hatta menuturkan, keputusan perseroan sebagai langkah tepat untuk meminimalkan potensi risiko bagi perseroan. Perubahan ini diyakini tidak akan berdampak negatif terhadap kemampuan perseroan dalam memperoleh pasokan produk.
"Karena peralihan ke pasokan lokal dan kemitraan strategis dengan pemasok memberikan kemampuan respons yang lebih cepat dan tepat terhadap dinamika kebutuhan pasar," ujar dia.
Menurutnya, perseroan meyakini strategi tersebut bisa memulihkan profitabilitas serta mencapai pertumbuhan dalam jangka panjang berkelanjutan.